DERMATITIS
A.
Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit baik epidermis maupun dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor endogen dan atau faktor eksogen, menimbulkan kelainan klinis
berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,
likenifikasi) dan gatal. Dermatitis cenderung memiliki perjalanan yang lama
atau kronis dan resitif atau berulang.
B.
Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), seperti misalnya
bahan kimia, fisik (sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur), ataupun dari dalam
(endogen), misalnya dermatitis atopic. Sebagian lain tidak diketahui secara
pasti etiologi akan tetapi pruritus memegang salah satu peranan penting.
C.
Patogenesis
Beberapa
jenis dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan yang lainnya
tidak. Terutama penyakit dermatitis yang dipengaruhi oleh faktor endogen.
Sedangkan yang diakibatkan oleh faktor eksogen masih dapat diketahui dengan
dilakukan anamnesis dan tes pemeriksaan.
D.
Gejala klinis
Pada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal, sedangkan kelainan kulit
bergantung pada stadium penyakit, batas dapat tegas atau tidak tegas,
penyebaran dapat setempat, generalisata, bahkan universal.
Berikut
adalah berbagai bentuk kelainan kulit atau efloresensi berdasarkan stadium:
1.
Stadium akut; eritema, edema,
vesikel atau bula, erosi atau eksudasi, sehingga tampak basah (madidans)
2.
Stadium subakut; eritema
berkurang, eksudasi mengering menjadi krusta.
3.
Stadium kronik; tampak lesi
kering, skuama, hiperpigmentasi, likenifikasi, papul, dapat pula terdapat erosi
atau ekskoriasi akibat garukan berulang.
Gambaran
klinis tidaklah harus sesuai stadium, karena suatu penyakit dermatitis muncul
dengan gejala stadium kronis. Begitu pula dengan efloresensi tidak harus
polimorfik, karena dapat muncul oligomorfik (beberapa) saja. Keluhan penyakit dermatitis merupakan hal yang sering terjadi, karena penyakit ini dapat menyerang pada orang dengan rentang usia yang
bervariasi, mulai dari bayi hingga dewasa serta tidak terkait dengan faktor jenis
kelamin.
E.
Histologi
Perubahan
histologi terjadi berdasarkan stadiumnya:
1.
Stadium akut; kelainan di
epidermis berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema intrasel, dan
eksositosis, terutama sel mononuclear. Dermis sembab, pembuluh darah melebar,
ditemukan sebukan terutama sel mononuclear, eosinofil kadang ditemukan,
tergantung penyebab dermatitis.
2.
Stadium subakut; ampir seperti
stadium akut akan tetapi jumlah vesikel berkurang di epidermis, spongiosis
masih jelas, epidermis tertutup krusta, dan parakeratosis, edema di dermis
berkurang, vasodilatasi masih tampak jelas, demikian pula sebukkan sel radang.
3.
Stadium kronik; epidermis
hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis, rete ridges memanjang, kadang
ditemukan spongiosis ringan, vesikel tidak ada lagi, dinding pembuluh darah
menebal, terdapat sebukan sel radang mononuclear di dermis bagian atas, jumlah
fibroblast dan kolagen bertambah.
F.
Klasifikasi
Pembagian berdasarkan tatanama atau nomenklatur, morfolofi ataupun stadium
masih menjadi kontroversial dimana belum terjadi kesepakatan. Maka dari itu,
kami akan memaparkan pembagian berdasarkan etiologi:
1.
Eksogen: Dermatitis kontak; Jenis eksim
ini disebabkan karena faktor di luar tubuh penderita, seperti terpapar bahan
kimia, iritasi karena sabun, kosmetik, parfum dan logam. Dermatitis kontak
adalah jenis eksim yang paling banyak diderita manusia, diperkirakan 70% penyakit
eksim merupakan jenis ini. Secara klinis jenis eksim ini memiliki gejala terasa
panas, kemudian muncul benjolan, dan disertai adanya cairan. Bagian kulit yang
terserang jenis eksim ini memiliki batas tepi yang jelas, sehingga yang
mengalami gejala tersebut hanya pada bagian yang terserang. Tetapi jenis eksim
ini dapat menjadi kronis yang ditandai dengan kulit semakin mengering,
pigmentasi, terjadi penebalan kulit sehingga tampak garis-garis pada permukaan
kulit dan kemudian terjadi retak-retak seperti teriris pada kulit.
2.
Endogen:
a.
Dermatitis atopik; jenis eksim
yang memiliki ciri khas yang berbeda dengan jenis eksim dermatitis kontak yaitu
adanya rasa gatal, memiliki bentuk yang khas terrutama pada kulit wajah dan
lipatan-lipatan tubuh, serta adanya riwayat atopik yaitu alergi atau asma.
Jenis eksim ini banyak menyerang anak-anak dan bayi, dan biasanya merupakan
penyakit eksim kambuhan.
b.
Dermatitis numularis; Jenis eksim
ini pada umunya berhubungan dengan kulit kering dan sering menyerang pada orang
yang berusia lanjut. Gejala penyakit eksim jenis ini berupa kulit mengering,
merah, gatal, dan muncul dalam bentuk bulatan-bulatan pipih seperti koin logam,
biasanya terdapat pada kulit kaki dan tangan.
c.
Neurodermatitis; peradangan
kronik pada kulit yang tidak diketahui penyebabnya, lebih sering ditemukan pada
wanita daripada pria dan puncak insidennya adalah umur paruh baya.
d.
Dermatitis stasis; jenis eksim
kulit yang berkaitan dengan adanya varises pada bagian kaki. Jenis eksim ini
terdapat pada kaki ditandai dengan rasa gatal, penebalan kulit serta berubahnya
warna kulit menjadi memerah bahkan kecoklatan.
DERMATITIS KONTAK
Definisi
Dermatitis
Kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh kontak dengan
suatu zat/ bahan tertentu yang menempel pada kulit, dan menyebabkan alergi atau reaksi iritasi. ruamnya
terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. Ada 2 macam dermatitis kontak, yaitu:
1.
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yang terjadi ketika kulit terpajan bahan iritan seperti
detergen, asam, basa, serbuk kayu, semen, dan sebagainya. Dan dapat menyebabkan
kerusakan pada kulit apabila teriritasi berulang selama periode tertentu.
2.
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis yang terjadi ketika kulit tersensitisasi oleh suatu substansi
(allergen), dan kontak ulang dengan substansi tersebut. Ini merupakan reaksi
kulit tipe lambat.
DERMATITIS KONTAK IRITAN
a.
Definisi
Dermatitis kontak iritan
adalah suatu dermatitis kontak yang disebabkan oleh bahan-bahan yang bersifat
iritan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Dermatitis kontak iritan
dibedakan menjadi 2 yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak
iritan kronik (kumulatif).
1.
Dermatitis kontak iritan akut
adalah suatu dermatitis iritan yang terjadi segera setelah kontak dengan bahan
– bahan iritan yang bersifat toksik kuat, misalnya asam sulfat pekat.
2.
Dermatitis kontak iritan kronis
(Kumulatif) adalah suatu dermatitis iritan yang terjadi karena sering kontak
dengan bahan- bahan iritan yang tidak begitu kuat, misalnya sabun deterjen,
larutan antiseptik. Dalam hal ini, dengan beberapa kali kontak bahan tadi
ditimbun dalam kulit cukup tinggi dapat menimbulkan iritasi dan terjadilah
peradangan kulit yang secara klinis umumnya berupa radang kronik.
b.
Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan
yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam
alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, larutan garam konsentrat, plastik berat
molekul rendah atau bahan kimia higroskopik atau toxin dan enzim hewan.
c.
Patogenesis
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan
oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Bahan iritan merusak
lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan
mengubah daya ikat air kulit. Kebanyakan bahan iritan (toksin) merusak membran
lemak (lipid membrane) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus
membrane sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan
membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA),
diasilgliserida (DAG), platelet activating factor = PAF), dan inositida
(IP3). Selanjutnya AA akan diubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien
(LT). Kemudian PG dan LT akan menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan
permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin.
Selain itu, PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit
dan neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamine, LT dan PG lain,
dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular. Diasilgliserida (DAG) dan second
messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein, misalnya
interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulatunf factor (GMCSF).
IL-1 mengaktifkan sel T-penolong mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor
IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.
d.
Gejala klinis
Berikut adalah gejala klinis berdasarkan jenis
dermatitis kontak iritan:
1.
Dermatitis
kontak iritan akut lambat
Kelainan kulit baru terlihat
setelah 12-24 jam atau lebih. Biasanya bahan-bahan yang menimbulkan rekasi
lambat adalah podofilin, antralin, asam hidrofluorat. Contohnya adalah
dermatitis yang disebabkan oleh bulu seranga yang terbang pada malam hari
(dermatitis venenata); penderita baru merasakan pedih setelah keesokan harinya,
pada awalnya terlihat eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahan
nekrosis.
2.
Dermatitis
kontak iritan akut segera
Penyebabnya iritan kuat, biasanya
karena kecelakaan dan reaksi segera timbul. Kulit terasa pedih atau panas,
eritema, vesikel, atau bula dapat muncul. Luas kelainan umumnya sebatas daerah
yang terkena dan berbatas tegas. Penyebabnya adalah iritan kuat seperti larutan
asam sulfat dan asam hidrokloid, atau basa kuat seperti natrium dan kalium
hidroksida.
3.
Dermatitis
kontak iritan kronis
Jenis ini paling sering terjadi,
nama lainya adalah dermatitis kontak iritan kumulatif. Disebabkan oleh kontak
dengan iritan lemah yang berulang-ulang (factor fisis, misalnya gesekan, trauma
mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin, juga bahan rumah tangga misalnya
detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air). Kelainan baru nyata setelah
kontak berminggu-minggu atau bulanan, bahkan bias bertahun-tahun kemudian,
sehingga waktu dan tertetan kontak merupakan factor yang penting.
Gejala klasik berupa kulit kering,
eritema, skuama, lambat laun kulit menebal (hyperkeratosis) dan likenifikasi
difus. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka
iris (fissure), misalnya pada tumit tukang cuci yang mengalami kontak
terus-menerus dengan detergen. Keluhan penderita umumnya gatal atau nyeri
karena luka retak. Ada kalanya kelainan hanya kulit kering dan skuama sehingga
sering diabaikan penderita. Setelah dirasakn mengganggu, baru mendapat
perhatian.
DKI Kumulatif sering berhubungan
dengan pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak ditemukan di tangan dan kaki
dibandingkan bagian tubuh yang lain. Contoh pekerjaan: tukang cuci, kuli
bangunan, montir di bengkel, tukang kebun, penata rambut.
e.
Diagnosis
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan
atas anamnesis yang cermat dan pengamatan gambaran klinis. DKI akut lebih mudah
diketahui karena prosesnya berlangsung cepat setelah kontak dengan suatu zat,
sedangkan DKI kronis susah untuk diketahui penyebabnya. Maka dari itu, uji
temple dapat membantu diagnosis.
f.
Penatalaksanaan
Upaya pengobatan DKI yang terpenting adalah menghindari
pajanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun kimiawi, serta
menyingkirkan faktor yang memperberat. Dan mungkin cukup dengan pelembab untuk
memperbaiki kulit yang kering.
DERMATITIS KONTAK ALERGI
a. Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang timbul setelah kontak dengan alergen melalui proses sensitasi. Dermatitis kontak alergi merupakan dermatitis kontak karena sensitasi alergi terhadap substansi yang beraneka ragam yang menyebabakan reaksi peradangan pada kulit bagi mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap alergen sebagai suatu akibat dari pajanan sebelumnya.
b. Etiologi
Penyebab dermatitis kontak alergi adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.
Dermatitis kontak alergik terjadi bila alergen atau senyawa sejenis menyebabkan reaksi hipersensitvitas tipe lamat pada paparan berulang. Dermatitis ini biasaya timbul sebagai dermatitis vesikuler akut dalam beberapa jam sampai 72 jam setelah kontak. Perjalanan penyakit memuncak pada 7 sampai 10 hari, dan sembuh dalam 2 hari bila tidak terjadi paparan ulang. Reaksi yang palning umum adalah dermatitis rhus, yaitu reaksi alergi terhadap poison ivy dan poison cak. Faktor predisposisi yang menyebabkan kontak alergik adalah setiap keadaan yang menyebabakan integritas kulit terganggu, misalnya dermatitis statis.
c. Patogenesis
Mekanisme
terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti
respons imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons)
atau reaksi tipe IV. Reaksi hipersensititas di kullit timbulnya lambat (delayed
hipersensivitas), umumnya dalam waktu 24 jam setelah terpajan dengan
alergen.
Sebelum seseorang
pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu mendapatkan
perubahan spesifik reaktivitas pada kulitnya. Perubahan ini terjadi karena
adanya kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang terikat
dengan protein, membentuk antigen lengkap. Antigen ini ditangkap dan diproses
oleh makrofag dan sel langerhans, selanjutnya dipresentasikan oleh sel T.
Setelah kontak dengan antigen yang telah diproses ini, sel T menuju ke kelenjar
getah bening regional untuk berdiferensisi dan berploriferasi memebneetuk sel T
efektor yang tersensitisasi secara spesifik dan sel memori. Sel-sel ini
kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limfoid,
sehingga menyebabkab keadaan sensivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Fase saat kontak pertama sampai kulit menjdi sensitif
disebut fase induksi tau fase sensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung
selama 2-3 minggu.
Pada umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh
derajat kepekaan individu, sifat sensitisasi alergen (sensitizer),
jumlah alergen, dan konsentrasi. Sensitizer kuat mempunyai fase yang
lebih pendek, sebaliknya sensitizer lemah seperti bahan-bahan yang dijumpai
pada kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan kulit pertama muncul setelah
lama kontak dengan bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan. Sedangkan periode
saat terjadinya pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai
timbulnya gejala klinis disebut fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-48
jam.
d. Gejala
Kelainan kulit
bergantung pada keparahan dermatitis. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritema berbatas tegas, kemudian
diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau bula dapat pecah
menimbulkan erosi dan eksudasi(basah). Pada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin jugga fisur, batasnya tidak jelas.
Kelainan ini sulit dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin
penyebabnya juga campuran.
Gejala
yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan
seringkali hebat (sangat gatal). DKA biasanya ditandai dengan adanya lesi
eksematosa berupa eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula;
gambaran ini menunjukkan aktivitas tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul
karena terjadinya spongiosis dan jika pecah akan mengeluarkan cairan yang
mengakibatkan lesi menjadi basah. Mula-mula lesi hanya terbatas pada tempat
kontak dengan alergen, sehingga corak dan distribusinya sering dapat
meiiunjukkan kausanya,misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat
curiga dengan shampo atau cat rambut yang dipakainya. Mereka yang terkena
wajahnya dapat curiga dengan cream, sabun, bedak dan berbagai jenis kosmetik
lainnya yang mereka pakai. Pada kasus yang hebat, dermatitis menyebar luas ke
seluruh tubuh.
e. Diagnosis
Diagnosis didasarkan
pada hasil diagnosis yang cermat dan pemeriksan klinis yang
teliti.Pertanyaan mengenai kontaktan yang dicurigai didasarkan kelainan kulit
yang ditemukan. Misalnya ada kelainan kulit berupa lesi numularis disekitar
umbilikus berupa hiperpigmentasi, likenifiksi, dengan papul dan erosi, maka
perlu ditanyakan apakah penderita memeakai kancing celana atau kepala ikat
pinggan yang terbuat dari logam(nikel). Data yang berrsal dari anamnesis juga
meliputi riwayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat sistemik,
kosmetika, bahan-bahan yang diketahui dapat menimbulkan alergi, penyakit kulit
yang pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis
atopik, psoriasis).
Pemeriksaan fisis
sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit
seringkali dapat diketahui kemugnkinan penyebabnya. Misalnya, di ketiak oleh
deodoran, di pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu.
Pemerikassaan hendaknya dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan
kelainan kulit lain karena sebab-sebab endogen.
Diagnosis
didasarkan pada riwayat paparan terhadap suatu alergen atau senyawa yang
berhubungan, lesi yang gatal, pola distribusi yang mengisyaratkan dermatitits
kontak. Anamnesis harus terpusat kepada sekitar paparan tehadap alergen yan
gumum. Untuk mengidentifikasi agen penyebab mungkin diperlukan kerja mirip
detektif yang baik.
f. Diagnosis Banding
Kelainan kulit
dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran morfologik yang
khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermtitis numularis, dermtitis
seboroik, atau psoriris. Diagnosis banding yang utama ialah dengan dermatitits
kontak iritan. Dalam keadaan ini pemeriksn uji tempel perlu dipertimbangkan
untuk menentukan apakah dermatitis tersebut karena kontak alergi.
ü Dermatitis kontak iritan, yaitu tidak ada alergen yang
dapat dikenali. Sering keadaan ini hanya dapat dibedakan dari dermatitis kontak
alergi dengan uji tempel. DKA
dapat memperparah DKI yang sudah ada sebelumnya
ü Dermatitis numularis, yaitu ditandai dengan plak diakret,
terskuama, kemerahan, berbentuk uanga logam, dan gatal, serupa dengan dermtitis
kontak tetapi tanpa riwayat paparan terhadap alergen dan lesinya bundar, tidak
ada konfigurasi lainnya.
ü Dermatofitosis, yaitu biasanya berbatas tegas pinggir
aktif dan bagian tengah agak menyembuh
ü Kandidiasis, yaitu biasanya dengan lokalisasi yang khas. Efloresensi berupa eritema, erosi,
dan ada lesi satelit.
g. Uji Tempel
Tempat untuk melakukan uji tempel biansanya di punggung atau bagian luar dari lengan atas. Bahan uji dapat berasal dari antigen standar buatan pabrik atau dari bahan kimia murni dan lebih sering bahan campuran yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
uji tempel:
1.
Dermatitis harus
sudah tenang (sembuh) bila mungkin setelah 3 minggu. Bila masih dalam keadaan
akut atau berat dapat terjadi reaksi angryback atau excited skin, reaksi
positif palsu, dapat juga menyebabkan penyakit yang sedang dideritanya
bertambah buruk.
2.
Tes dilakukan
sekurang-kurangnya 1 minggu setelah penghentian terpi kortikosteroid sistemik,
sebab dapat menghasilkan reaksi negative palsu.
3.
Uji temple
dibuka setelah 2 hari lalu dibaca, dan pembacaan kedua dilakukan pada hari ke-3
sampai hari ke-7 setelah aplikasi pertama.
4.
Penderita
dilarang melakukan aktifitas yang dapat melonggarkan uji temple (tidak menempel
dengan baik) sehingga menghasilkan reaksi negatif palsu.
5.
Uji temple
dengan bahan standar jangan dilakukan pada penderita urtikaria tipe dadakan
karena dapat menyebabkan urtikaria generalisata atau bahkan reaksi anafilaksis.
Pada penderita ini dilakukan prosedur khusus.
Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam, uji temple
dilepas. Pembacaan pertama dilakukan 15-30 menit setelah dilepas, agar efek
tekanan bahan yang diuji telah menghilang atau minimal. Hasilnya sebagai
berikut:
1 = reaksi lemah (nonvesikuler): eritema, infiltrate,
papul (+)
2 = reaksi kuat: edema atau vesikel (++)
3 = reaksi sangat kuat (ekstrim): bula atau ulkus (+++)
4 = meragukan: hanya macula eritematosa
5 = iritasi: rasa seperti terbakar, pustul atau
purpura
6 = reaksi negatif (-)
7 = excited skin; dipicu oleh hipersensitivitas kulit
8 = tidak di tes
(NT; not tested)
Pembacaan
kedua perlu dilakukan sampai 1 minggu setelah aplikasi, biasanya 72 atau 96 jam
setelah aplikasi. Pembacaan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara
respon alergi (crescendo/meningkat) atau iritasi (decrescendo/ menurun) dan
mengidentifikasi lebih banyak lagi respon positif allergen.
Selain
uji temple (patch test), terdapat pemeriksaan lainnya yaitu uji tusuk (prick
test) dan uji gores (scratch test). Akan tetapi mengingat kedua ujia tersebut
dapat menimbulkan lesi yang ditakutkan akan menambah reaksi alergi yang
seharusnya tidak terjadi pada pengujian.
BAB V
DERMATITIS
ATOPIK
- Definisi
Dermatitis
atopik (DA) adalah penyakit kulit reaksi inflamasi yang didasari oleh faktor
herediter dan faktor lingkungan, bersifat kronik residif dengan gejala eritema,
papula, vesikel, kusta, skuama dan pruritus yang hebat. Bila residif biasanya
disertai infeksi, atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau
iritan.
Penyakit ini dialami sekitar 10-20%
anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode
selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian
besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak
akan terus mengalami eksema hingga dewasa.
- Penyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh karena kebanyakan penderitanya memberikan reaksi kulit yang didasari oleh IgE dan mempunyai kecenderungan untuk menderita asma, rinitis atau keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai allergic march. Walaupun demikian, istilah dermatitis atopik tidak selalu memberikan arti bahwa penyakit ini didasari oleh interaksi antigen dengan antibodi. Nama lain untuk dermatitis atopik adalah eksema atopik, eksema dermatitis, prurigo Besnier, dan neurodermatitis.
- Diperkirakan angka kejadian di masyarakat adalah sekitar 1-3% dan pada anak < 5 tahun sebesar 3,1% dan prevalensi DA pada anak meningkat 5-10% pada 20-30 tahun terakhir.
-
- Patogenesis
Sampai
saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti DA belum semuanya diketahui,
demikian pula pruritus pada DA. Tanpa pruritus diagnosis DA tidak dapat
ditegakkan. Rasa gatal dan rasa nyeri sama-sama memiliki reseptor di taut
dermoepidermal, yang disalurkan lewat saraf C tidak bermielin ke saraf spinal
sensorik yang selanjutnya diteruskan ke talamus kontralateral dan korteks untuk
diartikan. Rangsangan yang ringan, superfisial dengan intensitas rendah
menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas tinggi
menyebabkan rasa nyeri. Sebagian patogenesis DA dapat dijelaskan secara
imunologik dan nonimunologik.
o
Reaksi imunologis DA
Sekitar
70% anak dengan DA mempunyai riwayat atopi dalam keluarganya seperti asma
bronkial, rinitis alergi, atau dermatitis atopik. Sebagian besar anak dengan DA
(sekitar 80%), terdapat peningkatan kadar IgE total dan eosinofil di dalam
darah. Anak dengan DA terutama yang moderat dan berat akan berlanjut dengan
asma dan/atau rinitis alergika di kemudian hari (allergic march), dan
semuanya ini memberikan dugaan bahwa dasar DA adalah suatu penyakit atopi.
o
Faktor non imunologis
Faktor
non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada DA antara lain adanya faktor
genetik, yaitu kulit DA yang kering (xerosis). Kekeringan kulit diperberat oleh
udara yang lembab dan panas, banyak berkeringat, dan bahan detergen yang
berasal dari sabun. Kulit yang kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal
menurun, sehingga dengan rangsangan yang ringan seperti iritasi wol, rangsangan
mekanik, dan termal akan mengakibatkan rasa gatal.
c.
Faktor-faktor pencetus
o Makanan
Berdasarkan
hasil Double Blind Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFC),
hampir 40% bayi dan anak dengan DA sedang dan berat mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan. Bayi dan anak dengan alergi makanan umumnya disertai uji
kulit (skin prick test) dan kadar IgE spesifik positif terhadap pelbagai
macam makanan. Walaupun demikian uji kulit positif terhadap suatu makanan
tertentu, tidak berarti bahwa penderita tersebut alergi terhadap makanan
tersebut, oleh karena itu masih diperlukan suatu uji eliminasi dan provokasi
terhadap makanan tersebut untuk menentukan kepastiannya.
o Alergen hirup
Alergen
hirup sebagai penyebab DA dapat lewat kontak, yang dapat dibuktikan dengan uji
tempel, positif pada 30-50% penderita DA, atau lewat inhalasi. Reaksi positif
dapat terlihat pada alergi tungau debu rumah (TDR), dimana pada pemeriksaan in
vitro (RAST), 95% penderita DA mengandung IgE spesifik positif terhadap TDR
dibandingkan hanya 42% pada penderita asma di Amerika Serikat. Perlu juga
diperhatikan bahwa DA juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup lainnya seperti
bulu binatang rumah tangga, jamur atau ragweed di negara-negara dengan 4
musim.
o
Infeksi kulit
Penderita
dengan DA mempunyai tendensi untuk disertai infeksi kulit oleh kuman umumnya Staphylococcus
aureus, virus dan jamur. Stafilokokus dapat ditemukan pada 90% lesi penderita
DA dan jumlah koloni bisa mencapai 107 koloni/cm2 pada
bagian lesi tersebut. Akibat infeksi kuman Stafilokokus akan dilepaskan
sejumlah toksin yang bekerja sebagai superantigen, mengaktifkan makrofag
dan limfosit T, yang selanjutnya melepaskan histamin. Oleh karena itu penderita
DA dan disertai infeksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman
stafilokokus dan steroid topikal.
d.
Manifestasi
klinis
Terdapat
tiga bentuk klinis dermatitis atopik, yaitu bentuk infantil, bentuk anak, dan
bentuk dewasa.
- Bentuk infantil (2 bulan - 2 tahun)
Secara klinis berbentuk dermatitis
akut eksudatif dengan predileksi daerah muka terutama pipi dan daerah ekstensor
ekstremitas. Bentuk ini berlangsung sampai usia 2 tahun. Predileksi pada muka
lebih sering pada bayi yang masih muda, sedangkan kelainan pada ekstensor
timbul pada bayi sel sudah merangkak. Lesi yang paling menonjol pada tipe ini
adalah vesikel dan papula, serta garukan yang menyebabkan krusta dan terkadang
infeksi sekunder. Gatal merupakan gejala yang mencolok sel bayi gelisah dan
rewel dengan tidur yang terganggu. Pada sebagian penderita dapat disertai
infeksi bakteri maupun jamur.
- Bentuk anak (3 - 11 tahun)
Seringkali bentuk anak merupakan lanjutan dari bentuk infantil, walaupun diantaranya terdapat suatu periode remisi. Gejala klinis ditandai oleh kulit kering (xerosis) yang lebih bersifat kronik dengan predileksi daerah fleksura antekubiti, poplitea, tangan, kaki dan periorbita.
- Bentuk remaja dan dewasa (12 - 30 tahun)
e.
Diagnosis
- Hanifin dan Lobitz (1977) menyusun petunjuk yang sekarang diterima sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis DA Mereka mengajukan berbagai macam kriteria yang dibagi dalam kriteria mayor dan kriteria minor.
- Kriteria minimal untuk menegakkan diagnosa DA meliputi pruritus dan kecenderungan dermatitis untuk menjadi kronik atau kronik residif dengan gambaran morfologi dan distribusi yang khas.
- Dermatitis atopik dikenal sebagai gatal yang menimbulkan kelainan kulit, bukan kelainan kulit yang menimbulkan gatal. Tetapi belum ada kesepakatan pendapat mengenai hal ini, karena pada pengamatan, lesi di muka dan punggung bukan diakibatkan oleh garukan, selain itu dermatitis juga terjadi pada bayi yang belum mempunyai mekanisme gatal-garuk.
Kriteria
diagnosis dermatitis atopik dari
Hanifin dan Lobitz, 1977
Kriteria mayor ( > 3)
Pruritus dengan Morfologi dan distribusi khas :
-
dewasa : likenifikasi fleksura
-
bayi dan anak : lokasi kelainan di daerah muka dan
ekstensor
Dermatitis
bersifat kronik residif
Riwayat
atopi pada penderita atau keluarganya
|
Kriteria
minor ( > 3)
Xerosis
Iktiosis/pertambahan garis di palmar/keatosis pilaris
Reaktivasi pada uji kulit tipe cepat Peningkatan kadar IgE Kecenderungan mendapat infeksi kulit/kelainan imunitas selular Dermatitis pada areola mammae Keilitis Konjungtivitis berulang Lipatan Dennie-Morgan daerah infraorbita Keratokonus Katarak subskapular anterior Hiperpigmentasi daerah orbita Kepucatan/eritema daerah muka Pitiriasis alba Lipatan leher anterior Gatal bila berkeringat Intoleransi terhadap bahan wol dan lipid solven Gambaran perifolikular lebih nyata Intoleransi makanan Perjalanan penyakit dipengaruhi lingkungan dan emosi White dermographism/delayed blanch |
BAB VI
DERMATITIS NUMULARIS
a.
Definisi
Dermatitis Numuler adalah suatu peradangan dan ruam menetap yang menimbulkan
gatal, yang ditandai dengan bintik berbentuk uang logam disertai
lepuhan-lepuhan kecil, keropeng dan sisik-sisik.
b.
Etiologi
Penyebab terjadinya penyakit ini belum jelas namun infeksi
mikroorganisme agaknya turut peran. Adanya sensitivits alergi terhadap
mikroorganisme (Stafilokokus dan
mikrokokus) ini dapat memperburuk penyakit ini. Penyakit ini biasanya
terjadi di daerah panas. Kebiasaan minum alkohol dan adanya ketegangan jiwa
dapat mempermudah timbulnya penyakit ini. Penyakit ini biasanya
terjadi pada orang dewasa dan lebih banyak pada wanita. Dermatitis kontak juga mengambil peranan
sebagai salah satu factor pencetus, begitupun dengan trauma fisik dan kimiawi.
c.
Gejala
Bintik-bintik bulat berawal sebagai beruntusan/jerawat dan
lepuhan yang menyebabkan gatal, yang selanjutnya pecah dan membentuk keropeng. Bintik-bintik
ini lebih jelas tampak di punggung lengan atau tungkai dan di bokong, tetapi
bisa juga ditemukan pada batang tubuh.
Puncak awitan pada usia 55-65
tahun, baik pria maupun wanita. Dapat juga ditemukan pada usia 15-25 tahun.
Lesi awal kecil berupa vsikel atau papulovesikel kemudian bergabung membentuk
satu bulatan seperti mata uang (koin), berbatas tegas, sedikit edema dan
eritematosa.
d.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
e.
Diagnosis banding
Sebagai diagnosis banding
antara lain adalah dermatitis kontak, dermatitis atopic, liken simpleks kronik,
dan dermatomikosis.
BAB VII
NEURODERMATITIS
a.
Definisi
Neurodermatitis (Liken Simpleks Kronis) adalah suatu peradangan menahun pada
lapisan kulit paling atas yang menimbulkan rasa gatal. Penyakit ini menyebabkan bercak-bercak penebalan kulit yang kering,
bersisik dan berwarna lebihi gelap, dengan bentuk lonjong atau tidak beraturan.
b. Etiologi
Liken simpleks kronis bisa terjadi sebagai akibat
sesuatu (misalnya baju)
yang bersentuhan dengan kulit atau mengiritasi kulit sehingga seseorang menggaruk-garuk daerah tersebut. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjad penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit. Penyakit ini menimbulkan warna kecoklatan pada daerah yang terkena.
yang bersentuhan dengan kulit atau mengiritasi kulit sehingga seseorang menggaruk-garuk daerah tersebut. Sebagai akibat dari iritasi menahun akan terjad penebalan kulit. Kulit yang menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang penggarukan yang akan semakin mempertebal kulit. Penyakit ini menimbulkan warna kecoklatan pada daerah yang terkena.
Penyakit ini biasanya berhubungan dengan:
-
Dermatitis atopik
-
Psoriasis
-
Kecemasan, depresi ataupun
gangguan psikis lainnya.
Lebih
banyak ditemukan pada wanita dan biasanya timbul pada usia 20-50 tahun.
c.
Gejala
Liken simpleks kronis bisa timbul di
setiap bagian tubuh, termasuk anus (pruritus ani) dan vagina (pruritus
vulva). Pada stadium awal, kulit tampak normal tetapi terasa gatal. Selanjutnya
timbul bercak-bercak bersisik, kering dan berwarna lebih gelap sebagai akibat
dari penggarukan dan penggosokan.
d.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan gambaran klinis,
biasanya tidak sulit. Diagnosis bandingnya adalah liken planus,
liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik..
e.
Predileksi
Tempat-tempat yang mudah dijangkau oleh tangan
seperti, tengkuk, sisi leher, tungkai bawah, pergelangan kaki, scalp, paha
bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan vulva.
BAB VIII
DERMATITIS STATIS
a.
Definisi
Dermatitis Stasis adalah suatu peradangan menahun (berupa
kemerahan, pembentukan sisik dan pembengkakan) pada tungkai bawah yang teraba
hangat, yang sering meninggalkan bekas berupa kulit yang berwarna coklat gelap.
b.
Etiologi
Dermatitis stasis merupakan akibat dari penimbunan darah
dan cairan di bawah kulit, sehingga cenderung terjadi pada penderita vena
varikosa (varises) dan pembengkakan (edema).
c.
Gejala
Dermatitis stasis biasanya timbul di pergelangan kaki. Pada awalnya kulit
menjadi merah dan sedikit bersisik. Setelah beberapa minggu atau beberapa bulan, warna
kulit berubah menjadi coklat gelap. Pengumpulan darah dibawah kulit yang
terjadi sebelumnya sering tidak dihiraukan, sehingga terjadi pembengkakan dan
kemungkinan infeksi, yang akhirnya menyebabkan kerusakan kulit yang berat (ulserasi).
d.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil
pemeriksaan fisik.
e.
Tatalaksana
Pengobatan jangka panjang bertujuan mengurangi kemungkinan
penimbunan darah di dalam vena di sekitar pergelangan kaki.
ü
Mengangkat kaki dalam posisi yang
lebih tinggi dari dada akan menghentikan penimbunan darah di dalam vena dan
penimbunan cairan di dalam kulit.
ü
Menggunakan stoking penyangga yang
tepat bisa membantu mencegah kerusakan kulit yang serius dengan cara mencegah
penimbunan cairan di tungkai yang lebih bawah.
ü
Biasanya tidak diperlukan
pengobatan tambahan.
Kadang diambil kulit dari bagian tubuh lainnya untuk dicangkokkan guna
menutupi luka terbuka yang sangat lebar. Beberapa penderita mungkin memerlukan
sepatu Unna, yaitu suatu alat yang menyerupai pembalut gips yang berisi
pasta gelatin yang mengandung seng.
Jika penderita merasa tidak nyaman mengenakan sepatu ini, pasta yang sama bisa digunakan dibawah balutan penyangga elastik. Pada dermatitis stasis, kulit mudah teriritasi; karena itu sebaiknya penderita menghindari pemakaian krim antibiotik, krim anestetik, alkohol, lanolin atau bahan kimia lainnya sebab bisa memperburuk keadaan.
BAB IX
TATALAKSANA DERMATITIS
PENGOBATAN
Pengobatan yang tepat didasarkan atas kausa,
yaitu menyingkirkan penyebabnya. Tetapi, seperti diketahui dermatitis multi
factor, kadang juga tidak diketahui pasti, maka penobatan bersifat simtomatis,
yaitu dengan menghilangkan/ mengurangi keluhan dan menekan peradangan.
1.
Sistemik
Ø
Pada kasus
ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat dikombinasikan dengan anti
serotonin, anti bradikinin, dan sebagainya. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 6 jam
bilamana perlu.
Ø
Obat dermatititis yang utama
adalah kortikosteroid (prednisone
30 mg/ hari). Kortikosteroid merupakan hormon steroid yang
dihasilkan oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan sintetik analognya telah
berkembang dengan pesat. Terutama
diberikan pada penyakit kasus akut dan berat.
Ø
Antibiotik
untuk setiap infeksi sekunder.
2. Topikal
Terdapat beberapa prinsip umum terapi topikal:
Ø Dermatitis akut/ basah (madidans) harus diobati
secara basah (kompres terbuka), bila subakut diberikan losio (bedak kocok),
krim (terutama pada daerah berambut), dan apabila kronik/kering diberikan
salap.
o
Kompres,
pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran dingin atau larutan burrow
untuk lesi-lesi eksudtif dan basah. Kenakan selama 20 menit tiga kali sehari. Hindari panas disekitar lesi.
o
Losio
topikal yang mengandung menol, fenol, atau premoksin sangat berguna untuk
meringankan rasa gatal sementara, dan tidak mensensitisasi, tidak seperti
benzokain dan difenhidramin. Obat-obatan bebas yang dapat digunakan antara lain
lasio atau obat semprot sarna dan lasio Prax Cetapil dengan mentol 0,25% dan
fenol 0,25%.
o
Kortikosteroid
topikal, berguna bila daerah yang terkena terbatas atau bila kortikosteroid
oral merupakn kontraindikasi.
Ø Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah
presentase obat spesifik.
3.
Rujukan; Pasien dengan penyakit kronik yang tidak memberikan respons terhadap terapi
dan penghindaran semua penyebab yang dicurigai harus dirujuk ke ahli kulit
untuk tes tempel
Berikut ini tingkat potensi dari
sejumlah kortikosteroid pada penggunaan dermal, yaitu:
- Lemah : hidrokortison asetat, metilprednisolon asetat.
- Sedang :
- Desoximetason + salis
- Dexametason
- Hidrokortison butirat
- Fluosinolon asetonida
- Flupredniden asetat
- Klobetason butirat
- Triamsinolon asetonida
- Kuat :
- Beklometason dipropionat
- Betametason valerat
- Betametason dipropionat
- Budesonida
- Diflukortolon valerat
- Fluklorolon asetonida
- Flutikason propionat
- Halometason
- Sangat kuat: Klobetasol propionat, betametason dipropion.
Namun jika pada
dermatitis tersebut ditemukan adanya infeksi bakteri, maka dapat diberikan juga
antibiotik, disamping kortikosteroid.
Berikut ini
golongan antibiotik untuk dermatitis:
- Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri, contoh gentamisin dan neomisin dimana secara in vitro, strain Stafilokokus aureus dan sebagian besar Stafilokokus epidermis sensitif terhadap Gentamisin.
- Antibiotika golongan kloramfenikol, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
- Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri, contoh eritromisin
- Antibiotik lain, contoh asam fusidat efektif untuk infeksi kulit yang disebabkan oleh strain stafilokokus aureus dan mupirosin yang juga efektif terhadap sebagian besar Stafilokokus (termasuk S.epidermis dan S.aureus) dan streptokokus.
PENCEGAHAN
Menghindari kulit kering dapat
menjadi salah satu faktor dalam membantu mencegah serangan di masa depan
dermatitis. Tips ini dapat membantu Anda meminimalkan efek pengeringan mandi
pada kulit Anda:
- Frekwensi mandi. Kebanyakan orang yang rentan terhadap dermatitis atopik tidak perlu mandi setiap hari. Coba satu atau dua hari tanpa mandi. Ketika Anda melakukan mandi, batasi diri Anda hanya 15 sampai 20 menit, dan menggunakan air hangat, bukan panas. Menggunakan minyak mandi juga dapat membantu.
- Gunakan hanya sabun tertentu atau deterjen sintetis. Pilih sabun ringan yang bersih tanpa berlebihan menghapus minyak alami. Deodoran dan sabun antibakteri mungkin membuatlebih kering kulit Anda. Gunakan sabun hanya pada wajah, ketiak, daerah genital, tangan dan kaki. Gunakan air bersih di tempat lain.
- Keringkan diri Anda dengan cermat. Lap kulit Anda dengan cepat dengan telapak tangan Anda, atau tepuk dengan lembut kulit Anda dengan handuk kering lembut setelah mandi.
- Melembabkan kulit Anda. Pelembab menahan kulit Anda agar air tidak hilang. Pelembab tebal bekerja dengan baik. Anda mungkin juga ingin menggunakan kosmetik yang mengandung pelembab. Jika kulit Anda sangat kering, Anda mungkin ingin memakai minyak, seperti baby oil, sewaktu kulit Anda masih basah. Minyak memiliki daya tahan lebih daripada pelembab mencegah penguapan air dari permukaan kulit Anda
KESIMPULAN
Dermatitis merupakan
epidermo-dermatitis dengan gejala subjektif pruritus. Objektif tampak inflamasi
eritema, vesikula, eksudasi dan pembentukan skuama. Tanda-tanda polimorfik
tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif
dan menjadi kronik.
Penyebab dermatitis
kadang-kadang tidak diketahui, sebagian besar merupakan respon kulit terhadap
agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri dan fungi. Respon tersebut
dapat berhubungan dengan alergi dan iritasi. Dimana alergi adalah perubahan
kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi dengan allergen
tertentu.
Dermatitis yang
merupakan kelainan kulit sering dijumpai dalam praktek sehari-hari. Dari segi
penanganannya, kelainan ini dapat dimasukkan dalam kelompok kelainan yang
responsive terhadap steroid. Steroid adalah senyawa anti inflamasi kuat yang
digunakan sejak kurang lebih lima puluhan. Secara alamiah bahan ini merupakan
hormone endogen yang dihasilkan oleh korteks adrenal. Dalam pembuatan bahan
sintetik, analognya telah berkembang pesat dan merupakan terapi utama pada
dermatitis.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djuanda
Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, editor. Dermatitis. 2008. Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin. Ed 5.p 126-38. Jakarta: FKUI.
2.
Dorland,
W.A. Newman, editor. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta:EGC.
3.
Dermatitis
Kontak Iritan. Accessed at January 9th, 2012. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/3406/htm
4.
Neurodermatitis
(likem simpleks kronik). Accessed at January 9th, 2012. Available
from: http://www.exomedindonesia.com/referensi-kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/kulit/2010/10/26/liken-simpleks
-kronik/
5.
Dermatitis
dan Penyakit Kulit. Accessed at January 7th, 2012. Available from: http://spesialiskulit.com/gangguan-kulit/dermatitis-dan-penyakit-kulit/html
6.
Dermatitis
kontak iritan. Accessed at January 7th, 2012. Available from: http://www.scribd.com/doc/35138983/Dermatitis-Kontak-Alergi/html
7.
Pengobatan
dermatitis. Accessed at January 7th, 2012. Available from: http://drugster.info/ail/pathography/1951/html
8.
Sign and
symptoms of Atopic Dermatitis. 2011. Accessed at January 7th, 2012.
Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/rashes.html#cat45/
9.
Atopic
Dermatitis. 2011. Accessed at January 9th, 2012. Available from: http://dermatology.about.com/cs/eczemadermatitis/a/dermatitis/htm
10. Eczema and dermatitis. Accessed at January 9th,
2012. Available from: http://dermnetnz.org/dermatitis/dermatitis/html
11. Gravitational dermatitis. Accessed at January 7th,
2012. Available from: http://www.medterms.com/script/main/art.asp?articlekey=2951/html
12. Dermatitis numularis. Accessed at January 7th,
2012. Available from: http://medicastore.com/penyakit/74/Dermatitis_numularis.html
1 komentar:
I want every herpes patient to please read my testimony, my name is SARAH MORGAN and I am from California in the USA, I contracted genital herpes from my ex boyfriend who never had any symptoms. I have had it for 4 months now., and it has affected my life. I have told my boyfriends who I trusted about it and I have never had a bad reaction, it has affected my new relationships with Smith and people think herpes is really a minor skin irritation herpes has a long term effects on health. The stigma attached to this virus by ignorant people is ridiculous. Most people have herpes in one form or another. I would like to advise people on how I get rid of my herpes and I was reading a comment on the internet,and I saw a testimony posted by a woman from Germany that she get rid of her herpes with the help of DR AHKIGBE and so I was so happy when I saw that post, that his herbal medication is free and I quickly collected the herbal doctor email and I email him within 3 hr he respond to my email and I explain things to him he told me not to worry that he is going to cure me totally with his herbal medicine he only request for little money that he will use to buy the items for the preparation of the herbal medicine, wish I send to him because the pain was too much for me to bear and after some days he told me that he has prepare the herbal medicine, that I should send him my address that he want to send it to me via DHL or FED-EX that was how I got the herbal medication and I use it as I was told and after few days I found out that my herpes was no more, i went to hospital for confirmation and it was true really that was how i got my cured. DR AKHIGBE also cure other deadly diseases like, HIV/AIDS, HERPES, DIABETES,CANCER, ALS, ASTHMA, WEAK BODY, HEPATITIS A&B, DENGUE FEVER, RABIES, MAR-BURG DISEASE, THYROID, HYPERTROPHY, SMALLPOX, ARTHRITIS, MENINGITIS ,LUPUS, EPILEPSY, CHRONIC DISEASE, DICK AND BREAST ENLARGEMENT, MALARIA, BACTERIAL DIARRHEA HEART DISEASE., JOINT PAIN, STOMACH PAIN, DENGUE NEURODERMATITIS,SCHIZOPHRENIA, POLIO,MULTIPLES SCLEROSIS, HIGH BLOOD PRESSURE, SORENESS/INJURY, VAGINAL DISCHARGE, CHANCRE, DEPRESSION, TUBERCULOSIS, ALZHEIMER , PENIS ENLARGEMENT, VAIN, PARKINSON'S, to get your rid kindly via his email: drrealakhigbe@gmail.com contact his number: +2349010754824 website: https://drrealakhigbe.weebly.com you can still write me on Instagram to get more information. on Sarah Morgan 06.
Posting Komentar