PENDAHULUAN
Massa
testikuler jinak dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama, dengan yang
pertama adalah yang paling sering terjadi dan pengumpulan cairan jinak,
kemudian tumor solid jinak. Pengumpulan cairan tersebut antara lain varikokel,
hidrokel, dan spermatokel. Sementara tumor solid jinak meliputi tumor
adenomatoid, inflamasi pseudotumor dan hernia.1
Varikokel dapat
didefinisikan sebagai tortuisitas dan dilatasi vena pada pleksus pampiniformis.
Varikokel idiopatik biasanya asimptomatik. Varikokel ini dapat dikenali dengan
adanya asimetrisitas pada ukuran skrotum, dan adanya perasaan berat pada
skrotum, atau juga kadang – kadang disertai dengan nyeri testikuler. Pada
kebanyakan kasus pada remaja muda yang tidak menyadari adanya varikokel,
biasanya keadaan ini dijumpai pada pemeriksaan fisik regular atau selama
pemeriksaan untuk masuk militer.2
Insiden varikokel
kira – kira 5 % di seluruh dunia. Varikokel berkaitan dengan gangguan
pertumbuhan pada usia dewasa muda dan laki – laki dewasa. Terdapat hubungan
yang jelas antara varikokel, infertilitas dan gangguan pertumbuhan testis.
Proses varikokelektomi juga diketahui mampu membalik proses gangguan
pertumbuhan testis pada remaja muda. Fakta – fakta ini telah meningkatkan
pertanyaan bagaimana cara terbaik mengangani varikokel pada remaja. 2
DEFINISI
Varikokel
adalah pelebaran sistem pembuluh darah balik atau vena pada testis atau kantong
buah zakar akibat aliran balik yang terganggu. Pelebaran pembuluh darah ini
akan menyebabkan rasa kemeng atau nyeri pada buah zakar atau testis dan lama -
lama pembuluh yang berkelok - kelok tadi akan nampak atau teraba pada testis
seperti kumpulan cacing. 1, 3, 4
Adanya aliran
darah balik yang terganggi menyebabkan perubahan suhu pada testis, seperti
diketahui pembentukan sperma yang layak pakai berada pada testis dalam suasana
suhu tertentu, jika telah terjadi perubahan suhu maka pembentukan sperma akan
terganggu ( oligospermia atau berkurangnya jumlah sperma yang dihasilkan atau
azoospermia atau tidak adanya sperma yang dihasilkan ) sehingga proses
pembuahan juga terganggu - akibatnya dapat terjadi kemandulan atau tidak
mempunyai anak.
1, 3
Pada tingkat
awal pasien hanya merasakan nyeri saja pada testisnya sehingga susah untuk
mendeteksi sendiri jadi butuh bantuan dokter bedah urologi untuk mendeteksi,
pada stadium lanjut kelokan pembuluh darah balik akan terasa dan terlihat ( seperti
kumpulan cacing ) sehingga pasien bisa memeriksanya sendiri. Varikokel sering
dijumpai secara tidak sengaja misalnya pada waktu general check up atau pada waktu konsultasi karena anak tidak
kunjung datang setelah perkawinan yang cukup lama. 3, 4
Jika
penyebabnya varikokel, dokter akan melakukan operasi kecil pada pembuluh darah
yang tersumbat tadi dengan harapan akan memperbaiki suasana suhu testis kembali,
sehingga sperma dapat dihasilkan dalam kualitas dan jumlah yang normal dengan
demikian si pasien dapat mempunyai keturunan. Tentu saja keberhasilan operasi
varikokel ditentukan oleh banyak hal, antara lain seberapa lama dan luasnya
kerusakan pada pembuluh darah yang terjadi dan apakah ada penyulit lain yang
ada pada si pasien berhubungan dengan fungsi spermanya. 3
EPIDEMIOLOGI
Pada populasi
umum yang terdiri dari pria – pria yang sehat, keseluruhan insiden varikokel (
dari semua tingkatan ) adalah 10 % sampai 15 %. Kira – kira 30 – 50 % laki –
laki dengan infertilitas primer ternyata mempunyai varikokel. Varikokel paling
sering terjadi pada testis sebelah kiri. Penyakit ini sepertinya muncul pada
awal pubertas , namun biasanya dapat ditemukan pada remaja laki – laki. Insiden
pada remaja yang lebih tua bervariasi mulai dari 12,4 % sampai 17,8 % dengan
rata – rata 14,7 %, hal ini serupa dengan insiden yang terjadi pada laki – laki
dewasa. 1, 2, 5
ANATOMI
Persediaan
darah pada testis disediakan oleh arteri testikuler, arteri vassal dan arteri
kremaster. Pada setinggi testis ketiga arteri tersebut beranastomosis, sehingga
memungkinkan suplai darah yang adekuat . 2,
5, 6
Drainase vena pada testis lebih kompleks lagi dengan
banyaknya variasi individual. Diatas testis terdapat sebuah jaringan vena
komunikata yang dinamakan pleksus pampiniformis, drainase dari pleksus ini
melalui trunkus vena testikuler, vena pudendus dan vena kremaster. Pada
kebanyakan kasus trunkus vena testikuler akan membentuk vena testikuler tunggal
yang akan memasuki vena renalis pada sebelah kiri dan vena cava inferior pada
sebelah kanan. Penelitian venografi menunjukkan bahwa vena testikuler kiri
jarang memasuki vena cava inferior, dan terdapat hubungan antara vena
testikuler dengan vena cava inferior dibawah vena renalis. Juga terdapat
hubungan silang antara sistem vena testikuler kanan dan kiri. 2, 5, 6
Varikokel dapat
menyebabkan keluhan testis terasa berat, dan ini terjadi akibat tekanan meninggi
di dalam v. testis yang tidak berkatup dari muara di v, kava inferior atau v.
renalis sampai di testis. Kadang varikokel merupakan faktor kausal gangguan
fertilitas sehingga merupakan indikasi ligasi v. testis. 3, 6
Peninggian tekanan
di dalam pleksus pampiniformis dapat diraba sebagai struktur yang terdiri dari
varises pleksus pampiniformis yang memberikan kesan raba seperti kumpulan
cacing. 3, 4, 6
ETIOLOGI
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan etiologi varikokel.
Adanya katup – katup vena yang panjang dipercaya sebagai mekanisme yang akan
menuntun pembentukan varikokel serta inkompetensi sistem katup vena juga
bertanggung jawab terhadap pembentukan varikokel. Namun, banyak juga terdapat
bukti bahwa pria yang mempunyai inkompetensi sistem katup vena ternyata tidak
mempunyai varikokel, begitu pula sebaliknya. 3, 4, 6
Yang kedua, adalah karena vena testikuler sebelah kiri lebih
panjang dibandingkan yang kanan, perbedaan tekanan hidrostatik dapat merupakan
faktor yang menyebabkan terjadinya varikokel di sebelah kiri. Walaupun vena
testikuler sebelah kiri lebih panjang dibanding yang kanan, perbedaan tekanan
hidrostatik sederhana bukan merupakan satu – satunya alasan utama terjadinya
pembentukkan varikokel karena varikokel dapat terjadi pada semua pria. 3, 4, 6
Teori ketiga dikenal sebagai “ nutcracker effect” yang diperkirakan muncul ketika vena testikuler
tertekan diantara arteri mesenterika superior dan aorta. Peningkatan tekanan
hidrostatik dapat menyebabkan pembentukkan varikokel. Selanjutnya yang paling
baru adalah teori tentang peningkatan aliran darah arterial menuju ke testis
pada masa pubertas yang melebihi kapasitas vena yang menyebabkan dilatasi vena
dan sebuah varikokel. 3, 4, 6
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi varikokel dapat
dipelajari pada model binatang yang dilakukan ligasi parsial vena renalis
kirinya. Banyak penampakan yang menyerupai pada manusia, seperti peningkatan
suhu yang dapat mempengaruhi testis, peningkatan aliran darah arterial dan
perubahan histopatologikal. 3, 4, 6
Beberapa teori dibawah ini dapat
menjelaskan efek varikokel pada fungsi testis : 3, 4, 6
à Hipertermia
Adanya varikokel berkaitan dengan peningkatan suhu skrotum
dan testis dan dapat menurunkan proses spermatogenesis. Penelitian
eksperimental menunjukkan bahwa spermatogenesis akan terjadi secara optimal
pada suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh. Banyak enzim yang bertanggung
jawab terhadap sintesis DNA yang optimal dalam testis sangat bergantung pada
suhu. Posisi skrotum dan sistem pendingin yang dilakukan oleh pleksus
pampiniformis yang mengelilingi arteri testikuler memungkinkan terjadinya
pertukaran panas dan bertanggung jawab terhadap pengaturan suhu yang optimal
untuk proses spermatogenesis. Adanya stasis aliran darah pada varikokel akan
mengakibatkan peningkatan suhu sekitarnya, yang berkaitan dengan penurunan
jumlah spermatogonia dan peningkatan apoptosis sel – sel epithelium.
à Hipoksia dan refluk adrenal
Adanya stasis pada pleksus pampiniformis akan dapat mempengaruhi
tekanan oksigen parsial dan perubahan metabolisme aerobik dalam testis. Namun
hipoksia tidak dapat ditunjukkan di dalam contoh darah vena testikuler pada
manusia. Refluk aliran darah pada vena testikuler terjadi pada pasien
varikokel. Oleh karena itu paparan testis terhadap metabolit ginjal atau
adrenal belum pernah didokumentasikan. Adrenalektomi yang dilakukan pada tikus
dengan varikokel eksperimental tidak mampu menghilangkan efek pada
varikokelnya.
à Aliran darah abnormal
à Ketidakseimbangan endokrin
à Pengaruh regulasi parakrin terhadap
testis
KLASIFIKASI
Varikokel dikelompokkan ke dalam
tingkatan – tingkatan berdasarkan ukuran dan keberadaannya selama posisi
valsava, antara lain : 3, 4, 6
à Tingkat I à hanya teraba selama posisi valsava
à Tingkat II à teraba pada saat berdiri
à Tingkat III à terlihat saat inspeksi
DIAGNOSIS
Varikokel pada dewasa biasanya
asimptomatik dan sering ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin. Pasien harus
diperiksa dalam posisi berdiri di dalam ruangan yang hangat untuk
mengrelaksasikan skrotum dan mempermudah pemeriksaan. Pertama, skrotum
diinspeksi secara visual dari berbagai jarak pandang, varikokel yang dapat
terlihat pada saat inspeksi dimasukkan ke dalam tingkat III. Kemudian skrotum,
testis dan jaringan sekitarnya dipalpasi secara perlahan – lahan. Varikokel
dapat teraba sebagai sebuah kantung cacing hangat atau sebagai tabung yang
dapat diremas. Jika varikokel tidak dapat teraba, maka pasien disuruh melakukan
posisi valsava yang akan meregangkan pleksus pampiniformis. 3, 4, 6
Selain pada posisi berdiri, pasien
juga diperiksa dalam posisi supin atau tengkurap. Penebalan akibat varikokel
akan dapat terlihat pada posisi ini. Sementara penebalan yang terjadi akibat
lipoma tidak akan menunjukkan hasil yang sama. 3, 4, 6
Varikokel sekunder yang terutama terjadi
pada sebelah kanan biasanya selalu disebabkan oleh keadaan yang serius misalnya
tumor retroperitoneal, tumor ginjal atau limfadenopati. Varikokel idiopatik
lebih jelas pada posisi terbalik dan akan menghilang pada posisi tengkurap.
Varikokel sekunder tidak akan berubah ukurannya secara dramatis pada posisi
tengkurap.
3, 4, 6
Ukuran testis juga perlu diukur untuk
menentukan apakah varikokel dapat mempengaruhi pertumbuhan testis. Volume
normal testis kira – kira 1 sampai 2 mililiter pada laki – laki dalam masa
prepubertal. Berkaitan dengan variasi individual yang luas dalam pertumbuhan
normal, ukuran testis berkaitan dengan tahapan Tanner, velositas pertumbuhan,
dan usia tulang.
3, 4, 6
Sejumlah metode telah digunakan untuk
mengukur uskuran testis. Meliputi perbandingan visual, dengan ukuran, kaliper,
perbandingan ovoid ( Orkidometer Prader ), cincin elips ( Orkidometer Takahara
), dan ultrasonogram. Dari semua pemeriksaan tersebut, ultrasonografi merupakan
metode yang paling akurat dan bermanfaat untuk mengukur volume testis dan
mengukur variasi ukuran testis. Perbedaan volume lebih dari 2 mililiter dapat
berkaiatan dengan tehnik pengukuran saja. oleh karena itu, variasi ukuran yang
lebih besar dari 2 mililiter dengan menggunakan ultrasonografi merupakan
indikator kerusakan testis yang paling baik dan harus segera dilakukan operasi
perbaikan minimal pada varikokel pada remaja. 3, 4, 6
PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa pertanyaan utama
mengenai penatalaksanaan varikokel pada remaja. Namun semuanya hanya untuk
penyesuaian perhatian terhadap varikokel pada anak dan perawatan untuk
menangani varikokel pada dewasa yang cenderung asimptomatik. 3, 6, 7
Terdapat cukup banyak bukti yang
menunjukkan hubungan varikokel dengan gangguan pertumbuhan testis pada remaja
dan varikokelektomi dapat mengejar gangguan pertumbuhan testis tersebut. Lenzi
dan kawan – kawan menunjukkan bahwa perbaikan varikokel secara dini pada remaja
akan menghasilkan kualitas analisa semen yang lebih baik dibandingkan dengan
remaja yang tidak dirawat dan hanya dilakukan follow – up selama 2 – 8
tahun. Berdasarkan hal ini maka disarankan untuk mencari adanya varikokel pada
pemeriksaan fisik pada remaja laki – laki. Pemeriksaan genital pada masa
pubertas juga dapat berguna untuk menemukan adanya abnormalitas urologik
lainnya seperti kriptorkidismus, hernia, adanya lengkungan pada penis dan
perbaikan kesehatan pada remaja. 3, 6, 7
Hubungan antara varikokel dengan
infertilitas telah dijelaskan sebelumnya. Baru – baru ini sebuah uji klinis
dilakukan untuk menentukan indikasi perbaikan varikokel, yang antara lainnya
adalah :
3, 6, 7
à Derajat atau tingkatan varikokel
à Pengukuran volume testis untuk
mengetahui gangguan pertumbuhan
testis.
à Uji stimulasi gonadotropin releasing hormone ( GnRH )
à Pengukuran diameter pleksus
pampiniformis
à Pengukuran kadar serum luteinizing hormone ( LH ), follicle
stimulating
hormone ( FSH ) dan kadar inhibin.
LIGASI VARIKOKEL
Tindakan pembedahan dianjurkan dan
biasa dilakukan pada pasien laki – laki dengan varikokel yang terasa nyeri dan
terdapat kerusakan pada testis, atrofi testis, atau dimana penatalaksanaan
bedah diperlukan untuk mempertahankan fertilitas. Prosedur ligasi
pembedahan adalah untuk melakukan pengikatkan
pada vena yang berdistensi. Prosedur ini dapat dilaksanakan dengan anestesi
lokal ataupun umum. Operasi ini akan meninggalkan bekas luka yang lebih kecil.
Sementara itu komplikasi potensial yang mungkin terjadi akibat prosedur ini
antara lain cedera pada usus besar dan struktur abdomen lainnya. 3, 6, 7
Pembedahan ini hanya membutuhkan waktu
45 menit, masa penyembuhan kurang lebih selama dua minggu. Namun hal ini juga
bergantung pada keadaan varikokel itu sendiri. Pendukung skrotum ( scrotal supporter ) mungkin perlu
digunakan samapai beberapa saat setelah operasi dilakukan. 3, 6, 7
Kegagalan pembedahan yang dikenal
sebagai varikokel persisten ataupun varikokel rekuren jarang terjadi, dan
biasanya hanya muncul pada 9 % sampai 16 % remaja. Banyak penulis mengatakan
bahwa rata – rata rekurensi merupakan akibat dari luputnya vena kolateral yang
berjalan secara parallel terhadap vena testikuler utama. Vena kolateral
tersebut dapat sulit diidentifikasi dan diligasi terpisah dari arteri
testikuler utama. Rata – rata rekurensi yang pernah dilaporkan dengan
menggunakan pendekatan pemisahan arteri retroperitoneal berkisar 3 % sampai 11
%. Ligasi kedua trunkus vena dan arteri testikuler telah mampu menurunkan rata
– rata persistensi dan tidak berhasil baik pada atrofi testis karena testis
memiliki suplai darah arterial dari arteri kremaster dan arteri deferensial.
Atassi dan kawan – kawan mendapatkan rata – rata persistensi dibawah 2 % pada
remaja yang dilakukan penatalaksanaan berupa ligasi tinggi retroperitoneal
dengan ligasi arteri testikuler. 3, 6, 7
Namun terdapat pula beberapa keberatan
terhadap ligasi simultan arteri testikuler yang dilakukan pada laki – laki
dengan operasi inguinal sebelumnya karena dapat terjadi kurangnya suplai darah
dari arteri kremaster dan arteri deferensial. Interupsi arteri testikuler pada
pasien tersebut juga mempunyai kemungkinan yang tinggi terjadinya atrofi
testis. Vasektomi pada pasien dengan pembagian arteri testikuler juga harus
dihindari karena ligasi arteri vassal dapat menyebabkan atrofi testis akibat
tidak terdapatnya arteri testikuler. 3, 6, 7
Perbaikan varikokel dengan
laparoskopik dengan atau tanpa modifikasi arteri sepertinya merupakan tehnik
penatalaksanaan yang khususnya dilakukan pada dewasa, ternyata telah
menunjukkan rata – rata persistensi yang lebih rendah. Operasi laparoskopik
pada populasi pediatrik memiliki resiko komplikasi yang bermakna misalnya
perforasi usus besar, cedera vaskuler utama, pneumotorak, dan hernia
insisional.
3, 6, 7
KOMPLIKASI PENATALAKSANAAN
Komplikasi dari penatalaksanaan yang
dilakukan pada varikokel meliputi infeksi, hematoma ( pembentukkan bekuan darah
), cedera terhadap jaringan atau struktur, cedera arteri yang mensupali darah
ke testis.
3, 6, 7
EMBOLISASI
VARIKOKEL
Dilakukan
dibawah anestesi lokal, sebuah insisi kecil dibuat pada sisi kanan
selangkangan,di dalamnya dimasukkan sebuah kawat kecil yang terus masuk sampai
ke dalam vena besar pada kaki. Kawat tersebut kemudian dimasukkan terus ke
dalam vena dan dikeluarkan melalui skrotum kiri. Sebuah per metal kecil diletakkan
pada vena tersebut, per ini berfungsi seperti melakukan operasi ligasi.
Prosedur ini biasanya memiliki keuntungan seperti resiko kerusakan arteri
testikuler yang kecil sehingga atrofi testis jarang terjadi. Terdapat sedikit
resiko terbentuknya hidrokel. 3, 6, 7
Kemunculan
varikokel kembali setelah prosedur ini adalah antara 4 dan 11 %. Komplikasi
prosedur ini antara lain :
3, 6, 7
à Migrasi per keluar dari vena
à Reaksi alergi terhadap pewarna
kontras sinar x
à Perdarahan dari selangkangan
kanan dimana kawat dimasukkan
Daftar
Pustaka
1.
Lakshmi N.S.
.: RE : [ MLDI ] Oligozoospermae ???. Mailing List Dokter Indonesia. 20
May 2004.
2.
R.
Sjamsuhidajat., Wim de Jong. : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Halaman. 1081.
3.
Darius
A. Paduch., Steven J. Skoog. : Diagnosis, Evaluation and Treatment of
Adolescent Varicocele. Division of Urology and Renal Transplantation Oregon
Health Sciences
University, Portland, OR.
4.
David
B. Hoyt., Raul Coimbra., Robert J. Winchell. : Specialties In General Surgery.
Townsend Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Mordern Surgical
Practice. 16th Edition. Beauchamp Evers Mattox. Page.1688 - 1689.
5.
S.C.
Basu. : Hand Book of Surgery Including Instruments, Bandaging, Surgical
Problems, Specimens And Operative Surgery. Currents Books International. 1987.
Page. 280, 281, 292.
6.
Davis Christopher., David C. Sabiston.
: The Male Genital System. Textbook Of Surgery The Biological Basis of Modern
Surgical Practice. WB Saunders Company. 1981. Page. 1783.
7.
Jerry
Kennard. : Treatments For Varicocele. FREE Magazine Subscription.