PNEUMONIA
Pneumonia merupakan bentuk infeksi
saluran nafas bawah akut tersering yang menimbulkan angka kesakitan dan
kematian yang tinggi serta kerugian produktivitas kerja. Penyakit ini dapat
terjadi secara primer ataupun merupakan kelanjutan manifestasi infeksi saluran
nafas bawah lainnya misalnya sebagai perluasan bronkiektasis yang terinfeksi.
DEFINISI
Pneumonia merupakan penyakit
peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan
sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan pertukaran gas setempat.
ANATOMI PARU
Struktur dasar jalan nafas telah ada
sejak lahir dan berkembang selama neonatus dan dewasa menjadi sistem bronkopulmonal.
Jalan nafas pada setiap usia tidak simetris. Apabila dibagi menjadi dua bagian,
ada perbedaan bentuk dan jumlah cabang yang tergantung dari lokasinya. Variasi
tersebut menyebabkan implikasi fisiologi yang berbeda. Alur yang berbeda
menyebabkan perbedaan resistensi terhadap aliran udara, sehingga menyebabkan distribusi
udara atau partikel yang terhisap tidak merata. Cabang dari
bronkus mengalami pengecilan ukuran dan kehilangan kartilago, yang kemudian
disebut bronkiolus. Bronkiolus terminalis membuka saat terjadi pertukaran
udara dalam paru-paru.
Jalan nafas dilapisi oleh membran
epitel yang berganti secara bertahap dari epitel kolumner bertingkat bersilia
di bronkus menjadi epitel kubus bersilia pada area tempat pertukaran udara. Silia
berfungsi untuk menghantarkan mukus dari pinggir jalan nafas ke faring. Sistem
transport mukosilier ini berperan penting dalam mekanisme pertahanan paru. Sel
goblet pada trakea dan bronkus memproduksi musin dalam retikulium endoplasma
kasar dan apparatus golgi. Sel goblet ini meningkat jumlahnya pada beberapa
gangguan seperti bronkitis kronis yang hasilnya hipersekresi mukus dan
peningkatan produksi sputum.
Unit pertukaran udara (terminal respiratory) terdiri dari
bronkiolus distal sampai terminal : bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris
dan alveoli.
Pada pemeriksaan luar pulmo dekstra
lebih pendek dan lebih berat dibanding pulmo sinistra. Pulmo dekstra dan
sinistra dibagi oleh alur yang disebut incissura
interlobularis dalam beberapa lobus pulmonalis. Pulma dekstra dibagi menjadi
3 lobi, yaitu :
- Lobus superior
Dibagi menjadi
3 segmen : apikal, posterior dan inferior
- Lobus medius
Dibagi menjadi
2 segmen : lateralis dan medials
- Lobus inferior
Dibagi
menjadi 5 segmen : apikal, mediobasal, anterobasal, laterobasal, posterobasal
Pulmo sinistra
dibagi menjadi 2 lobi, yaitu:
- Lobus superior
Dibagi
menjadi segmen : apikoposterior, anterior, lingualis superior dan lingualis
inferior
- Lobus inferior
Dibagi
menjadi 4 segmen : apikal, anteromediobasal, laterobasal dan posterobasal.
MEKANISME PERTAHANAN PARU
Saluran nafas bagian bawah yang
normal adalah steril, walaupun bersebelahan dengan sejumlah besar mikroorganisme
yang menempati orofaring dan terpajan oleh mikroorganisme dari lingkungan di
dalam udara yang dihirup. Sterilitas saluran nafas bagian bawah adalah hasil
mekanisme penyaringan dan pembersihan yang efektif.
- Pembersihan udara
Temperatur dan kelembaban
udara bervariasi, dan alveolus harus terlindung dari udara dingin dan kering.
Mukosa hidung, turbinasi hidung,
orofaring dan nasofaring, mempunyai suplai darah yang besar dan memiliki area
permukaan yang luas. Udara yang terhirup melewati area-area tersebut dan
diteruskan ke cabang trakeobronkial, dipanaskan pada temperatur tubuh dan
dilembabkan.
- Pembau
Reseptor pembau berada lebih
banyak di posterior hidung dibandingkan dengan di trakea dan alveoli, sehingga
orang dapat mencium untuk mendeteksi gas yang secara potensial berbahaya, atau
bahan-bahan berbahaya di udara yang dihirup. Inspirasi yang cepat membawa udara
menempel pada sensor pembau tanpa membawanya menempel pada sensor pembau tanpa
membawanya ke paru-paru.
- Menyaring dan membuang partikel yang terhirup
Udara yang melewati saluran
traktus respiratorius awalnya difiltrasi oleh bulu hidung. Gerakannya
menyebabkan partikel besar dapat dikeluarkan. Sedimentasi partikel berukuran
lebih kecil terjsdi akibat gravitasi di jalan nafas yang lebih kecil.
Partikel-partikel tersebut terperangkap dalam mukus yang ada di saluran
pernafasan atas : trakea, bronkus dan bronkiolus. Partikel kecil lainnya
disuspensikan sebagai aerosol dan 80%-nya dikeluarkan.
Pembuangan
partikel dilalui dengan beberapa mekanisme :
·
Refleks jalan nafas : refleks batuk, refleks bersin dan
refleks glottis
Stimulasi reseptor kimia dan mekanik
di hidung, trakea, laring, dan tempat lain di traktus respiratorius menyebabkan
bronkokonstriksi untuk mencegah penetrasi lebih lanjut dari iritan ke jalan
nafas dan juga menghasilkan batuk atau bersin. Bersin terjadi akibat stimulasi
reseptor di hidung atau nasofaring, dan batuk terjadi sebagai akibat stimulasi
reseptor di trakea. Inspirasi yang dalam demi mencapai kapasitas paru total,
diikuti oleh ekspirasi yang melawan glottis yang tertutup. Tekanan intrapleura
dapat meningkat lebih dari 100 mmHg. Selama fase refleks tersebut glottis
tiba-tiba membuka dan tekanan di jalan nafas dan ekspirasi yang besar, dengan
aliran udara yang cepat melewati jalan nafas yang sempit, sehingga iritan ikut
terbawa bersama-sama mukus keluar dari traktus respiratorius. Saat bersin,
ekspirasi melewati mulut. Kedua refleks tersebut juga membantu mengeluarkan
mukus dari jalan nafas.
·
Sekresi trakeobronkial dan tranport mukosilier
Sepanjang traktus respiratorius
dilapisi oleh epitel bersilia dimana terdapat mukus yang dihasilkan oleh sel
goblet ”eskalator mukosilier” adalah
mekanisme yang penting dalam menghilangkan partikel yang terinhalasi. Partikel
terperangkap dalam mukus kemudian dibawa ke atas ke faring. Pergerakan tersebut
dapat meningkat cepat selama batuk. Mukus yang mencapai faring dikentalkan atau
dikeluarkan melalui mulut atau hidung. Karenanya pasien yang tidak bisa
mengeluarkan sekret trakeobronkial (misal tidak dapat batuk) terus menghasilkan
sekret yang apabila tidak dikeluarkan dapat menyebabkan sumbatan jalan nafas.
- Mekanisme pertahanan dari unit respiratori terminal
·
makrofag alveolar
·
pertahanan imun
Paru merupakan struktur kompleks yang terdiri atas
kumpulan unit-unit yang dibentuk melalui percabangan progresif jalan nafas.
Kurang lebih 80% sel yang membatasi jalan nafas di bagian tengah merupakan
epitel bersilia, bertingkat, kolumner dengan jumlah yang semakin berkurang pada
jalan nafas bagian perifer. Masing-masing sel bersilia memiliki kira-kira 1000
kali per menit, dengan pergerakan ke depan yang cepat dan kembali dalam gerakan
yang lebih lambat. Gerakan silia juga terkoordinasi antara sel yang bersebelahan
sehingga setiap gelombang disebarkan ke arah orofaring.
Partikel infeksius yang terkumpul pada epitel skuamosa
permukaas hidung sebelah distal biasabya akan dibersihkan pasa saat bersin,
sementara partikel yang terkumpul pada permukaan bersial yang lebih proksimal
akan disapukan ke sebelah posterior ke lapisan mukus nasofaring, saat partikel
tersebut ditelan atau dibatukkan. Penutupan glottis secara refleks dan batuk
akan melindungi saluran nafas bagian bawah. Partikel infeksius yang melewati pertahanan
di dalam saluran nafas dan diendapkan pada permukaan alveolus dibersihkan oleh
sel fagosit dan faktor humoral. Makrofag alveolar merupakan fagosit utama di
dalam saluran nafas bagian bawah. Makrofag alveolar akan menyiapkan dan
menyajikan antigen mikrobial pada limfosit dan mensekrsikan sitokin yang
mengubah proses imun dalam limfosit T dan B.
KLASIFIKASI
- Berdasarkan lokasi lesi di paru
·
Pneumonia lobaris
·
Pneumonia interstitialis
·
Bronkopneumonia
- Berdasarkan asal infeksi
·
Pneumania yang didapat dari masyarakat (community acquired pneumonia = CAP)
·
Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumania)
- Berdasarkan mikroorganisme penyebab
·
Pneumonia bakteri
·
Pneumonia virus
·
Pneumonia mikoplasma
·
Pneumonia jamur
- Berdasarkan karakteristik penyakit
·
Pneumonia tipikal
·
Pneumonia atipikal
- Berdasarkan lama penyakit
·
Pneumonia akut
·
Pneumonia persisten
Klasifikasi
Pneumonia berdasarkan Lingkungan dan Pejamu
Tipe Klinis
|
Epidemiologi
|
Pneumonia
Komunitas
|
Sporadis
atau endemik; usai muda atau tua
|
Pneumonia Nosokomial
|
Didahului
perawatan di rumah sakit
|
Pneumonia
Rekurens
|
Terdapat
dasar penyakit paru kronik
|
Pneumonia
Aspirasi
|
Alkoholik,
usia tua
|
Pneumonia
pada gangguan imun
|
Pada oasien
transplantasi, onkologi, AIDS
|
ETIOLOGI
Etiologi pneumonia sulit dipastikaan
karena kultur sekret bronkus merupakan tindakan yang sangat invasif sehingga
tidak dilakukan. Dari hasil penelitian, 44-85% CAP disebabkan bakteri dan virus
dan 25-40% diantaranya disebabkan lebih dari satu patogen. Patogen penyebab
pneumonia pada anak bervariasi tergantung :
- Usia
- Status lingkungan
- Kondisi lingkungan (epidemiologi setempat, polusi udara)
- Status imunisasi
- Faktor pejamu (Penyakit penyerta, malnutrisi)
Sebagian besar
pneumonia bakteri didahului oleh infeksi virus.
Etiologi menurut umur dibagi menjadi
:
- Bayi baru lahir (neonatus-2 bulan)
Organisme saluran genital ibu : Streptokokus grup B, Escheria
coli dan kuman gram negatif lain, Listeria
monocytogenes, Chlamydia trachomatis (tersering),
Sifilis kongenital (Peneumonia alba). Sumber infeksi lain : Pasase
transplasental, aspirasi mekonium, CAP.
- Usia > 2-12 bulan
Streptococcus
aureus dan Streptokokus
grup A (tidak sering tetapi fatal). Pneumonia dapat ditemukan pada 20% anak
dengan pertusis.
- Usia 1-5 tahun
Streptococcus
pneumonia, H. Influenzae, Streptokokus
grup A, Staphylococcus aureus
(tersering). Chlamydia pneumonia : banyak pada usia 5-14 tahun (disebut
pneumonia atipikal).
- Usia sekolah dan remaja
Streptococcus
pneumonia, Streptokokus grup
A, dan Mycoplasma pneumoniae (pneumonia
atipikal) Ă
terbanyak.
PATOGENESIS
Normalnya saluran pernafasan steril
dari daerah sublaring sampai parenkim paru. Paru-paru
dilindungi dari infeksi bakteri melalui mekanisme pertahanan anatomis dan
mekanis, dan faktor imun lokal dan sistemik. Mekanisme
pertahanan awal berupa filtrasi bulu hidung, refleks batuk dan mukosilier
apparatus. Mekanisme pertahanan lanjut berupa sekresi IgA lokal dan respon
inflamasi yang diperantarai leukosit, sitokin, imunoglobulin, makrofag alveolar
dan imunitas yang diperantarai sel.
Infeksi paru terjadi bila satu atau
lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila virulensi organisme bertambah,
Agen infeksius masuk ke saluaran nafas bawah melalui inhalasi atau aspirasi
flora komensal dari saluran pernafasan bagian atas, dan jarang yang melalui
hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran
nafas bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.
Diperkirakan sekitar 25-75 % anak dengan pneumonia bakteri didahului oleh
infeksi virus.
Invasi bakteri ke parenkim paru
dapat menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru yang bisa lobular
(bronkopneumoni), lobar atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai dengan
terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan
intra-alveolar, penumpukan fibrin dan infiltrasi neutrifil yang dikenal sebagai
hepatisasi merah. Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital.
Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinferksi menyebabkan
terjadinya pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion
mismatching) yang kemudian menybabkan peningkatan kerja jantung. Stadium
berikutnya terutama diikuti oleh penumpukan fibrin dan disintegrasi progresif
dari sel-sel inflamasi (hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus, resolusi
konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik
untuk selanjutnya direabsorbsi dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap dan meluas ke kavitas
pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema. Resolusi dari
reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun kebanyakan menyebabkan
penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan.
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis
dari pneumonia bakterial, viral, dan mikoplasma pada anak :
BAKTERI VIRUS MIKOPLASMA
Umur semua umur >3 minggu 5-15 tahun
Awitan mendadak bervariasi perlahan-lahan
Demam tinggi bervariasi subfebris
Takipnea (+) (+) jarang
Batuk produktif nonproduktif nonproduktif
Gejala
penyerta mild coryza coryza bullous myringitis
nyeri abdomen faringitis
Pemeriksaan
fisik tanda konsolidasi variabel fine
crackles
few
crackles wheezing
Leukositosis (+) bervariasi jarang
Foto thoraks konsolidasi infiltrat
difus bilateral bervariasi
Efusi pleura (+) jarang jarang
Manifestasi
klinis pneumonia dapat dibagi berdasarkan :
1.
Kelompok
umur
- Neonatus
Tidak mau minum, letargis, sianosis, grunting, takipnea.
- Bayi (infants)
Tidak
mau minum, letargis, sianosis, demam, batuk, retraksi, wheezing, noisy breathing.
- Anak prasekolah
Demam,
batuk, muntah setelah batuk, nyeri dada, nyeri perut Ă kasus berat : retraksi, takipnea, sianosis.
- Anak besar
Didahului
demam tinggi dan menggigil secara tiba-tiba, batuk, nyeri dada (iritasi pleura Ă membatasi pergerakan dada) Ă disusul
takipnea, batuk-batuk pendek nonproduktif. Penderita tidur miring ke sisi yang
sakit dengan lutut dilipat untuk mengurangi nyeri dada dan memperbaiki
ventilasi.
2.
Etiologi infeksi
- Virus
Demam
(biasanya lebih rendah dari infeksi bakteri), gejala infeksi saluran nafas atas
(faringitis, rhinorrhea dengan sekret serosa), diare.
RSV : wheezing, tanda-tanda emfisema.
- Streptococcus pneumoniae
Awitan
demam mendadak tinggi, tidak ada gejala prodromal seperti pada infeksi virus,
batuk produktif, otitis media
- Chlamydia trachomatis
Afebris/nontoksik, batuk kering, pleositosis eosinofil perifer
- Mycoplasma pneumoniae
Didahului
sakit kepala, gangguan saluran pencernaan, jarang rhinorrhea. Demam
(subfebris), atralgia, batuk kering, anoreksia, faringitis
- Chlamydia pneumoniae
Didahului
faringitis Ă
diikuti batuk dan demam tinggi
- Haemophilus influenzae
Epiglotitis,
perikarditis, otitis media, meningitis
- Staphylococcus aureus
Abses
kulit dan jaringan lunak
3.
Stadium penyakit
a.
Stadium awal : suara nafas menurun, crackles yang tersebar, ronki.
b.
Stadium lanjut :
·
Seiring dengan meluasnya proses konsolidasi Ă suara nafas meningkat sampai subbronkial.
·
Bila ada komplikasi seperti efusi pleura, empyema,
pyopneumotoraks Ă pekak
pada perkusi dan suara nafas yang menurun.
·
Daerah yang terkena nampak tertinggal saat bernafas.
·
Distensi abdomen Ă dilatasi gaster karena udara yang tertelan/ileus.
·
Hepar teraba pada palpasi Ă turunnya diafragma akibat hiperinflasi
pulmo/superimposed gagal jantung kongestif.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Radiologi
Walaupun
diagnosis pneumonia dapat deperkirakan dengan tanda klinis, namun adanya
pneumonia dikonfirmasi dan dipastikan dengan pemeriksaan foto thoraks. Selain
itu pemeriksaan foto thoraks dapat menunjukkan ada tidaknya komplikasi seperti
efusi pleura atau empiema. Di daerah yang tidak dilengkapi dengan fasilitas
radiologi atau apabila pneumonia ringan, maka pembuatan foto thoraks tidak
tidak selalu diperlukan. Sebaliknya pemeriksaan radiologis saja tidak cukup
mempunyai nilai diagnostik dan harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan klinis.
Gambaran
radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan
bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang
paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.
- Berdasarkan lokasi lesi:
·
Pneumonia lobaris: gambaran konsolidasi lobar maupun
segmental
·
Pneumonia interstitial: hiperaerasi dan meningkatnya bronchovaskular markings serta peribronchial cuffings
·
Bronkopneumonia: gambaran infiltrat kecil-kecil merata
sampai perifer
- Berdasarkan mikroorganisme penyebab:
·
Pneumonia bakteri: gambaran patchy infiltrate, atelektasis, adenopati hilar, atau efusi pleura,
konsolidasi lobar
·
Pneumonia
virus: corakan interstitial bertambah, peribronkial cuffing
·
Pneumonia mikoplasm: konsolidasi lobar, efusi pleura
·
Pneumonia jamur: kalsifikasi, kavitasi, kelainan lobus
atas, adenopathy hilar
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada
pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial.
lnfeksi
virus leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3
dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3
dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri
serta peningkatan LED
Analisa
gas darah menunjukan hipoksemia dan hipokkarbia, pada stadium lanjut dapat
terjadi asidosis respiratorik.
Isolasi
mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif sehingga
tidak rutin dilakukan.
Kultur darah
Kultur
darah merupakan salah satu penunjang diagnosis, namun hanya menunjukkan hasil
positif pada 10-30%. (Garna, 2005)
Mantoux
test
Mantoux test dapat dilakukan untuk mengetahui
pneumonia yang disebabkan oleh M.tuberkulosis.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis
banding pneumonia, yaitu :
1.
Pneumonia
non-bakterial
Pneumonia pada masa neonatus bisa terjadi sebagai akibat
infeksi congenital atau infeksi yang diperoleh pada saat proses kelahiran
misalnya rubella, toksoplasmosis, herpes simplex, Sifilis. Pada anak usia 2
minggu - 6 bulan, C.trachomatis merupakan penyebab penting dari sindrom
afebrile pneumonia. Selama masa kanak, kebanyakan pneumonia disebabkan oleh
viral respiratorik misalnya adenovirus, virus influenza, virus parainfluenza, virus
coxsackie A dan B. Mycoplasma pneumoniae merupakan penyebab yang jarang pada
anak masa prasekolah, tetapi merupakan penyebab penting pneumonia pada masa
sekolah, remaja, dan dewasa muda.
2.
Penyakit
paru penyebab bukan infeksi
·
Pneumonia aspirasi isi lambung
·
Pneumonia aspirasi benda asing
·
Sekuestrasi lobus paru
·
Atelektasis, dll
TERAPI
Indikasi Rawat
Inap:
·
Usia anak ≤3 bulan
·
Demam (>38,5ÂșC), menolak makan dan muntah
·
Bernafas cepat dengan atau tanpa sianosis
·
Manifestasi sistemik
·
Gagal terapi awal dengan antibiotik
·
Pneumonia berulang
·
Severe underlying disorders (imunodefisiensi, penyakit
paru kronik)
Terapi
Antibiotik
Pada prinsipnya
terapi utama pneumonia adalah pemberian antibiotik sebagai terapi kausal
terhadap kuman penyebabnya. Pengobatan harus segera diberikan setelah pneumonia
bakterial didiagnosis atau diduga sangat kuat. Dalam pemilihan antibiotik,
harus diperhatikan klinis, laboratorium, gambaran foto toraks, usia anak,
sensitifitas dan resistensi antibiotik.
Terapi Suportif
Umum
1.
Terapi O2 untuk mencapai PaO2
80-100 mmHg atau saturasi O2 95-96% berdasarkan analisis gas darah.
2.
Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak
yang kental, dapat disertai nebhulizer untuk pemberian bronkodilator bila
terdapat brokospasme.
3.
Posisi setengah duduk untuk melancarkan pernafasan.
4.
Pengaturan cairan. Keutuhan kapiler paru sering terganggu
pada pneumonia dan paru lebih sensitif terhadap pembebanan cairan terutama bila
terdapat pneumonia bilateral.
5.
Pemberian kortikosteroid pada fase sepsisat perlu diberikan.
6.
Obat inotropik seperti dobutamin atau dopamin
kadang-kadang diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal
ginjal prerenal.
7.
Ventilasi mekanis. Indikasi intubasi dan pemasanagan
ventilator pada pneumonia adalah:
a.
Hipoksemia persisten meskipun telah diberi O2
100% dengan menggunakan sungkup.
b.
Gagal nafas yang ditandai oleh peningkatan respiratory
distress dengan asidosis respiratorik.
c.
Respiratory arrest.
d.
Retensi sputum yang sulit diatasi secara konservatif.
8.
Drainage empiema bila ada.
KOMPLIKASI
·
Efusi pleura dan empiema. Terjadi terutama pada infeksi
bakterial akut berupa efusi parapneumonik gram negatif, Staphylococcus aureus,
S.pneumonia, dan kuman anaerob.
·
Komplikasi sistemik. Dapat terjadi akibat invasi kuman
atau bakteriemi berupa meningitis.
·
Hipoksemia akibat gangguan difusi.
·
Pneumonia kronik dapat terjadi bila pneumonia berlangsung
lebih dari 4-6 minggu akibat anaerob S.aureus dan kuman gram negatif seperti
Pseudomonas aeruginosa.
·
Bronkiektasis. Sering terjadi pada penderita pneumonia
anak-anak.
PENCEGAHAN
Pneumonia
Komunitas
Dianjurkan
pemberian vaksinasi influenza dan pneumokokus terhadap orang dengan risiko
tinggi, misal pasien dengan gangguan imunologis, penyakit berat termasuk
penyakit paru kronik, hati, ginjal dan jantung.
Pneumonia
Nosokomial (PN)
Pencegahan PN
berkaitan erat dengan prinsip umum pencegahan infeksi dengan cara penggunaan
peralatan invasif yang tepat. Perlu dilakukan terapi agresif terhadap penyakit
pasien yang akut dan dasar. Pada pasien dengan gagal organ multipel (multiple
organ failure) dan penyakit dasar yang dapat berakibat fatal perlu diberikan
terapi pencegahan.
Terdapat
berbagai faktor resiko terjadinya PN antara lain:
1.
Faktor resiko di ruangan umum:
- Usia > 70 tahun
- Penyakit paru kronik
- Penurunan kesadaran
- Posisi pasien
- Aspirasi dalam jumlah banyak
- Trauma dada
- Pemantauan tekanan intrakranial
- Penghambat histamin tipe II
- Gangguan aliran ventilator
- Musim dingin
- Nebulizer langsung
- Nasogastric feeding
- Endotracheal tube
2.
Faktor Resiko di Ruangan ICU:
- Ventilator mekanik
- Perawatan ICU yang lama
- Intubasi yang lama
- Malnutrisi pada pasien sakit berat
- Penyakit paru kronik
- Antasida dan penghambat histamin tipe II
- Usia lanjut
- Obesitas
- Gangguan refleks respirasi
- Pelembab udara
- Enteral feeding
Beberapa faktor
resiko dapat dikoreksi untuk mengurangi terjadinya PN:
- Mengobati penyakit dasar
- Menghindari antasida dan penghambat histamin tipe II
- Meninggikan posisi kepala/setengah duduk
- Pengangkatan selang nasogastrik dan endotrakeal
- Mengontrol pemakaian antibiotik
- Menghindari stress bleeding
- Mengontrol infeksi: pengawasan, pendidikan, mencuci tangan, desinfektan peralatan dan perawatan saluran nafas yang benar
- Dekontaminasi selektif saluran cerna
PROGNOSIS
Pneumonia
Komunitas
Angka
morbiditas dan mortalitas pneumonia menurun sejak ditemukannya antibiotik.
Faktor yang berperan adalah patogenitas kuman, usia, penyakit dasar dan kondisi
pasien. Adanya leukopenia, ikterus, terkenanya 3 atau lebih lobus paru dan
komplikasi ekstraparu merupakan petanda prognasis yang buruk. Kuman gram
negatif menimbulkan prognosis yang lebih jelek. Prognosis pada anak kurang
baik, karena itu perlu perawatan di rumah sakit kecuali bila penyakitnya
ringan.
Pneumonia
Nosokomial
Pneumonia
nosokomial merupakan penyebab kematian utama yng diakibatkan oleh infeksi
nosokomial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar