Dengue
Hemmorhagic Fever
- Definisi
Demam
berdarah dengue (DBD) adalah merupakan suatu penyakit demam akut yang
disebabkan oleh virus genus flavivirus, family flaviviridae, mempunyai 4 jenis serotipe yang diperantarai oleh
nyamuk aedes aegypti atau Aedes albopictus. Umur terbanyak yang
terkena infeksi dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin banyak
kelompok umur lebih tua menderita DBD. Spekturm klinis infeksi dengue dapat
dibagi menjadi :
·
Gejala klinis paling
ringan tanpa gejala (silent dengue
infection)
·
Demam dengue (DD)
·
Demam berdarah dengue
(DBD)
·
Demam berdarah dengue
disertai syok (sindrom syok dengue)
(1
dari Standar Pelayanan medis kesehatan anak)
- Patofisiologi
Walaupun demam
dengue (DD) dan demam berdarah dengue( DBD) disebabkan oleh virus yang sama,
tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan
klinis. Perbedaan yang utama adalah pada peristiwa renjatan yang khas pada DBD.
Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasma yang diduga karena proses
imunologi. Pada demam dengue hal ini tidak terjadi.( Harikushartono, Hidayah N,
Darmowandowo W,Soegijanto S, (2002), Demam Berdarah Dengue: Ilmu Penyakit Anak,
Diagnosa dan Penatalaksanaan, Jakarta, Penerbit Salemba Medika.)
Manifestasi
klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus
akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag.
Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah
lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap
virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi APC(Antigen Presenting Cell).
Antigen yang menempel di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan
menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi
sel T-sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga
mengaktifkan sel B yang akan melepas
antibodi.
Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu
antibodi netralisasi, antibodi hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. Proses
diatas menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya
gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
Dapat terjadi manifetasi perdarahan karena terjadi aggregasi trombosit yang
menyebabkan trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersifat ringan.
Sistim vaskuler
Patofisiologi
primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang mengarah
ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari
20% pada kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi
efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.( Gubler D.J, (1998). The
Global pandemic of Dengue/Dengue Haemorrhagic Fever current status and
prospects for the future. Dengue in Singapore. Technical Monograph Series no:2
WHO.)
Tidak terjadinya
lesi destruktif nyata pada vaskuler, menunjukkan bahwa perubahan sementara
fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja singkat. Jika penderita sudah
stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat,
menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS
melibatkan 3 faktor: perubahan vaskuler, trombositopeni dan kelainan koagulasi.
Hampir semua
penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, dan
banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yang abnormal.
Sistim respon imun
Setelah virus
dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuiti dengan
viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi virus ini muncul respon imun
baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi, antihemaglutinin,
anti komplemen. Antibodi yang
muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi
sekunder kadar antibodi yang telah ada meningkat (booster effect).
Antibodi
terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama
sampai dengan ketiga, dan menghilang setelah
60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM,
oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan
sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi sekunder
antibodi IgG meningkat pada hari kedua.
Oleh karena itu diagnosa dini infeksi
primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder
dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM
yang cepat. (Sumarmo PS, ( 1999 ). Masalah demam
berdarah dengue di Indonesia. Dalam: Sri Rezeki HH, Hindra IS. Demam berdarah
dengue. Naskah lengkap. Pelatihan bagi pelatih dokter spesialis anak &
dokter spesialis penyakit dalam dalam tatalaksana kasus DBD. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 10-12.)
- Gejala Klinis
Klinis:
(WHO
Tahun 1997)
·
Demam tinggi mendadak
tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus selama 2-7 hari.
·
Terdapat manifestasi
pendarahan yang terdiri dari
o Uji
Bendung positif
o Petekie,
ekimosis, purpura
o Perdarahan
mukosa, epistaksis, perdarahan gusi
o Hematemesis
dan atau melena
·
Pembersaran hati
·
Syok, ditandai nadi
cepat dan lemah sampai tidak teraba, penyempitan tekanan nadi (≤20 mmHg),
hipotensi sampai tidak terukur, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, capillaryrefill time memanjang (>2
detik) dan pasien tampak gelisah.
Laboratorium:
·
Trobositopenia
(100.000/µl atau kurang)
·
Adanya kebocoran plasma
larena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan manifestasi sebagai berikut:
o Peningkatan
hematokrit ≥20% dari nilai standar
o Penurunan
hematokrit ≥20% setelah mendapat terapi cairan
o Efusi
pleural/perikardial, asites, hipoproteinemia.
Dua kriteria klinis
pertama ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan
hematokrit) cukup untuk menegakkan diagnosis kerja DBD.
(2
dari Pelayanan Kesehatan Anak di rumah sakit)
Pemeriksaan
Fisik
·
Gejala Klinis DBD
diawali dengan demam mendadak tinggi, facial
flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan
faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung iga kanan. Gejala penyerta tersebut
lebih mencolok pada DD daripada DBD
·
Hepatomegali dan
kelainan fungsi hati lebih sering ditemukan pada DBD
·
Perbedaan antara DD dan
DBD adalah pada DBD terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sehingga
menyebabkan perembesam plasma. Hipervolemi dan syok.
·
Perembesan plasma
mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal
selama 24-48 jam.
·
Fase kritis sekitar
hari ke 3 hingga ke 5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu turun, yang dapat
merupakan awal penyembuhan infeksi ringan namun pada DBD berat merupakan awal
syok.
·
Perdarahan dapat berupa
petekie, epistaksis, melena, ataupun hematuria.
·
Tanda-tanda syok
o Anak
gelisah, sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis.
o Nafas
cepat, nadi teraba lembut kadang-kadang tidak teraba
o Tekanan
darah turun, tekanan nadi <10mmHg
o Akral
dingin, capillary refill menurun
o Diuresis
menurun hingga anuria
·
Apabila syok tidak
dapat segera teratasi, akan terjadi komplikasi berupa asidosis metabolik dan
perdarahan hebat.
(1
dari Standar Pelayanan medis kesehatan anak)
Pemeriksaan
Penunjang
Laboratorium
:
1. Darah
perifer, kadar hemoglobin, leukosit dan hitung jenis hematokrit, trombosit.
Pada apusan darah perifer juga dapat dinilai limfosit plasma biru, peningkatan
15% mrmunjang diagnosis DBD.
2. Uji
serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesen
a. Infeksi
primer, serum akut <1:20, serum konvalesens naik 4x atau lebih namun tidak
melebihi 1:1280
b. Infeksi
sekunder
i.
Serum akut <1:20,
konvalesens 1:2560
ii.
Serum akut 1:20,
konvalesens naik 4x atau lebih
c. Persangkaan
infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive
secondary infecton): serum akut 1:1280, serum konvalesens dapat lebih besar
atau sama
3. Pemeriksaan
radiologis
a. Pemeriksaan
foto dada, dilakukan atas indikasi (1) dalam keadaan klinis ragu-ragu, namum
perlu diingat bahwa terdapat kelainan radiologi pada perembesan plasma 20-40%
(2) pemantauan klinis, sebagai pedoman pemberian cairan
b. Kelainan
radiologi, dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah hilus kanan, hemitoraks
kanan lebih radioopak dibandingkan kiri, kubah diafragma kanan lebih tinggi
dari pada kanan, dan efusi pleura.
c. USG
: efusi pleura, kelainan dinding vesica felea dan dinding buli-buli.
(1 dari
Standar Pelayanan medis kesehatan anak)
4.
Derajat
Penyakit
Derajat penyakit DBD
diklasifikasikan dalam 4 derajat (pada setiap derajat sudah ditemukan
trombositopenia dan hemokonsentrasi)
Derajat 1:
Demam disertai gejala
tidak khas dan satu-satunya manifestasi perdarahan ialah uji bendung
Derajat 2:
Seperti derajat 1,
disertai pendarahan spontan di kulit dan atau pendarahan lain
Derajat 3:
Didapatkan kegagalan
sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau
kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan
anak tampak gelisah
Derajat 4:
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat teraba
dan tekanan darah tidak terukur
5.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DBD
tanpa syok
Anak dirawat dirumah
sakit:
·
Berikan anak banyak
minum larutan oralit atau jus buah, air tajin, air sirup, susu untuk mengganti
cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah/diare
·
Berikan parasetamol
bila demam. Jangan berikan asetosal dan ibuprofen karena dapat memicu adanya
pendarahan
·
Berikan infus sesuai
dengan dehidrasi sedang
o Berikan
hanya larutan isotonik dan seperti ringer laktat/asetat
o Kebutuhan
cairan parenteral
§ Berat
badan <15 kg : 7 ml/kgBB/jam
§ Berat
badan 15-40 kg : 5 ml/kgBB/jam
§ Berat
badan >40 kg : 3 ml/kgBB/jam
o Pantau
tanda vital dan diuresis tiap jam, serta periksa laboratorium (hematokrit,
trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam
o Apabila
terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah cairan secara
bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya memerlukan
waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan
·
Apabila terjadi
perburukan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tata laksana syok
kompensasi (compensated shock)
Penatalaksanaan Demam
Berdarah Dengue dengan Syok
·
Perlakuan hal ini
sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4L/menit secara nasal
·
Berikan 20 ml/kg
larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetat secepatnya
·
Jika tidak menunjukkan
perbaikan klinis, ulangi oemberian kristaloid 20 ml/kgBB/jam maksimal 30
ml/kgBB/jam
·
Jika terdapat perbaikan
klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik, tekanan nadi
melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 20ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara
bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.
·
Jika tidak ada
perbaikan klinis tetapi hematorkrit dan hemoglobin menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi, berikan transfusi darah/komponen.
·
Dalam banyak kasus,
cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-48 jam. Ingatlah banyak kematian
terjadi karena pemberian cairan terlalu banyak daripada pemberian yang trelalu
sedikit.
Tatalaksana Komplikasi
Pendarahan
Jika terjadi pendarahan
berat, segera beri darah bila mungkin.Bila tidak, beri koloid dan segera
rujuk..
Penanganan Kelebihan
Cairan
Kelebihan cairan
merupakan komplikasi penting dalam penanganan syook. Hal ini terjadi karena :
·
Kelebihan dan/atau
pemberian cairan yang terlalu cepat
·
Penggunaan jenis cairan
yang hipotonik
·
Pemberian cairan
intravena yang terlalu lama
·
Pemberian cairan
intravena yang jumlahnya terlalu banyak dengan kebocoran hebat
Tanda awal :
o
Napas cepat
o
Tarikan dinding dada ke
dalam
o
Efusi pleura yang luas
o
Asites
o
Edema periorbital atau
jaringan lunak
Tanda lanjut kelebihan
cairan yang berat :
o
Edema paru
o
Sianosis
o
Syok ireversibel
Tatalaksana kelebihan
cairan berbeda tergantung pada keadaan apakah klinis masih menunjukkan syok
atau tidak:
o Anak
yang masih syok dan menunjukkan tanda kelebihan cairan yang berat sangat sulit
utuk ditangani dan berada pada risiko kematian yang tinggi, rujuk segera
o Jiika
syok sudah pulih namun anak masih sukar bernafas atau bernafas cepat dan
mengalami efusi luas, berikan obat minum atau furosemid intravena
1mg/kgBB/dosis sejali atau dua kali sehari selama 24 jam dan terapi oksigen
o Jika
syok sudah pulih dan anak stabil, hentikan pemberian cairan intravena dan jaga
anak agar tetap istirahat ditempat tidur selama 24-48 jam. Kelebihan cairan
akan diserap kembali dan hilang melalui diuresis
Indikasi Pasien Rawat :
§ Penderita
tersangka demam berdarah derajat 1 dengan panas 3 hari atau lebih sangat
dianjurkan untuk dirawat
§ Tersangka
demam berdarah derajat 1 disertai hiperpireksia atau tidak mau makan atau
muntah-muntah atau kejang-kejang atau hematokrit cenderung meningkat dan
trombosit cenderung turun harus dirawat.
§ Penderita
demam berdarah derajat 1 pada follow up berikutnya ditemukan status mental
berubah, nadi menjadi cepat dan kecil, kaki tangan dingin, tekanan darah
menurun, oliguria harus dirawat (adanya tanda-tanda syok)
§ Segala
bentuk manifestasi pendarahan
§ Sangat
lemah sehingga asupan oral tidak adekuat
§ Mengantuk,
lemah badan, tidur sepanjang hari ketika penurunan suhu
§ Jumlah
trombosit <100.000/µl dan atau ada kecenderungan penurunan trombosit diikuti
kenaikan hematokrit 10-20%
§ Nyeri
abdomen akut hebat
§ Bukti
adanya kebocoran plasma (efusi pleura, asites, dll)
§ Seluruh
derajat 2, 3, 4
§ Tempat
tinggal yang jauh dari RS
Indikasi Pasien Pulang :
Keadaan
umum baik dan masa akritis telah berlalu atau .7 hari sejak panas. Keadaan umum
baik ditandai dengan :
§ Nafsu
makan membaik
§ Keadaan
klinis penderita membaik
§ Tidak
demam paling sedikit 24 jam tanpa antipiretik
§ Tidak
dijumpai distress pernapasan minimal syok teratasi
§ Hematokrit
stabil
§ Trobosit
.50.000 mm3
(Yasmin A. Demam
Berdarah Dengue. Dalam : Diagnosis,Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian. 2nd
edition ed. Jakarta : EGC, 1999 ; 9-47.)
6. Diagnosis
Banding
·
Selama fase penyulit,
sulit untuk membedakan DBD dan demam dengue dan penyakit virus lain yang
ditemukan didaerah tropis. Maka untuk membedakan dengan campak, rubela, demam
chikungunya, leptospirosis, malaria, demam tifoid atau penyakit darah seperti
ITP, leukemia atau anemia aplastik, gejala oenyerta lain harus timbul seperti
batuk, pilek, diare, tipe demam, mengigil, pucat, ikterus, dan lainnya.
·
Penyakit infeksi lain
seperti sepsis, meningitis meningokokus
·
Penyakit darah seperti
trombositopenia purpura idiopatik, leukimia atau anemia aplastik
(Sudig
Sastroasmara. Demam Berdarah Dengu. Dalam : Panduan Pelayanan medis departemen
IKA. Cetakan pertama. Jakarta: 1999 ; 153-62)
7. Komplikasi
·
Ensefalopati dengue
dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok
·
Kelainan ginjal akibat
syok berkepanjangan dapat mengakibatkan gagal ginjal akut
·
Edema paru seringkasli
terjadi akibat overloading cairan
(Sumarmo S, Herry G,
Sri rezeki, dkk. Infeksi Virus Dengue. Dalam : Buku Ajar Infeksi dan Pediatri
Tropis. 2nd ed. Jakarta : 2010 ; 153 – 62 )
4 komentar:
assalammualaikum..
dr materi dbd di atas, ada sdikit yg kurang paham dok.. boleh tanya?
yg prtama.. di atas kan dikatakan utk mnegakkan diagnosis dbd dibutuhkan 2 kriteria dr gejala klinis dan 1 dr hasil lab yaitu ht nya.. dgn kata lain, bipa trombosit tdk mngalami penurunan,tp dr gejala klinis dan ht nya sudah positif,, sudah bisa ditegakkan diagnosa dbd??
yg kdua.. di atas ada penangan cairan pd pasien dbd yg dikategorikan ke dehidrasi sedang sesuai dgn BB pasien,,apakah setiap derajat dr dbd (kcuali drjt 4) bisa diberikan terapi cairan sperti itu?
trimakasihh...
untuk pertanyaan no 1 kita mendiagnosis nya sebagai dbd grade 1. karna sudah terjadi kenaikan hemokonsetrasi. walaupun masih ada diagnosis banding dari itu seperti Idiopatik trombositopenia purpura dan tifoid drajad berat.
untuk pertanyaan no 2 kita memberikan therapi maintenance berupa 3 cc/kgbb sampai hematoktritnya turun 20% dari standar normal. trimakasih
untuk penanganan baik grade 1,2,3 kita pada umumnya memperikan therapi cairan baik 10cc/kgbb, 7cc/kgbb, 5cc/kgbb atau 3cc/kg bb sesuai dengan derajad dehidrasnya.... untuk mengetahui derajadat dehidrasinya saya sudah mencantumkan di blog saya.
Saya didiagnosis Herpes 2 tahun yang lalu dan saya telah mencoba semua cara yang mungkin untuk mendapatkan obatnya tetapi tidak berhasil, sampai saya melihat sebuah posting di forum kesehatan tentang seorang Dokter Herbal (Dr Akhigbe) yang menyiapkan obat-obatan herbal untuk menyembuhkan semua jenis. penyakit termasuk Herpes, pada awalnya saya ragu, apakah itu nyata tetapi memutuskan untuk memberinya percobaan, ketika saya menghubungi Dr Akhigbe melalui Emailnya: drrealakhigbe@gmail.com dia membimbing saya dan menyiapkan obat herbal dan mengirimkannya kepada saya melalui jasa pengiriman kurir, ketika saya menerima paket (jamu) Dia memberi saya petunjuk tentang cara mengkonsumsinya, saya mulai menggunakannya seperti yang diperintahkan dan saya berhenti mendapatkan wabah dan luka mulai menghilang, bisakah Anda percaya saya sembuh dari virus mematikan ini dalam dua hingga tiga minggu dan pemberitahuan perubahan di tubuh saya. Berhari-hari menggunakan PEMULIHAN ini, tidak bisa mempercayai penyembuhan pada awalnya sampai saya melihatnya sebagai HERPES saya sembuh seperti sihir Dr Akhigbe juga menggunakan obat herbal untuk menyembuhkan penyakit seperti, HIV, HERPES, KANKER, ALS, PENYAKIT KRONIS, PENYAKIT JANTUNG , LUPUS, ASTHMA, DIABETES HEPATITIS A DAN B.ECZEMA, BACK PAIN, INFEKSI EKSTERNAL, ASTHMA, MALARIA, DEMAM BERDARAH, BACTERIA DIARRHEA, RABI, PROGERIA, MENINGITIS, EPILEPSI, STONE, GULA HULU, GELOMBANG HUBUNGI JUGA, GULA HAK THYROID, DINGIN & FLU, PENYAKIT GINJAL, ACME. API LUKA. dll. Hubungi dokter herbal yang hebat ini hari ini bapak obat herbal. via Email: drrealakhigbe@gmail.com atau whatsapp dia +2349010754824 dan sembuh secara permanen. Dia nyata..website: https: drrealakhigbe.weebly.com
Posting Komentar