Siapa bilang gizi itu susah, lw baca dulu, lw ngertiin dlu, klo susah, lw banting aja laptop ato hp lw... prinsipnya lw harus sering megang pasien.....
bisa karna biasa boiii...
( hasil nyolong diktat konsulen )
Penerapan Ilmu Gizi
Klinik
Pada setiap tahap penanganan pasien:
- Mengerjakan ANAMNESIS
- Mengerjakan PEMERIKSAAN FISIS
- Menentukan PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Menegakkan DIAGNOSIS
- Memberikan TERAPI
- Mempertimbangkan PROGNOSIS
- Mengusahakan PREVENSI
ANAMNESIS
· Riwayat makanan:
-
Jangka
pendek sebelum sakit
-
Jangka
panjang sejak bayi
·
Nafsu makan: baik/kurang/buruk
·
Masukan makanan: jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi à
dapat menilai/kesan tentang:
- Kualitas
à
baik/kurang berdasarkan:
·
Jenis makanan
·
Komposisi nutrien
·
Distribusi kalori
- Kuantitas
à
cukup/kurang/lebih terhadap RDA energi/protein/vitamin/mineral dll
PEMERIKSAAN FISIS
1.
Tanda/gejala penyakit gizi:
- MEP:
wajah, rambut, otot, jaringan lemak subkutis, edema, dsb.
-
Defisiensi
vitamin A (Xerophthalmia): bercak Bitot, xerosis konjungtiva, ulkus kornea, dsb
-
Anemia
defisiensi: pucat (organomegali (-))
-
GAKI:
pembesaran kelenjar tiroid, kretin, dll
-
Defisiensi
vitamin B1: beri-beri/edema, polineuritis, refleks fisiologis ↓
-
Defisiensi
vitamin B2: stomatitis angularis
-
Defisiensi
vitamin C: skorbut
-
Dan
lain-lain
2.
Membuat kesan klinis tentang status gizi: Gizi lebih, baik,
kurang, dan buruk
à
Kesan dibuat berdasarkan tanda/gejala klinis
3. Menentukan status gizi secara
antropometris: BB/U, TB/U, BB/TB, LLA, dsb
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan laboratoris:
-
Hb,
protein serum, albumin, globulin
-
Profil lipid (lipid total, trigliserida,
kolesterol, LDL, HDL)
-
BUN, dll
- Pemeriksaan radiologis: usia tulang, osteoporosis / osteomalsia
- Pemeriksaan antropometris: BB, BB/TB, LLA, LK
DIAGNOSIS
- Sehat: Status gizi baik, tumbuh kembang normal/optimal dan ditambah kriteria sehat lain
- Penyakit gizi:
-
Defisiensi:
MEP, vitamin dan mineral
-
Kelebihan:
Obesitas, Intoksikasi vitamin dan mineral
TERAPI
- Terapi nutrisi:
-
Oral/enteral/parenteral
-
Dukungan terhadap penyakit utama: ginjal,
saluran cerna, DM, dsb
- Menentukan dosis obat
- Pemantauan respon terapi keseluruhan
PROGNOSIS
- Perbaikan/kemunduran:
-
Perbaikan
à penyembuhan: nafsu makan ↑, BB ↑
-
Kemunduran à
perburukan: nafsu makan ↓, BB ↓
- Memperkirakan (berdasarkan status gizi):
-
Daya
tahan tubuh
-
Kemungkinan
komplikasi/penyembuhan
c
PREVENSI
- Keadaan defisiensi
- Penyakit gizi iatrogenik
Pengkajian Status
Nutrisi Anak
Status nutrisi merupakan aspek penting dan perlu
diperhatikan pada individu sakit dan sehat. Penilaian status nutrisi
menunjukkan keadaan gizi (baik/kurang/buruk). Status nutrisi berperan dalam
mempengaruhi perjalanan dan prognosis penyakit.
Keadaan gizi juga berpengaruh terhadap status
imunologi, misalnya pada malnutrisi energi protein sedang/berat terdapat
defisiensi / defek imunologi seluler maupun humoral.
Hospital malnutrition sering terjadi akibat asupan
nutrisi yang tidak memadai dan akhirnya akan memperlambat proses penyembuhan
penyakit.
Langkah-langkah penilaian status gizi:
- Pemeriksaan klinis
- Analisis diet
- Pemeriksaan antropometri
- Pemeriksaan laboratorium
Pendekatan dalam
mengidentifikasi masalah gizi
Tujuan
|
Klinik
|
Antropometri
|
Laboratorik
|
Analisis diet
|
Screening
|
Anamnesis, PF, maturasi seksual, penggunaan
obat
|
BB, TB, LK, BB/TB
|
Hb, Ht
|
Pola makan, suplementasi vitamin, mineral
|
Midlevel, tambahkan:
|
PF lebih ekstensif (kulit, rambut, kuku dsb)
|
LLA, lipatan kulit triseps, taksiran TB
dewasa
|
MCV, albumin, protein total, limfosit total
|
Recall diet 24 jam dan 3-7 hari pencatatan
makan, evaluasi perkembangan ketrampilan makan
|
In depth, tambahkan:
|
Mineralisasi tulang (pelebaran epifisis, cranial bassing, dsb)
|
Usia tulang, laju pertumbuhan TB
|
Vitamin dan mineral serum, delayed hypersensitivity test
|
Rawat di RS
|
Penilaian status
nutrisi secara klinis
Dimulai dari anamnesis, PF serta pemeriksaan
antropometri. MEP berat mudah dikenali secara klinis, tetapi MEP ringan/sedang
atau borderline tidak mudah dikenali
dan memerlukan pemeriksaan antropometri, laboratorium serta analisis diet yang
teliti.
Anamnesis ditanyakan tentang riwayat masukan
dan keluaran makanan serta penggunaan energi. Energi digunakan untuk memenuhi
metabolisme basal (50-70%), termogenesis (10%), aktifitas spontan dan aktifitas
lain tak terbatas (20-40%) serta untuk pertumbuhan.
Penilaian status
nutrisi secara analisis diet
Merupakan pelengkap dari pemeriksaan lainnya.
Penilaian kualitas dan kuantitas makanan melalui metode wawancara dan food models serta pencatatan yang teliti
tentang makanan sehari-hari, kesulitan makan, kebiasaan makan yang abnormal,
alergi makanan dan hambatan perkembangan keterampilan makan.
Penilaian status
nutrisi secara antropometri
Antropometri adalah pengukuran berbagai dimensi
fisik tubuh manusia pada berbagai usia.
Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan
nilai/data mentah pada seorang individu, misalnya umur, BB, TB, LLA, LK dan
sebagainya.
Indeks merupakan kombinasi hasil pengukuran,
misalnya BB/U, TB/U dan sebagainya.
Indikator adalah cut-off points untuk suatu indeks.
Berat badan (BB)
BB merupakan parameter pertumbuhan yang paling
sederhana, mudah dilakukan dan diulang serta merupakan indeks untuk status
nutrisi sesaat. Pengukuran dilakukan tanpa pakaian atau pakaian seminim mungkin
dan tanpa sepatu. Keakuratan penimbangan pada anak besar 0,5 kg dan anak
kecil/bayi 0,1 kg. Untuk mengevaluasinya diperlukan data umur yang tepat, jenis
kelamin dan acuan standar.
Interpretasi:
1. BB/U diplot pada kurva:
BB < persentil 10 à defisit
BB > persentil 90 à kelebihan
2. BB/U dibandingkan standar yang
diacu, dalam persentase:
80-120% à Gizi baik
60-80% à Gizi kurang (tanpa edema), gizi buruk bila
disertai edema.
< 60% à Gizi buruk
Kehilangan BB:
∆BB
(%) = [∆BB / BB awal] x 100%
Penilaian:
· 5-10% à kehilangan BB ringan
· 15-25% à kehilangan BB sedang
· > 25% à kehilangan BB berat
Penilaian kehilangan
BB dihubungkan dengan jangka waktu
Jangka waktu
|
Kehilangan BB dalam (%)
|
|
Bermakna
|
Berat
|
|
1 minggu
|
1-2
|
> 2
|
1 bulan
|
5
|
> 5
|
3 bulan
|
7,5
|
> 7,5
|
6 bulan
|
10
|
> 10
|
Tinggi badan (TB)
TB merupakan parameter sederhana, mudah
dilakukan dan diulang serta bila dihubungkan dengan BB akan memberikan
informasi yang bermakna.
Cara pengukuran: anak berdiri tegak dan mata
menatap lurus ke depan, punggung menempel pada alat pengukur panjang pada tembok/dinding
tegak lurus. Untuk bayi atau anak yang belum bisa berdiri, pengukuran dilakukan
dalam posisi terlentang.
Interpretasi:
1. TB/U pada kurva:
· < persentil 5 à defisit berat
· Antara persentil 5 dan 10 à perlu evaluasi lebih lanjut, untuk membedakan
antara perawakan pendek sebagai akibat defisiensi nutrisi kronik atau karena
faktor genetik
2. TB/U dibandingkan pada standar baku
(%):
· 90-110% à tinggi baik/normal
· 70-90% à tinggi kurang
· < 70% à tinggi sangat kurang
Berat badan menurut
tinggi badan (BB/TB)
Rasio BB/TB sangat penting dan lebih akurat
dalam penilaian status nutrisi karena mencerminkan proporsi tubuh serta dapat
membedakan antara wasting dan stunting atau perawakan pendek.
Indeks pada anak perempuan hanya
sampai 135 cm dan anak laki-laki sampai TB 145 cm dan setelah itu rasio BB/TB
tidak begitu banyak berarti karena
adanya percepatan tumbuh. Indeks ini tidak memerlukan faktor umur.
BB/TB
(%) = [BB aktual/BB menurut TB aktual] x 100%
Interpretasi:
1. Jika BB/TB (%):
· > 120% à Obesitas
· 110-120% à Overweight
· 90-110% à Normal
· 70-90% à Gizi kurang
· <70% à Gizi buruk
2. Nilai BB/TB di sekitar persentil 50
menunjukkan normal. Makin jauh deviasi yang terjadi makin besar pula kelebihan
atau kekurangan gizi pada individu tersebut.
Lingkar lengan atas
(LLA)
Digunakan pada anak 1-5 tahun, dan
sudah dapat menunjukkan status gizi anak. Pengukuran dilakukan pada lengan
kiri, pertengahan akromion dan olekranon, menggunakan pita pengukur yang tidak
melar atau pita khusus (WHO/CARE) yang diberi warna hijau (> 12,5 cm), kuning
(11,5-12,5 cm) dan merah (<11,5 cm).
Interpretasi:
· <11,5 cm à Gizi buruk (merah)
· 11,5-12,5 cm à Gizi kurang (kuning)
· >12,5 cm à Gizi baik (hijau)
Interpretasi LLA/U:
· 85-10% à Gizi baik/normal
· 70-85% à Gizi kurang
· < 70% à Gizi buruk
Interpretasi LLA/TB:
· >85% à Gizi baik/normal
· 80-85% à Borderline
/ KKP-I
· 75-80% à Gizi kurang / KKP-II
· < 75% à Gizi buruk / KKP-III
Lingkaran kepala (LK)
LK dipengaruhi oleh status gizi anak
sampai usia 36 bulan. Pengukuran rutin dilakukan untuk menjaring kemungkinan
adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otak. Pengukuran
dilakukan dengan pita pengukur yang tidak melar, tepat diatas supra orbita pada
bagian yang paling menonjol dan melalui oksiput sehinggaa didapat nilai lingkar
kepala yang maksimal.
Interpretasi:
à LK < persentil 5 atau < -2SD menunjukkan
kemungkinan malnutrisi kronik pada masa intrauterin atau masa bayi/anak dini.
Hasil interpretasi status nutrisi
Indeks
|
Hasil interpretasi status nutrisi
|
||
BB/TB
|
BB/U
|
TB/U
|
|
Normal
|
Rendah
|
Rendah
|
Normal dengan riwayat malnutrisi
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Normal
|
Tinggi
|
Tinggi, status nutrisi normal
|
Rendah
|
Rendah
|
Tinggi
|
Kurang gizi, baru terjadi
|
Rendah
|
Rendah
|
Normal
|
Kurang gizi, baru terjadi
|
Rendah
|
Normal
|
Tinggi
|
Kurang gizi, baru terjadi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Rendah
|
Kelebihan gizi tetapi belum tentu
obese
|
Tinggi
|
Normal
|
Rendah
|
Kelebihan gizi dengan riwayat
malnutrisi
|
Tinggi
|
Tinggi
|
Normal
|
Obese/kegemukan
|
Berat otak pada anak:
· Saat lahir: ± 350 g
· 1 tahun: ± 1000 g
· 2 tahun: ± 1200 g
· Pria dewasa: ± 1400 g
· Wanita dewasa: ± 1250 g
à Pertumbuhan otak
dimulai bulan ke 2 s/d 4 tahun
Pertambahan lingkar kepala:
·
0 – 3 bulan = 2 cm
·
4 – 6 bulan = 1 cm
·
6 – 12 bulan = 0,5 cm
·
1 – 3 tahun = 1 cm/tahun
Kebutuhan cairan (Darrow):
BB s/d 10 kg = BB x 100 cc
BB 10 – 20 kg = 1000 + (BB x 50)
cc
BB > 20 kg = 1500 + (BB x 20)
cc
Kebutuhan cairan untuk:
-
Prematur / BLR (< 2 kg) = 150 cc/kg
-
Neonatus dan bayi 2 – 10 kg = 10 cc/kg
Kebutuhan cairan per oral à
150 – 200 cc/kg
Perhitungan kebutuhan kalori:
Kalori = BB ideal x Kalori pada
usia ~ BB ideal
Contoh: An. ♂, 3 tahun, BB = 8,5
kg; TB = 81 cm
BB ideal = 10,8 kg à
~ usia 15 bulan
à Kebutuhan kalori =
10,8 x 100 kal = ~ 1000 kal
Perhitungan kalori karbohidrat dari cairan infus:
Kalori = Σ cairan / 24 jam x [cairan] x 4
1 g KH = 4 kalori
Perhitungan kalori
protein dari aminofusin:
1 g Protein = 4 kalori
Protein dalam aminofusin 5% = 5 g
/ 100 cc
1 g Nitrogen = 6,25 g protein
1 g Asam amino = 0,833 g protein à 1 g protein = 1,2 g asam amino
BMR SCHOFIELD
Laki-laki
Umur (thn)
|
Rumus
|
0 – 3
|
0,167W + 15,174H – 617,6
|
3 – 10
|
19,49W + 1,303H + 414,9
|
10 – 18
|
16,25W + 1,372H + 515,5
|
> 18
|
15,057W + 1,004H + 705,8
|
Perempuan
Umur (thn)
|
Rumus
|
0 – 3
|
16,252W + 10,232H – 413,5
|
3 – 10
|
16,969W + 1,618H + 371,2
|
10 – 18
|
8,365W + 4,65H + 200
|
> 18
|
13,623W + 23,8H + 98,2
|
Rumus BMR
Umur (thn)
|
Rumus
|
0 – 3
|
♀: (0,249 x BB) – 0,127
♂: (0,244 x BB) – 0,13
|
3 – 10
|
♀: (0,095 x BB) + 2,110
♂: (0,085 x BB) + 2,033
|
10 – 18
|
♀: (0,074 x BB) + 2,754
♂: (0,056 x BB) + 2,808
|
BMR = (X . 1000) : 4,2 kal
Kecukupan Kalori
Umur (thn)
|
Laki-laki
|
perempuan
|
0 – 1
|
110 – 120
|
110 – 120
|
1 – 3
|
100
|
100
|
4 – 6
|
90
|
90
|
7 – 9
|
80 – 90
|
60 – 80
|
10 – 14
|
50 – 70
|
40 – 65
|
14 – 18
|
40 – 50
|
40
|
Kecukupan Protein sehari untuk bayi dan
anak menurut umur
Golongan umur (tahun)
|
Kecukupan protein (g/kg)
|
0
– 1
|
2,5
|
1
– 3
|
2
|
4
– 6
|
1,8
|
6
– 10
|
1,5
|
10
– 18
|
1
– 1,5
|
BMI = BB / TB2
< P5 à
underweight
> P85 à
at risk of overweight
> 95 à
overweight
Energi
Basal metabolism = 50 – 70%
Termogenesis = 10%
Aktivitas spontan = 20 – 40%
Jadwal pemberian makanan dan minuman pada
bayi yang mendapat ASI
Makanan
|
2 mg–2 bl
|
2-4 bl
|
4-6 bl
|
6-8 bl
|
8-10 bl
|
10-12 bl
|
ASI
|
On
demand
|
On
demand
|
On
demand
|
On
demand
|
On
demand
|
On
demand
|
Buah
|
2
x
11.00
15.00
|
2
x
11.00
15.00
|
2
x
11.00
15.00
|
2
x
11.00
15.00
|
||
Bubur
susu
|
1
x
09.00
|
1
x
09.00
|
1
x
09.00
|
|||
Nasi
Tim
|
1
x
17.00
***)
|
2
x
13.00
17.00
|
3
x
09.00
13.00
17.00
|
***) sudah
dapat diberikan telur.
Buah dapat diberikan
pada usia 2 bulan bila anak lapar dan sulit BAB
Jadwal pemberian makanan dan minuman pada
bayi yang mendapat PASI
Makanan
|
2 mg–2 bl
|
2-4 bl
|
4-6 bl
|
6-8 bl
|
8-10 bl
|
10-12 bl
|
ASI
|
6
x
100-120
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
|
5
x
120-160
06.00
09.00
13.00
17.00
20.00
|
4
x
160-200
06.00
13.00
17.00
20.00
|
3
x
200-220
06.00
13.00
20.00
|
2
x
200-250
06.00
20.00
|
2
x
200-250
06.00
20.00
|
Buah
|
2
x
11.00
15.00
|
2
x
11.00
15.00
|
2
x
11.00
15.00
|
2
x
11.00
15.00
|
2
x
11.00
15.00
|
|
Bubur
susu
|
1
x
09.00
|
1
x
09.00
|
1
x
09.00
|
|||
Nasi
Tim
|
1
x
17.00
***)
|
2
x
13.00
17.00
|
3
x
09.00
13.00
17.00
|
***) sudah
dapat diberikan telur.
Kalori dan Protein Bahan Makanan
Nama
|
Kalori (kal)
|
Protein (gram)
|
ASI
|
65 – 70
|
1,1 – 1,4/100 cc
|
LLM
|
66,6
|
1,7/100 cc
|
SGM
|
66,6
|
2,8/100 cc
|
Susu sapi
|
61
|
3,1/100 cc
|
BB
|
80
|
3
|
BS
|
217
|
7
|
NT I
|
155
|
8
|
NT II
|
155
|
12
|
Breda
|
267
|
10,2
|
MC (LLM)
|
1000
|
33
|
MC (Nabati)
|
1000
|
32
|
MC
|
2000
|
88
|
Pepti Junior
|
66,9
|
2
|
Enfalac
|
81
|
2,4
|
Pediasure
|
5 takar = 225 kal, 1 takar = 45 cc
|
|
Nutrilon Soya
|
66
|
|
Isomil
|
280/100 cc
|
|
SGM BBLR
|
81
|
Kenaikan BB untuk bayi (< 1 thn)
berdasarkan BB increment:
·
0 – 3 bln :
750 – 1000 g/bln
·
3 – 6 bln :
600 – 750 g/bln
·
6 – 9 bln :
400 – 500 g/bln
·
9 – 12 bln :
200 – 300 g/bln
Pertumbuhan
·
Increment first year:
BB = + 200% à
3 x BL
TB = + 55% à
1,5 x PL
·
Second year:
BB = + 3,5 kg
TB = + 12 cm
·
Preschool: stable for 4-5 year
Increment:
Ht = + 6 – 8
cm/year
Wt = + 2 – 4
kg/year
·
Middle childhood
Increment:
Ht = + 5 – 6
cm/year
Wt = + 2
kg/year
Makanan Cair (2000 kal)
Bahan:
·
Susu full cream 120
g
·
Susu skim 90
g
·
Gula pasir 100
g
·
Glukosa 25
g
·
Telur 3
butir
·
Tepung beras 20
g
·
Minyak jagung 20
cc
·
Jumlah cairan 2000
cc
·
Sari buah ekstra 100
cc
Nilai gizi:
·
Energi 2000
kal
·
Protein 83,2
g
·
Lemak 74,2
g
·
Karbohidrat 235,7
g
Makanan Cair (LLM)
Bahan:
·
Susu LLM 135
g
·
Gula pasir 50
g
·
Telur 1
butir
·
Maizena 10
g
·
Minyak jagung 5
cc
·
Jumlah cairan 1000
cc
Nilai gizi:
·
Energi 1000
kal
·
Protein 33
g
·
Lemak 20
g
·
Karbohidrat 64
g
·
Laktosa 9,5
g
Makanan Cair (Nabati)
Bahan:
·
Telur ayam 1 butir
·
Kacang hijau 100 g
·
Wortel 50 g
·
Sari jeruk 50
cc
·
Tepung beras 10
g
·
Minyak jagung 10
cc
·
Gula pasir 100
g
·
Jumlah cairan 2000
cc
Nilai gizi:
·
Energi 1000
kal
·
Protein 32
g
·
Lemak 18
g
·
Karbohidrat 172
g
Bubur susu (per oral)
Bahan:
·
Tepung 1,5
sdm/15 g
·
Susu cair 1
gelas/200 g
·
Gula pasir 1
sdm/10 g
Nilai gizi:
·
Energi 217
kal
·
Protein 7
g
·
Lemak 7
g
Bubur susu bahan dasar LLM
Bahan:
·
Tepung 20
g
·
LLM 1
gelas/200 cc
·
Gula pasir 1
sdm/10 g
Nilai gizi:
·
Energi 238,2
kal
·
Protein 4,8
g
Nasi Tim / Bubur Campur
Untuk membuat satu porsi nasi tim
/ bubur campur, berikut ini disajikan bahan yang diperlukan dan banyaknya:
Bahan
|
Banyaknya
|
|
Ukuran rumah tangga
|
Berat (gr)
|
|
Beras
|
2 sdm
|
20
|
Ikan
|
1 potong kecil
|
25
|
Tahu / tempe
|
1 potong kecil
|
10
|
Sayur
|
½ gelas
|
25
|
Air
|
3 – 4 gelas
|
800
|
à pilih salah satu atau
dua macam sayuran seperti bayam, kangkung, daun singkong muda, wortel, labu
kuning atau sayuran lain yang tersedia setempat.
Nilai gizi:
·
Energi 155
kal
·
Protein 8
g
·
Lemak 4
g
·
Karbohidrat 22
g
·
Kalsium 47,4
g
·
Besi 2,2
mg
·
Vitamin A 1895
SI
·
Tiamin 0,1
mg
·
Vitamin C 11,6
mg
Air Tajin
Bahan:
·
Tepung beras 8
g/2 sdm
·
Air 1
L/5 gelas
·
Garam dapur 4
– 5 g (1 sdt)
Cara membuat:
Campur semua bahan dan aduk
sampai rata. Masak bahan tersebut sampai mendidih dan teruskan masak sampai 45
– 60 menit.
Larutan Gula Garam
Bahan:
·
Garam dapur 1
g (1/4 sdt)
·
Gula pasir 5
g (1 sdt munjung)
·
Air matang 200
ml (1 gelas)
Cara membuat:
Masukkan gula pasir dan garam ke
dalam 1 gelas air matang, kemudian aduk sampai gula dan garam larut.
Bubur Breda
Bahan:
·
Tepung beras 15 g/1,2 sdm
·
Tepung maizena 15
g/ 1,2 sdm
·
Daging ayam tanpa kulit 50 g/1 potong paha
·
Minyak kelapa 1
g /0,5 sdm
·
Minyak kacang 1
g /0,5 sdm
·
Garam meja 0,35
g
·
Tambahan vitamin B kompleks 1 tab + vitamin C 25
mg
Nilai gizi:
·
Energi 267,4
kal
·
Protein 10,2
g
·
Lemak 14,6
g
·
Karbohidrat 24,8 g
Cara membuat:
1.
Rebus daging ayam sampai empuk dan potong kecil-kecil
2.
Daging ayam dan kuahnya sebanyak 200 cc diblender
bersama minyak kelapa dan minyak kacang
3.
Campuran ayam tersebut dibuat bubur bersama tepung
beras dan tepung maizena sampai masak
4.
Tambahkan garam, kemudian angkat dari api
Hepatosol
-
Protein BCAA à 6,12 g/100 g
-
Trigliserida (MCT) à 3,6 g/100 g
-
Cara menyajikan: 4 sendok takar = 60 g = 250 ml
~ 230 kal, mengandung 2,2 g MCT dan 3,672 g BCAA.
1 ml = 0,92 kal
Aminoleban
-
Protein à 13,5 g
-
Energi à 210 kal
à 1 sachet = 50 g,
ditambahkan 180 ml air hangat air hangat jadi 200 ml larutan ~ 210 kal
Vitaplus
-
Lemak à 8 g
-
Laktosa à 10,5 g
-
DHA à 12,6 g
-
L-Karnitin à 3,4 g
-
Energi à 197,8 kal
à 4 sendok takar = 42 g,
ditambah 180 ml air jadi 200 ml larutan ~ 198 kal. 1 ml = 0,99 kal
Vitalac BL
-
Lemak à 5,38 g
-
Fruktooligosakarida à 500 g
-
Energi à 520 kal/100 g
Diet Khusus
1. Sesak nafas (Frekuensi < 60
x/mnt)
2. Kesadaran menurun
à menggunakan NGT
Untuk < 1 tahun
Susu (SGM) frekuensi 6 kali
Misalnya: bayi usia 8 bulan
dengan ensefalitis, BB = 9 kg.
Kebutuhan cairan: 150 x 9 = 1350
ml
à SGM 6 x 225 ml per NGT
Untuk > 1 tahun
Makanan cair (MC) atau formula
seperti Pediasure (1 ml = 1 kal)
Misalnya: anak, 2 thn, BB = 14 kg
Kebutuhan: 14 x 100 = 1400 kal
MC 6 x 259 ml
Kalau gizi buruk à
frekuensi 7-8 kali
Diet pada gangguan pencernaan
Anak dengan diare, BB = 14 kg
à MC bahan dasar LLM 6 x
250 cc per NGT à
LLM: protein non hidrolisat, non laktosa, MCT
Bila masih mencret à MC Nabati 6 x 250 cc/NGT
Bila masih mencret juga à Pepti Junior/Pregestimil: protein hidrolisat,
lemak MCT, glukosa polimer
Misalnya: anak 7 bulan, BB = 8 kg
dengan diagnosis diare akut
à Diet:
- ASI
on demand
- LLM
3 x 175 ml
- BS
2x (bahan dasar LLM)
- BB
2x (pisang, biskuit)
Diet pada diare akut
-
Diare
akut à terjadi kurang dari 7 hari. Diet normal
dapat dilanjutkan selama sakit.
-
The
American Academy of Pediatrics
merekomendasikan anak-anak dengan dehidrasi ringan sampai sedang (mild sampai moderat)
membutuhkan rehidrasi dalam 4-6 jam, dilanjutkan dengan makanan yang sesuai
dengan usianya, dengan tetap memberikan ASI pada bayi.
-
Bila
diare anak memburuk setelah minum susu formula yang mengandung laktosa, formula
bebas laktosa diperlukan sampai sembuh dari
sakitnya. Protein kedelai, formula bebas laktosa dengan tambahan kedelai
serat polisakarida dapat digunakan dalam menangani diare akut.
Tabel 1. Komposisi cairan elektrolit-glukosa oral
Solution
|
Na (mEq/l)
|
K
(mEq/l)
|
Cl
(mEq/l)
|
Karbohidrat (g/l)
|
Osmolalitas (mOsm/l)
|
Rehidrasi
|
|||||
WHO-ORS
|
90
|
20
|
80
|
20
|
310
|
Rehidralyte
|
75
|
20
|
65
|
25
|
310
|
Rumatan
|
|||||
Infalyte
|
50
|
25
|
45
|
0
|
200
|
Ricelyte
|
50
|
25
|
45
|
20
|
290
|
Pedialyte
|
45
|
20
|
35
|
25
|
270
|
Resol
|
50
|
20
|
50
|
20
|
269
|
Sumber: AAP News vol. 5, p. 5,
1989
Diet pada diare kronik
-
Diare kronik pada bayi merupakan kondisi klinis
yang reversibel. Dipertimbangkan sebagai gangguan nutrisi.
-
Diare kronik berbahaya bila tidak diobati dengan
segera dan sesuai, karena dapat menyebabkan dehidrasi dan malnutrisi berat.
-
Paling sering tampak dalam 6 bulan pertama
kehidupan dan terjadi tipikal setelah diare akut. Diare kronik menyebabkan
malnutrisi dengan karakteristik volume yang banyak, asidosis, sering disertai
gas.
-
Pada diare kronik terdapat kerusakan enterocyte
dan gangguan kemampuan absorbsi usus. Intake oral menurun dan bayi menjadi
lebih dehidrasi dan malnutrisi, enterocyte tidak dapat sembuh.
-
Pengobatan
diare kronik pada bayi adalah dengan memelihara nutrisinya. Langkah pertama
adalah resusitasi cairan yang sesuai. Kemudian refeeding melalui nutrisi
enteral maupun parenteral, dimulai perlahan-lahan agar tidak terjadi syndrome
refeeding. Hal ini dapat menyebabkan hipofosfatemia, hipokalemia, dan
hipomagnesia. Dapat terjadi kegagalan nafas dan kolaps sirkulasi.
-
Kebutuhan
kalori yang dibutuhkan untuk kejar tumbuh adalah antara 140-200 kkal/kg/hari.
Sereal dan makanan bayi lainnya dapat dilanjutkan sesuai dengan toleransi bayi,
jus sebaiknya dihindari karena osmolalitasnya yang tinggi.
-
Selain
ASI dapat diberikan beberapa formula yaitu: Formula bebas laktosa, Formula semi elemen protein hidrolisa
seperti alimentum (Ross) atau pregestimil (mead johnson), Formula elemen asam
amino seperti neocate (Scientific Hospital Supply)
-
Untuk
memenuhi tujuan diet pada penderita diare, diperlukan syarat-syarat sebagai
berikut :
-
Pasien
tidak dipuasakan. Setelah terjadi rehidrasi, segera diberikan makanan per oral.
-
Pemberian
ASI diutamakan, terutama pada bayi.
-
Cukup energi dan protein.
-
Cukup
cairan dan elektrolit, sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan dan umur.
-
Cukup mineral dan vitamin.
-
Makanan
tidak merangsang saluran pencernaan
-
Makanan
diberikan secara bertahap
-
Makanan
diberikan dalam porsi kecil dengan frekuensi yang sering.
Diet pada intoleransi laktosa
§ Intoleransi laktosa merupakan sindrom
malabsorbsi karbohidrat yang paling sering muncul.
§ Karakteristik kelainan ini adalah bloating,
buang-buang angin, dan diare setelah mencerna makanan yang mengandung laktosa.
Test hidrogen merupakan diagnosa test untuk menentukan intoleransi laktosa.
§ Diet rendah laktosa diperlukan untuk 2
alasan, yaitu :
-
primer
akibat defisiensi laktosa (alaktasia kongenital)
-
sekunder
akibat intoleransi (komplikasi dari gastroenteritis, penyakit celiac atau
fibrosis kistik)
§ Prinsip dasar diet kedua kelainan di
atas adalah sama, yaitu pemberian makanan rendah atau bebas laktosa, namun pada
alaktasia primer, diet bebas laktosa diberikan seumur hidup sedangkan pada
intoleransi, misalnya pada gastroenteritis, diet hanya bersifat sementara.
§ Laktosa diproduksi oleh sel-sel
mukosa usus halus sehingga gangguan pada mukosa akan menurunkan produksi
laktase yang menimbulkan diare akibat tidak tercernanya laktosa saat melewati
usus. Intoleransi laktosa ditandai dengan berkurangnya ampas pada feses.
Sebagai akibat sekunder dari penyakit primernya, intoleransi laktosa dapat
menghilang seiring dengan sembuhnya penyakit primer, sehingga diet yang
diperlukan hanya beberapa saat.
Diet pada konstipasi
§ Konstipasi biasa terjadi pada masa
anak-anak.
§ Pengobatan jalur pertama adalah dengan
memberikan cairan.
§ Pada anak diatas 2 tahun, diet tinggi serat sering
direkomendasikan, bila gagal, dibutuhkan lubricant dan laksatif.
§ Program yang dapat dilakukan untuk
mencegah konstipasi adalah diet tinggi serat, cairan adekuat, dan peningkatan
aktivitas fisik.
Diet untuk penderita penyakit jantung
Tujuan pemberian diet pada
penderita penyakit jantung adalah:
§
Memberikan makanan secukupnya agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara normal tanpa membebani kerja jantung
§
Mencegah retensi garam atau air dalam tubuh
sehingga dapat menurunkan tekanan darah
§
Menyiapkan anak dengan penyakit jantung bawaan
sehingga dalam keadaan baik untuk dioperasi.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam diet jantung:
§
Energi cukup sesuai kebutuhan. Kecukupan energi
pada bayi dengan kelainan jantung bawaan adalah 175-180 kal/kg.
§
Protein tinggi yaitu 3-4 g/kg. bila terdapat
kegagalan jantung, untuk mengurangi beban ginjal, maka protein dibatasi menjadi
1-2 g/kg
§
Lemak sedang’mineral dan vitamin cukup
§ Natrium dan cairan dikurangi bila
terdapat edema atau hipertensi
§ Mudah dicerna
§ Rupa makanan menarik dan rasa harus
diperhatikan
§ Cara saji yang menarik
Diet jantung I
Diberikan pada pasien dengan
kegagalan jantung. Konsumsi
protein dibatasi 1-2 g/kg. Konsumsi natrium juga dibatasi, pada bayi 150-180
mg/hari, sedangkan untuk anak 40 mg/hari. Bahan makanan yang diberikan
harus dalam bentuk cair.
Diet jantung II
Diberikan pada pasien dengan
kemampuan jantung menurun. Protein yang diberikan 3-4 g/kg. Untuk bayi konsumsi
natrium dibatasi 200-400 mg/hari, sedang pada anak 600-800 mg/hari. Bentuk
makanan adalah lunak.
Diet jantung III
Diberikan pada anak tanpa
kegagalan jantung. Seperti pada penyakit jantung rematik dan demam rematik.
Makanan yang diberikan adalah makanan biasa.
Bahan makanan yang tidak boleh
diberikan pada diet jantung adalah makanan yang merangsang saluran pernafasan
dan makanan yang mengandung gas.
Diet untuk penderita penyakit ginjal
Diet yang diberikan adalah diet
rendah protein dan rendah garam. Diberikan pada pasien dengan glomerulonefritis
dan kegagalan faal ginjal.
Tujuan pemberian diet ini adalah:
§
Memberi makanan secukupnya tanpa membebani kerja
ginjal
§
Membantu menurunkan kadar ureum dan kreatinin
darah
§
Mengurangi retensi natrium dalam tubuh
§
Mengusahakan agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal
Syarat-syarat:
§
Energi harus lebih tinggi dari kecukupan energi
normal. Kecukupan energi anak < 3 tahun adalah 150 kal/kg, sedangkan anak
> 3tahun adalah 100 kal/kg.
§
Jumlah protein sesuai dengan faal ginjal.
§
Lemak lebih tinggi dari kecukupan normal
§
Hidrat arang diberikan lebih tinggi sehingga
mencukupi kebutuhan energi
§ Natrium dibatasi bila ada edema atau
hipertensi
§
Banyaknya cairan disesuaikan dengan faal ginjal,
umur dan berat badan anak.
§ Bila ada anuria, makanan diberikan
secara parenteral
§
Mineral dan vitamin diberika cukup keuali
natrium
§
Rasa makanan bitingkatkan dengan bumbu yang
tidak mengandung natrium.
Diet Nefritis I
Diberikan pada:
CCT < 19 ml/mnt, Cr serum 4 – 6 mg%, Ur > 60 mg%.
Komposisi:
- Protein
1 g/kg/hr
- Na
200 – 400 mg/hr
- Energi:
< 3 tahun = 150 kal/kg ; > 3 tahun = 100 kal/kg
Diet Nefritis II
Diberikan pada:
CCT 20 – 30 ml/mnt, Cr serum 2 – 4 mg%, Ur 40 – 60 mg%.
Komposisi:
- Protein
1,5 – 2 g/kg/hr
- Na
600 – 800 mg/hr
- Garam
1 gr
Diet Nefrotik
Diberikan pada Sindrom Nefrotik
Komposisi:
- Protein
2 g/kg/hr
-
Energi
sesuai umur dan BB
- Rendah
garam
Parenteral Nutrition
Definisi: pemberian nutrisi
termasuk air, karbohidrat, protein, lemak elektrolit, vitamin, mineral dan
trace elemen melalui vena yang utuh.
Tujuan: untuk memberikan nutrien
yang dibutuhkan agar anak dapat tumbuh kembang seperti anak lain yang mendapat
dukungan nutrisi enteral.
PN diberikan sebagai dukungan
nutrisi bagi pasien yang tidak dapat mengkonsumsi atau menyerap sejumlah
makanan secara adekuat melalui traktus gastrointestinal selama paling sedikit
5-7 hari.
Yang termasuk dalam kelompok ini
adalah pasien yang karena sesuatu sebab atau keadaan tidak dapat, tidak boleh
atau tidak mau makan sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan bila hanya mendapat
masukan peroral.
Kontra indikasi pemberian PN
adalah pasien yang dapat mengkonsumsi nutrisi enteral sesuai atau melebihi
kebutuhan atau pemberian nutrisi parenteral memberikan efek samping yang lebih
berbahaya dibandingkan penyakit dasarnya.
Keadaan yang kemungkinan
memerlukan PN:
1. Pasien tidak mampu mentoleransi
nutrisi enteral karena disfungsi traktus GI:
-
Pasca
bedah neonatus: gastroskizis, atresia esofagus, atresia intestinal multipel,
ileus mekonium dengan peritonitis, malrotasi dan volvulus, MH + enterokolitis,
hernia diafragmatika
-
Reseksi
usus yang panjang
-
Fistula
gastrointestinal yang panjang
-
Penyakit GI yang berat: EKN, IBD, pankreatitis
-
Malabsorbsi berat
-
Diare intraktabel pada bayi
-
Pemberian
kemoterapi dengan atau tanpa iradiasi
-
Transplantasi
tulang atau organ lain
-
BBLSR dengan penyakit saluran nafas atau
penyakit lain yang berat
-
Chilotoraks atau chiloasites
2.
Pasien dengan kebutuhan metabolisme meningkat yang
kemungkinan tidak adekuat dengan pemberian PN:
-
Luka bakar hebat dan trauma
-
Fibrosis kistik
-
Sepsis berat
-
Gagal ginjal
-
Gagal jantung berat
Langkah-langkah pada tatalaksana PN:
·
Penentuan
status nutrisi
·
Perhitungan
kebutuhan nutrisi (energi, cairan, nutrien)
Rumus Harris-Benedict:
-
Laki-laki:
kal/24 jam = 66,47 + (13,75 x BB) + (5 x TB) + (6,76 x Umur)
-
Perempuan:
kal/24 jam = 65,51 + (9,57 x BB) + (1,85 x TB) – (4,86 x Umur)
-
Bayi: kal/24 jam = 22,10 + (31,05 x BB) + (1,16
x TB)
Tergantung pada
stres yang diderita, maka kebutuhan energi akan meningkat = BEE x faktor stres,
yaitu menjadi 1,25 x pada stres ringan, 1,5 x pada stres sedang dan 2 x pada
stres berat.
·
Pemilihan dan perhitungan cairan yang akan
digunakan serta cara pemberiannya
·
Penentuan akses PN
·
Pelaksanaan pemberian PN
·
Pemantauan:
o
Keadaan klinis dan laboratoris
o
Komplikasi (mekanik, septik dan metabolik)
Kondisi yang dapat meningkatkan kebutuhan energi
Kondisi
|
Kenaikan kalori
|
Demam
|
12% untuk setiap kenaikan suhu
10C diatas 370C
|
Gagal jantung
|
15-25%
|
Bedah mayor
|
20-30%
|
Luka bakar
|
Sampai 100%
|
Sepsis (berat)
|
40-50%
|
Gagal tumbuh (kronik)
|
50-100%
|
MEP
|
Sampai 2x BEE
|
Kebutuhan protein
Golongan umur (tahun)
|
Protein (g/kg/hari)
|
0 – 1 (+BBLR)
|
2,0 – 3,5
|
1 – 7
|
2,0 – 2,5
|
7 – 12
|
2,0
|
12 – 18
|
1,5
|
> 18
|
1,0
|
Akses Vaskular
Bergantung lamanya terapi, kebutuhan nutrisi
dan volume cairan yang akan diberikan.
-
Akses
vena perifer
Maksimal konsentrasi dextrose 12,5%,
osmolaritas <900 mOsm/L. Lama pemakaian < 2 minggu. Komplikasi flebitis
(bila osmolaritas >900 mOsm/L)
-
Akses
vena sentral
Indikasi: terapi nutrisi jangka
panjang atau home PN. Sangat aman untuk TPN à karena high blood flow
rapidly dilutes the hypertonic solution. Komplikasi berhubungan dengan letak
akses, infeksi dan trombosis. Fungsinya untuk PN, kemoterapi, prolonged
antibiotic therapy dan komponen darah. Akses vena sentral permanen bila > 3
minggu.
Lipid
§
Nutrisi dengan densitas kalori tinggi (9 kal/g),
pada PN memasok 30-50% energi non nitrogen.
§ Sebagai
sumber asam lemak esensial
yaitu asam linoleat dan asam linolenat (minimal 1% energi total).
§
Emulsi lipid 20% lebih dianjurkan dibandingkan
10%, karena:
o Volume
cairan yang lebih sedikit
o Kalori
lebih besar yaitu 2 kal/ml sedang emulsi lipid 10% mengandung 1,1 kal/ml
o Mengandung
fosfolipid yang lebih rendah, sehingga risiko hiperkolesterolemia dan
hiperfosfolipidemia menjadi lebih rendah. Fosfolipid à menghambat enzim
lipoprotein lipase yang berfungsi dalam clearance lipid intravena
§
Dimulai dengan dosis rendah yang dinaikkan
bertahap.
§
Pemberian terus menerus 24 jam atau 18 jam à
istirahat 6 jam untuk proses clearance
§
Dosis lipid parenteral 2,5 – 3 g/kg/hr hanya
memberikan 25 – 30% total energi dalam lemak, tetapi dosis yang lebih besar
sulit ditoleransi terutama pada prematur atau kecil masa kehamilan.
§
Anak > 2 tahun à pembatasan lemak
sampai 30% dari total kalori (umumnya 1,5 – 2,5 g/kg/hr) sesuai AAP
§ Lemak tidak boleh > 60% total
kalori à bisa terjadi ketoasidosis.
§ Efek samping pemberian lemak
intravena, jika diberikan bolus atau melebihi dosis 3,6 g/kg/hr antara lain
perubahan fungsi paru, terganggunya fungsi netrofil dan peningkatan risiko
kernikterus pada bayi dengan peningkatan kadar bilirubin.
§ Komplikasi PN dapat dikategorikan:
o Pemberian
nutrisi tidak adekuat à
over/undernutrition
o
Metabolik
à gangguan elektrolit,
hipoglikemia, hiperglikemia, jaundice,
defisiensi vitamin, asam lemak, asidosis metabolik
o
Mekanik
à pneumotoraks, hematotoraks, emboli
udara dall.
o
Infeksi
à sepsis dan flebitis
§
Pemberian emulsi lipid harus hati-hati bila
diberikan pada:
o Neonatus
dengan hiperbilirubinemia
o Neonatus
yang sedang fototerapi
o Mengalami
gagal nafas
o Sepsis
berat
o Trombositopenia
§
Komplikasi yang terjadi akibat pemberian emulsi
ini antara lain reaksi hipersensitivitas akut,bradikardia transient, TPN
related cholestasis, risiko kolelitiasis, pankreatitis, gangguan pertukaran gas
pernafasan, gangguan fungsi imun, trombositopenia, lepasnya ikatan bilirubin
dari albumin.
Formula All In One
Formula all in one adalah
pemberian PN yang mengandung dekstrosa, asam amino, dan emulsi lipid dalam satu
wadah. Keuntungannya adalah lebih nyaman, pemberian infus lipid dapat lebih
lambat, disamping lebih hemat karena penggunaan pompa dan pipa makanan menjadi
berkurang. Lebih lanjut emulsi lipid yang isotonus menjadikan campuran larutan
lebih rendah osmolalitasnya. Tetapi formula ini juga mempunyai kelemahan yaitu
sulit memantau bila terjadi presipitasi pada larutan, disamping itu penelitian menunjukkan
bahwa formula ini lebih berisiko untuk terjadinya pertumbuhan bakteri
dibandingakan formula biasa.
Komplikasi PN:
1.
Pemberian nutrisi tidak adekuat: under/over nutrition
2.
Metabolik: gangguan elektrolit, hipoglikemia,
hiperglikemia, cholestatic jaundice, defisiensi vitamin, asam lemak, asidosis
metabolik, dan lain-lain
3.
Mekanik: pneumotoraks, hemitoraks, emboli udara dan
lain-lain
4.
Infeksi: sepsis, flebitis dan lain-lain
Penghentian PN
Bila nutrisi enteral sudah dapat
diberikan dan ditoleransi, maka PN secara bertahap dapat dikurangi seiring
bertambahnya jumlah nutrisi enteral. Sebaiknya PN tidak dihentikan secara
mendadak, tetapi dalam 24 jam, bahkan pada neonatus harus dilakukan dalam 2-3
hari. PN baru dihentikan
seluruhnya bila asupan nutrisi enteral sudah mencapai 2/3 kebutuhan.
Kebutuhan lipid untuk PN
Dosis
|
Prematur/KMK
|
Aterm
|
Anak
|
Inisial
|
0,5 – 1
5 ml/kg/h
|
1 – 2
10 ml/kg/h
|
1
10 ml/kg/h
|
Peningkatan/hari
|
0,25 – 1
2,5 ml/kg/h
|
0,5 – 1
5 ml/kg/h
|
0,5 – 1
5 ml/kg/h
|
Maksimum
|
3 – 4
30 ml/kg/h
|
4
40 ml/kg/h
|
2
20 ml/kg/h
|
Cara pembuatan cairan
TPN dengan KaEN 1B:
1. Konsentrasi 15%
V1M1 = V2M2
+ V3M3
15 x 500 = 40 X + (500-X) x 3,75
X = 155 cc ~ 160 cc
à KaEN 1B (340) + D
40% (160) + KCl 10 mEq/kolf
2. Konsentrasi 17,5%
V1M1 = V2M2
+ V3M3
17,5 x 500 = 40 X + (500-X) x 3,75
X = 189 cc ~ 190 cc
à KaEN 1B (310) + D
40% (190) + KCl 10 mEq/kolf
Cara pembuatan cairan
untuk TPN:
1.
Hitung kebutuhan kalori (BB ideal)
2.
Hitung kebutuhan protein (mulai 1 g/kg/hari)
3.
Hitung kebutuhan cairan (BB aktual, ~ Darrow)
4.
Hitung kebutuhan Na dan K
5.
Hitung kebutuhan cairan asam amino (sesuaikan dengan
kebutuhan protein)
6.
Hitung sisa cairan
7.
Tentukan konsentrasi glukosa yang akan digunakan, mulai
10% sampai maksimal 12,5%
8.
Hitung komposisi cairan yang akan digunakan
9.
Hitung kembali total kalori
10. Hitung
persentase terhadap BMR
Contoh TPN:
Kasus: An. ♀, 9 bulan, BB = 7 kg,
BB ideal = 8,4 kg
1.
Kebutuhan kalori An. ♀, 9 bulan à 110 - 120 kal/kg/hr à
1000 kal
2.
Kebutuhan protein 1 g/kg/hr à 7 g/hr
3.
Kebutuhan cairan = 7 X 100 = 700 cc
4.
Kebutuhan elektrolit:
Na à
2 mEq/kg/hr à
14 mEq
K à
2 mEq/kg/hr à
14 mEq
5. Kebutuhan asam amino à dalam cairan Aminofusin L-600
(Protein 5% à 5 g/100 cc)
7 g protein = 7/5 x 100 = 140 cc
6.
Sisa cairan = 700 – 140 = 560 cc
7.
Konsentrasi cairan yang diinginkan à
12,5%
8. Komposisi cairan: KaEN 1B + D40%
V1M1 = V2M2
+ V3M3
12,5 x 560 = 40 X + (560-X) x 3,75
X = 135 cc
Jadi cairan
yang diberikan:
·
KaEN 1B = 560 – 135 = 425 cc
·
D40% = 135 cc
9. Buat cairan dalam 1 kolf (500 cc)
KaEN 1B = 425 /
560 x 500 = 380 cc
D40% = 135 /
560 x 500 = 120 cc
à KaEN 1B (380) + D
40% (120) + KCl 10 mEq/kolf
Kalori cairan
yang diberikan:
·
KaEN 1B = 425 cc à 64 kal
·
D40% = 135 cc à 216 kal
·
Aminofusin L-600 = 140 cc à
84 kal
à
Total kalori = 364 kal
10. BMR = 0,244 x 8,4 – 0,13 = 1,9 / 4 x
1000 = 480 kal
TPN = 76% BMR
Contoh perhitungan Ivelip:
Ivelip 20% (dalam 100 cc)
Misalnya: BB = 12 kg à Kebutuhan lipid diawali
dengan 0,5 g/kg/hr
Jadi kebutuhan lipid = 6 g
Jumlah Ivelip = 6/20 x 100 = 30
cc
Kalori lipid = Σcairan x [cairan]
x 9 = 30 x 20% x 9 = 54 kal
Aminofusin ped à
Protein 4%
Aminofusin L-600 à
Protein 5%
1 g Nitrogen = 6,25 g protein
1 g Asam amino = 0,833 g protein
Proporsi keseimbangan gizi:
- Karbohidrat : 50 – 60%
- Protein : 12 – 22%
- Lemak : 38%
Klasifikasi status antropometri
Gizi baik
|
Gizi kurang
|
Gizi buruk
|
|
BB / U
|
80 – 100%
|
60 - < 80%
|
< 60%
|
TB / U
|
95 – 100%
|
85 - < 95%
|
< 85%
|
BB / TB
|
90 – 100%
|
70 - < 90%
|
< 70%
|
LLA / U
|
85 – 100%
|
70 - < 85%
|
< 70%
|
LLA / TB
|
85 – 100%
|
70 - < 85%
|
< 70%
|
Penentuan status gizi anak
Status gizi
|
Klinis
|
Antropometri
|
Gizi buruk
|
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua
punggung kaki sampai seluruh tubuh
|
< -3 SD
> -3 SD (dengan edema berat)
|
Gizi kurang
|
Tampak kurus
|
≥ -3 SD s/d < -2 SD
|
Gizi baik
|
-2 SD s/d +2 SD
|
|
Gizi lebih
|
> +2 SD
|
Gizi Buruk
Tata laksana gizi buruk di
ruangan perawatan meliputi 10 langkah utama (WHO) yaitu:
1.
Pengobatan dan pencegahan hipoglikemia
Bila kadar GDS
< 54 mg/dL atau < 3 mmol/L pada pemeriksaan dextrostick, maka:
-
Diberikan sesegera mungkin cairan F75 dan
dilanjutkan pemberian tiap 2 – 3 jam
-
Jika sulit mendapatkan cairan F75 dalam waktu
singkat, maka dapat diberikan 50 ml cairan D 10% atau sukrosa (1 sendok teh
gula dalam 3,5 sendok teh air) diberikan secara oral atau melalui NGT dan
kemudian dilanjutkan dengan pemberian makanan sesegera mungkin.
-
Pemantauan dilakukan dengan melakukan:
§ Pengukuran kadar GDS kembali setelah
30 menit. Bila terdapat hipoglikemia tata laksana diatas dapat diulang.
§ Pengukuran suhu rektal. Bila <
35,50C dan terdapat penurunan kesadaran, maka harus diwaspadai
adanya hipoglikemia.
-
Untuk anak yang mengalami penurunan kesadaran
diberikan terapi IV D 10% 5 ml/kg atau dapat diberikan D 10% atau sukrosa per
NGT.
-
Sebagai pencegahan berulangnya hipoglikemia,
pemberian makanan dilakukan tiap 2 – 3 jam baik siang hari maupun malam hari
paling tidak pada hari pertama.
2. Pengobatan dan pencegahan hipotermia
(Suhu rektal < 350C)
§ Berikan makanan cair sesegera
mungkin
§ Beri
selimut / pakaian tebal dan lampu pemanas
§ Dapat
diberikan antibiotik yang sesuai
3.
Pengobatan dan pencegahan dehidrasi
Bila didapatkan
tanda-tanda dehidrasi diberikan cairan ReSoMal 5 ml/kg setiap 30 menit selama 2
jam pertama, selanjutnya diberikan 5 – 10 ml/kg/jam untuk 4 – 10 jam
berikutnya.
Bila dalam 6 – 10 jam telah tercapai
rehidrasi, maka dapat diberikan F75.
4.
Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
§ Kalium:
3 – 4 mmol/kg/hr
§ MgSO4:
0,25 cc/kg/hr, maksimal 2 cc IM
§ Cairan
rendah natrium (Resomal)
5.
Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pilihan
antibiotik adalah yang berspektrum luas.
Untuk pasien
tanpa komplikasi diberikan Kotrimoksasol 5 mg/kg/hr dalam 2 dosis, selama 5
hari.
Bila terdapat
komplikasi dapat diberikan Ampicillin 50 mg/kg/hr IV, diberikan tiap 6 jam
selama 7 hari dan Gentamisin 7,5 mg/kg/hr IV, 1 kali/hr selama 7 hari
6.
Pemberian makan dilakukan melalui 3 fase:
-
Stabilisasi:
§ Kalori
80 – 100 kal/kg/hr
§ Protein
1 – 1,5 g/kg/hr
§ Cairan
130 cc/kg/hr (untuk pasien dengan edema 100 cc/kg/hr)
-
Transisi:
§ Kalori
100 – 150 kal/kg/hr
§ Protein
1,5 – 4 g/kg/hr
§ Cairan
150 cc/kg/hr
-
Rehabilitasi:
§ Kalori
150 – 200 kal/kg/hr
§ Protein
4 – 6 g/kg/hr
§ Cairan
150 – 200 cc/kg/hr
7.
Memperhatikan tumbuh kejar
Pemantauan
dilakukan pada:
-
Makanan yang disediakan dan jumlah makanan yang
dapat dihabiskan.
- Adanya muntah dan frekuensi defekasi
dan konsistensi tinja
- Berat badan setiap hari. Pada fase
rehabilitasi pencapaian BB yang dikategorikan dalam poor à < 5 g/kg/hr ; moderate à 5 – 10 g/kg/hr dan baik bila > 10 g/kg/hr.
8.
Koreksi mikronutrien
9.
Stimulasi sensorik dan dukungan emosional
10. Mempersiapkan
tindak lanjut di rumah
Indikasi transfusi pada gizi buruk:
-
Hb
< 4 g/dL
- Hb
4 – 6 g/dL dan anak dengan respiratory distress
Komponen darah yang diberikan
berupa PRC 10 cc/kg. Bila pemeriksaan darah rutin pasca transfusi menunjukkan
Hb tetap < 4 g/dL atau 4 – 6 g/dL maka transfusi darah tidak boleh diulang
dalam waktu 4 hari.
Kriteria pemulangan anak gizi
buruk dari ruang rawat inap:
1.
Balita:
- Nafsu
makan sudah baik
- Perbaikan
kondisi mental
- Anak
sudah dapat tersenyum, duduk, merangkak, berdiri atau berjalan, sesuai dengan
umurnya
- Suhu
tubuh 36,5 – 37,50 C
- Tidak
ada muntah atau diare
- Tidak
ada edema
- Terdapat
↑ BB > 5 g/kg/hr selama 3 hari berturut-turut atau kenaikan sekitar 50
g/kg/minggu, selama 2 minggu
-
Sudah
berada dalam kondisi gizi kurang
2.
Ibu/pengasuh:
- Sudah
dapat membuat makanan yang diperlukan untuk tumbuh kejar di rumah
- Sudah
mampu merawat serta memberikan makanan dengan benar pada anak
3.
Institusi lapangan:
- Telah
siap menerima rujukan pasca rawat
Pasien gizi buruk yang menolak
rawat inap, maka harus dilakukan:
§ Membuat jadwal kunjungan sampai
tercapainya tahap rehabilitasi
§ Menghubungi institusi lapangan
terdekat (RS setempat, puskesmas setempat atau Balkesmas setempat atau pekerja
sosial di bidang nutrisi dan kesehatan setempat.
Minimal lama perawatan pada gizi buruk 16
minggu (sampai tahap transisi selesai) dimana pasien dalam fase rehabilitasi.
Pemakaian mikronutrien pada gizi
buruk:
§ Asam folat 5 mg/hari, pada hari
pertama, selanjutnya 1 mg/hr
§ Zn 2 mg/kg/hr
§ Cu 0,2 mg/kg/hr
§ Preparat besi diberikan dalam bentuk
ferrosulfat dengan dosis 3 mg/kg dan hanya diberikan setelah BB tercapai
(biasanya dalam waktu 2 minggu)
Asam folat, Zn dan Cu umumnya diberikan setiap
hari selama 2 minggu.
Vitamin A diberikan pada hari I, II dan XIV,
dengan dosis:
-
< 6 bulan : 50000 IU
-
6 bulan – 1 tahun : 100000 IU
-
> 1 tahun : 200000 IU
Penggunaan Vitamin A untuk terapi:
- Hari I: 200000 IU IM/oral
- Hari II: 200000 IU IM/oral
- Hari XIV: 200000 IU IM/oral à perburukan atau sebelum pulang
Pada gizi buruk, selalu periksa adanya gejala
defisiensi mikro nutrien:
-
Xeroptalmia
(defisiensi vitamin A)
-
Anemia
(defisiensi Fe, Cu, vitamin B12, asam folat)
-
Stomatitis
(vitamin B, C)
Ulserasi mata, ditatalaksana dengan:
-
Tetes
mata kloramfenikol atau salep mata tetrasiklin setiap 2-3 jam selama 7-10 hari.
-
Teteskan
tetes mata atropin 1 tetes, 3 x sehari selama 3-5 hari.
-
Tutup
mata dengan kassa yang dibasahi larutan fisiologis.
Dermatosis ditandai dengan:
-
Hipo/hiperpigmentasi
-
Deskuamasi
(kulit mengelupas)
-
Lesi
ulserasi eksudatif, menyerupai luka bakar, sering disertai infeksi sekunder
antara lain oleh kandida.
Tatalaksana yang diberikan:
-
Kompres
bagian kulit yang terkena dengan larutan K-permanganat 1% selama 19 menit
-
Beri salep/krim (Zn dengan minyak kastor)
-
Usahakan agar daerah perineum tetap kering
-
Umumnya terdapat defisiensi Zn, jadi berikan
preparat Zn per oral
Parasit/cacing
à Mebendazol 100 mg per
oral, 2 x sehari, selama 3 hari atau preparat antihelmintik lain.
Diare melanjut
Tatalaksana tergantung etiologi. Bla akibat intoleransi laktosa
berikan formula bebas laktosa atau rendah laktosa. Bila penyebabnya giardiasis
berikan Metronidazol 7,5 mg/kg setiap 8 jam selama 7 hari.
Tuberkulosis
Lakukan Mantoux test, bila sesuai
dengan tuberkulosis berikan OAT.
Penilaian kenaikan berat badan:
-
Baik bila ≥ 50 g/kg/mgg
-
Kurang bila < 50 g/kg/mgg
Atau
-
Buruk : < 5 g/kg/hari
-
Sedang : 5-10 g/kg/hari
-
Baik : > 10 g/kg/hari
Penyebab kenaikan BB < 50
g/kg/mgg:
-
Intake tidak adekuat
-
Defisiensi
nutrien tertentu berupa vitamin dan mineral
-
Infeksi
yang tidak terdeteksi, sehingga tidak diobati
-
Masalah
psikologik
Koreksi Bicnat
Anak = 0,3 x BB x BE à
0,3 berasal dari volume cairan tubuh = 30%
RTA
·
Koreksi :
∆HCO3
x BB x 0,3
∆HCO3
= 26 - X
·
Evaluasi AGD dan anion gap
·
Evaluasi ½ jam sebelum BicNat
Koreksi Albumin
Kebutuhan
albumin = ∆Albumin x BB x 0,8
Aminofusin L-600 à
Protein 5%
Aminofusin Paed à
Protein 4%
Aminoleban à
Protein 7,9%
RDA Vitamin dan
Mineral
0 – 6 bl
|
6 bl – 1 th
|
1 – 3 th
|
4 – 6 th
|
7 – 10 th
|
|
Vit. A (μg)
|
375
|
375
|
400
|
500
|
700
|
Vit. D (μg)
|
7,5
|
10
|
10
|
10
|
10
|
Vit. E (mg)
|
3
|
4
|
6
|
7
|
7
|
Vit. C (mg)
|
30
|
35
|
40
|
45
|
45
|
Vit. B12 (μg)
|
0,3
|
0,5
|
0,7
|
1
|
1,5
|
Tiamin (mg)
|
0,3
|
0,4
|
0,7
|
0,9
|
1
|
Riboflavin (mg)
|
0,4
|
0,5
|
0,8
|
1,1
|
1,2
|
Niacin (NE)
|
5
|
6
|
9
|
12
|
13
|
Vit. B6 (mg)
|
0,3
|
0,6
|
1
|
1,1
|
1,4
|
Biotin (μg)
|
10
|
15
|
20
|
25
|
30
|
Asam Pantotenat (mg)
|
2
|
3
|
3
|
3-4
|
4-5
|
Asam Folat (μg)
|
25
|
35
|
50
|
75
|
100
|
Vit. K (μg)
|
5
|
10
|
15
|
20
|
30
|
Calcium (mg)
|
400
|
600
|
800
|
800
|
800
|
Fosfor (mg)
|
300
|
500
|
800
|
800
|
800
|
Magnesium (mg)
|
40
|
60
|
80
|
120
|
170
|
Fe (mg)
|
6
|
10
|
10
|
10
|
10
|
Zn (mg)
|
5
|
5
|
10
|
10
|
10
|
Na (mg)
|
115-350
|
250-750
|
325-975
|
450-1350
|
600-1800
|
K (mg)
|
350-925
|
425-1275
|
550-1650
|
775-2325
|
1000-3000
|
Cl (mg)
|
275-700
|
400-1200
|
500-1500
|
700-2100
|
925-2775
|
Iodium (μg)
|
40
|
50
|
70
|
90
|
120
|
Selenium
|
10
|
15
|
20
|
30
|
30
|
Trophic Feeding
Trophic feeding:
-
Cara pemberian asupan nutrisi dalam jumlah yang
sangat sedikit kepada neonatus sebagai sumber nutrisi dan secara langsung akan
merangsang dan mengembangkan sistem saluran cerna tanpa memperberat penyakit.
-
Untuk
mengatasi efek yang terjadi akibat kelaparan usus. Termasuk didalam trophic
feeding adalah nutrisi enteral dini, pemberian awal asupan pada usus, dan
asupan hipokalori dini.
Bayi preterm yang sulit menerima asupan
nutrisi enteral dan harus mendapat nutrisi parenteral dalam jangka waktu lama,
ternyata ditemukan bahwa vili-vili ususnya menjadi lebih pendek, deoxy
ribonucleic acids (DNA) mukosa menghilang, jumlah protein dan aktifitas
enzim berkurang.
Pemberian trophic feeding pada bayi berat lahir rendah (BBLR) menggunakan ASI
yang telah dimodifikasi atau formula khusus bayi berat badan lahir rendah
dengan kecepatan pemberian 0,1 ml/kg/jam, dan dapat ditingkatkan secara
bertahap.
Hal ini tidak meningkatkan risiko terjadi
NEC. Pemberian nutrisi pada BBLR dianjurkan secara bolus kecil setiap 3-8 jam.
Jika tidak bisa, dapat diberikan secara kontinu.
Peningkatan volume pemberian sebanyak
10-20 ml/kg/hari sampai volume optimal dapat dicapai. Peningkatan volume secara
cepat akan meningkatnya risiko terjadinya NEC.
Pemberian nutrisi
dinyatakan optimal bila mencapai 80% dari kebutuhan gizi atau mencapai 150
mI/kg/hr dan 120 kkal/kg/hr.
Jumlah susu yang diberikan adalah 12-24 mI/kg/hari. Pada BBLR,
nutrisi enteral dini dapat diberikan dalam waktu 24-72 jam setelah bayi lahir
dengan pemberian secara kontinu.
Pada anak atau bayi dengan risiko malnutrisi yang disebabkan
penyakit kronis, pemberian nutrisi dapat dimulai segera setelah risiko
malnutrisi terdiagnosis. Pada bayi BBLR yang disertai dengan sindrom distress
pernafasan, pemberian nutrisi dapat diberikan 48 jam setelah lahir.
Komplikasi
pemberian trophic feeding pada
gastrointestinal lebih sedikit dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi
asupan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain distensi abdomen, mual akibat
stasis empedu, dan aspirasi lambung.
MCT (Middle Chain Triglycerides)
Merupakan asam lemak dengan
jumlah rantai karbon 6-12.
Karakteristik MCT:
·
Digesti/absorpsi: tidak memerlukan garam empedu,
tidak memerlukan lipase pankreas.
·
Tidak mengalami reesterifikasi
·
Ditranspor
langsung ke hepar melalui vena porta
·
Tidak
menyebabkan hipertrigliseridemia
·
Tidak
disimpan sebagai lemak
Perbedaan fisiologis LCT dengan MCT
Karakteristik
|
LCT
|
MCT
|
Digesti / Absorpsi
|
||
Hidrolisis lipase ludah
|
Lebih cepat
|
|
Absorpsi di lambung
|
Tidak ada
|
Sebagian kecil masuk V. porta
|
Absorpsi tanpa garam empedu
|
Minimal
|
Bermakna
|
Absorpsi tanpa lipase pankreas
|
Minimal
|
Bermakna
|
Penglepasan gastric inhibitory peptide
|
Distimulasi LCT
|
Tidak ada stimulasi penglepasan
|
Difusi pada lapisan air
|
Minimal
|
Bermakna
|
Dalam sel
|
||
Bentuk tidak dihidrolisis masuk
ke sel mukosa
|
Tidak ada
|
Bermakna, terutama bila dengan LCT
|
Reesterifikasi asam lemak
intraselular
|
Penting untuk transport
|
Tidak mengalami reesterifikasi
|
Pembentukan kilomikron
|
Penting untuk transport
|
Tidak penting untuk transport,
lebih penting bila diet mengandung LCT
|
Transport
|
||
Rute transport
|
Saluran limfe usus
|
Terutama melalui V. Porta, tetapi sebagian
melalui saluran limfe tergantung pada LCT dalam diet
|
Metabolisme
|
||
Hipertrigliseridemia
|
Ada
|
Tidak ada
|
Efek ketogenesis
|
Meningkat
|
Meningkat, dewasa > bayi
|
Efek terhadap metabolisme glukosa
|
Glukoneogenesis
|
Glukoneogenesis (bayi),
hipoglikemia oleh karena insulin (dewasa)
|
Metabolisme
|
Dioksidasi sebagian
|
Seluruhnya dioksidasi di hati,
metabolic rate dan termogenesis (-)
|
Disimpan sebagai lemak
|
Di jaringan lemak dan hati
|
Tidak disimpan
|
Kelebihan MCT atau campuran MCT / LCT dibandingkan LCT:
·
MCT atau campuran MCT / LCT dioksidasi dan
dibersihkan dari darah lebih cepat dibanding LCT saja.
·
MCT mengandung sumber energi yang lebih cepat
dan tidak mengalami reesterifikasi dan tidak disimpan di dalam hepar.
·
Oksidasi
MCFA tidak bergantung pada sistem karnitin-asil transferase.
·
MCT merangsang ketogenesis dan meningkat suplai
energi.
·
Oksidasi MCT lebih besar dibandingkan LCT pada
keadaan hiperinsulinemia yang berkaitan dengan stress katabolik dan tidak
menyebabkan hipertrigliseridemia seperti yang terlihat pada LCT.
·
MCT memiliki “protein sparring effet” yang leih
besar dibanding LCT
·
MCT tidak menekan sistem pertahanan tubuh
(mengganggu sistem retikuloendotelial dan faktor-faktor lain pada sistem imun).
Branched-Chain Amino Acids
Sebagian besar asam amino
dimetabolisme di dalam hepar, namun BCAA diutilisasi oleh otot rangka. Pada
otot, pemecahan BCAA akan menyediakan nitrogen dan pemecahan glukosa akan menyediakan
karbon yang dibutuhkan untuk pembentukkan alanin dan glutamin.
Glutamin sangat dibutuhkan untuk
kerja sel dalam proses penyembuhan luka, memperbaiki retensi nitrogen,
meningkatkan sintesis protein, menurunkan degradasi protein pada keadaan
katabolis, menjaga konsentrasi glutamin
intraseluler (otot, usus), memperbaiki dan menjaga keutuhan mukosa usus,
dan menurunkan translokasi bakteri serta sebagai bahan bakar untuk sel-sel usus
dan pembentukkan amonia di dalam ginjal.
Jumlah BCAA berkurang di dalam
tubuh pada penderita yang mengalami trauma maupun sepsis. Secara klinis,
larutan yang diperkaya dengan BCAA berkaitan dengan:
- Perbaikan retensi nitrogen
- Perbaikan sintesis protein hepatik
- Penurunan degradasi protein
Pemberian larutan yang diperkaya
dengan BCAA sebanyak 0,5 – 1,2 g/kg/hr dapat:
- Memperbaiki retensi nitrogen
- Pengurangan ureagenesis
- Meningkatkan sintesis protein
Obesitas
Batasan dan uraian
umum
Obesitas adalah keadaan
penimbunan jaringan lemak tubuh yang berlebihan dan ditandai dengan adanya
gambaran klinis yang khas.
Overweight adalah BB lebih dari
rata-rata, tapi tidak ada deposisi jaringan lemak yang berlebihan.
Penyebab obesitas multifaktorial dan berdampak
terhadap tumbuh kembang anak. Berisiko terjadi obesitas pada dewasa dan
berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian seperti penyakit
kardiovaskuklar, DM dan sebagainya.
Komplikasi: hiperlipidemia,
hipertensi, obstructive sleep apnea syndrome (OSAS), non alcoholic
steato-hepatic (NASH), Blount disease.
Tujuan tatalaksana: mencapai BB sesuai dengan
usia rata-rata dan status perkembangan.
Evaluasi obesitas
serta dampaknya
·
Pastikan
apakah kriteria obesitas telah terpenuhi secara klinis maupun antropometris.
·
Telusuri
faktor risiko obesitas serta dampak yang mungkin terjadi, riwayat obesitas
dalam keluarga serta pola makan dan aktifitas.
·
Dampak
obesitas yang dievaluasi adalah faktor risiko kardiovaskular, OSAS, gangguan
fungsi hati, masalah ortopedik, kelainan kulit serta potensi gangguan
psikiatri.
·
Faktor
risiko kardiovaskular antara lain riwayat anggota keluarga dengan penyakit
jantung vaskular atau kematian dini (<55 tahun), dislipidemia (LDL > 160
mg/dL, HDL < 35 mg/dL), hipertensi, merokok, DM, dan rendahnya aktifitas.
Bila terdapat 3 faktor risiko dianggap berisiko tinggi.
·
OSAS
sering terjadi pada obesitas dengan gejala mengorok sampai mengompol.
Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal yang seringkali
diperberat oleh adanya hipertrofi adenotonsilar. Obstruksi saluran nafas
intermiten di malam hari menyebabkan tidur gelisah serta menurunkan oksigenasi.
Gejala akan berkurang seiring dengan penurunan BB dan atau adenotonsilektomi
serta pemakaian CPAP.
·
Non
alcoholic steatohepatitis (NASH) ditemukan pada anak obesitas melalu skring USG
hati. Kadar SGOT dan SGPT dapat meningkat.
·
Kelebihan
BB dapat berisiko terhadap gangguan ortopedik yaitu torsi tibial dan kaki
pengkar, tergelincirnya epifisis kaput femoris dan gejala tekanan BB pada
persendian di ekstremitas bawah.
Manifestasi klinis
Anamnesis:
-
Riwayat pertumbuhan / pertambahan berat badan,
kapan mulai gemuk.
-
Riwayat masukan makanan
-
Riwayat
penyakit keluarga obesitas, penyakit koroner, DM, hipertensi, hiperlipidemia
-
Tidur
mengorok
-
Aktifitas
sehari-hari
-
Berat
lahir
-
Perkembangan
terlambat
Pemeriksaan fisis:
-
Pengukuran BB, BB/TB (>120%), BMI > P97, tekanan darah
-
Trisep skinfold ≥ P85
-
Distribusi lemak dengan pola tertentu : waist – hip ratio
-
Muka tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek
-
Tanda retardasi mental
-
Pseudoakantosis nigrikans (hiperpigmentasi
leher, aksila, bawah payudara)
-
Hipertrofi adenoid/tonsil
-
Payudara membesar mengandung jaringan lemak dan
perut membuncit, disertai dinding perut yang berlipat-lipat
-
Kaki bentuk X atau O
-
Genitalia: burried
penis
-
Bentuk fisik obesitas dibedakan menurut
distribusi lemak:
o
Lebih banyak lemak pada bagian atas tubuh (dada
dan pinggang) disebut apple shape body
(android). Lebih berisiko mengalami penyakit kardiovaskular, hipertensi dan
DM.
o
Lebih banyak lemak di bagian bawah tubuh
(pinggul dan paha) disebut pear shape
body (gynoid).
o
Bentuk intermediates
Pemeriksaan penunjang:
-
Darah perifer lengkap
-
Profil lipid: kolesterol total, trigliserida,
LDL, HDL
-
Fungsi hati: SGOT, SGPT, gamma GT
-
Fungsi ginjal: ureum, kreatinin, asam urat
-
Gula
darah puasa dan 2 jam post prandial
-
Atas indikasi: Ro orofaring AP/Lat, USG hati,
lain-lain sesuai komplikasi yang ada
Tata laksana
-
Prinsip utama adalah mengurangi asupan energi
serta meningkatkan keluaran energi. Caranya dengan pengaturan diet, peningkatan
aktifitas fisik, mengubah pola hidup dan yang terpenting adalah keterlibatan
keluarga dalam proses terapi.
-
Pengaturan diet dengan penurunan kalori 200-500
kal/hari, target penurunan BB 0,5 kg/minggu.
-
Konsumsi
lemak < 3%. Lemak jenuh hanya 10% dari total kalori.
-
Diet
tinggi serat.
-
Karbohidrat
tidak boleh > 48%. Kolesterol < 300 mg. Garam 5 gr/hari.
Pendidikan dan pencegahan
-
Pemantauan pertumbuhan
-
Pendidikan / penjelasan bahaya dan komplikasi
obesitas
Gizi lebih – obesitas:
-
Super : > 200%
-
Berat : > 150 – 200%
-
Sedang : > 135 – 150%
-
Ringan : > 120 – 135%
Gizi lebih : > 110 – 120%
Batasan dan uraian umum
Gagal tumbuh (failure to thrive, FTT):
-
Bayi/anak tidak tumbuh sesuai kurva pertumbuhan
normal
-
Merupakan tanda/gejala dan masalah pada pasien
dan bukan merupakan diagnosis/derajat penyakit
-
Bila BB/U dibawah P3 atau BB/TB dan TB/U dibawah
P10 kurva CDC 2000
-
Memotong 2 titik kurva
Manifestasi Klinis
Anamnesis:
-
Masa neonatal: manajemen ASI yang salah, cara
pemberian susu formula yang salah, kelainan metabolik, kelainan kromosom dan
kelainan anatomis (jarang)
-
Usia 3 – 6 bulan: kemungkinan penyebab antara
lai underfeeding (karena kemiskinan),
cara pembuatan formula yang salah, intoleransi protein susu, disfungsi motorik
oral, refluks gastrointestinal dan penyakit jantung bawaan
-
Usia 7 – 12 bulan: keterlambatan pemberian
makanan padat, intoleransi makanan, disfungsi motorik oral, orangtua protektif
-
>
12 bulan: sama seperti diatas ditambah faktor psikososial
Pemeriksaan fisis:
-
Dilakukan pengukuran BB, TB dan lingkar kepala à tentukan status gizi
-
Pada gizi cukup à gejala khas (-), gizi
kurang à
tampak kurus tanpa kelainan fisis lain.
-
Gizi buruk à cengeng, kurus sekali,
wasting, ekstremitas hipo/atrofi, crazy pavement dermatosis
-
Akibat kelainan kromosom atau genetik à
dismorfik
-
Perhatikan kemungkinan child abuse
Pemeriksaan penunjang
-
DPL, UL, FL
-
Tes Mantoux
-
Pemeriksaan lain diperiksa atas indikasi sesuai
penyakit dasar yang dicurigai (AGD, elektrolit dll)
Tatalaksana
1.
Mencari dan mengobati penyakit dasarnya, apakah merupakan
kelainan organik atau non organik
2.
Asupan
kalori dapat mencapai 150% diatas kebutuhan harian (RDA). Kebutuhan
harian dihitung berdasarkan berat badan yang diharapkan (BB/TB)
3.
Asupan vitamin dan mineral yang berlebihan tidak
terindikasi
4.
Pasien gizi buruk dirawat dan ditata laksana sesuai
pedoman gizi buruk
Pencegahan dan pendidikan
-
Pemantauan pertumbuhan secara teratur
-
Pemberian nutrisi yang sesuai
Alergi Makanan
Pencegahan sensitisasi dini
terbagi 3 tahap:
1.
Pencegahan primer untuk mencegah sensitisasi
2.
Pencegahan sekunder untuk mencegah manifestasi klinis
alergi
3.
Pencegahan tersier untuk mengurangi gejala klinis dan
derajat berat penyakit alergi
Pencegahan sensitisasi dini
meliputi:
§
Diet restriksi ibu sejak trimester 3 dan selama
menyusui (terutama riwayat atopi). Diet restriksi dilakukan tanpa telur, susu,
ikan, daging dan kacang sejak kehamilan trimester 3 dan selama menyusui serta
dapat ASI eksklusif selama 5-6 bulan atau diet bebas.
§ ASI
eksklusif selama 6 bulan. Kolostrum ASI mengandung TGF-β yang memicu sel B dalam jaringan
limfoid saluran cerna memproduksi
IgA yang mempunyai efek protektif terhadap alergen. Ibu tetap harus menghindari
makanan alergenik seperti susu dan telur.
§ Formula hipoalergenik atau semi
elemental à untuk kemungkinan intoleransi
protein susu sapi. Fraksi protein susu sapi terdiri dari whey dan kasein. Tiga
protein yang mempunyai alergenisitas tinggi pada susu sapi adalah kasein,
β-laktoglobulin, α-laktalbumin
§ Pemberian makanan padat ditunda
sampai 6 bulan
§ Pembeian makanan padat awal secara
bertahap 1 kali/minggu kemudian 2 kali/minggu
§
Pemberian telur dan produk susu setelah 1 tahun
serta pemberian kacang, ikan dan kerang setelah 3 tahun
Uji imunologi
§
Identifikasi makanan yang diduga menyebabkan
reaksi alergi dan memastikan keterlibatan sistem imun
§
Meliputi uji kulit, RAST, Elisa
§
Anak > 3 tahun dengan uji kulit (+) merupakan
prediktor yang baik untuk hasil (+) pada uji provokasi.
§
Anak < 3 tahun uji kulit diperiksa setelah
ada hasil (+) pada uji provokasi atau ada riwayat reaksi alergi yang jelas.
§
Reaksi pada makanan untuk anak < 3 tahun
tidak berhubungan dengan hasil uji kulit (+)
Uji provokasi
§ Dilakukan setelah anak-benar-benar
bebas gejala
§ Makanan diuji satu persatu dan
diobservasi ada atau tidak gejala.
Perbandingan komposisi susu
Energi (kal/100 cc)
|
Protein (g)
|
Laktosa (g)
|
Lemak (g)
|
MCT (g)
|
Osmolaritas
(mOsm/L)
|
|
F 75
|
75
|
0,9
|
1,3
|
413
|
||
F 100
|
100
|
2,9
|
4,2
|
419
|
||
Pepti Junior
|
67
|
2
|
0,1
|
3,7
|
1,85
|
190
|
BBLR
|
81
|
2,2
|
5,5
|
4,3
|
5,4
|
|
Pediasure
|
100
|
3
|
4,98
|
|||
LLM
|
67
|
1,7
|
0,9
|
2,8
|
0,8
|
|
SGM 1
|
67
|
1,7
|
3,3
|
|||
SGM 2
|
67
|
2,8
|
2,5
|
|||
Isomil
|
67
|
1,8
|
3,7
|
|||
Bebelac FL
|
72
|
1
|
3,1
|
|||
NAN
|
67
|
1,5
|
3,4
|
|||
Lactogen 2
|
67
|
3,1
|
2,7
|
|||
Vitalac
|
68
|
1,56
|
3,64
|
|||
Vitalac 2
|
66
|
2,6
|
2,6
|
|||
ASI
|
65-70
|
1,1-1,4
|
3-5,5
|
|||
S26
|
70
|
1,6
|
3,7
|
|||
Nenatal
|
76
|
1,7
|
4,5
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar