31/07/12

Varikokel


PENDAHULUAN
          Massa testikuler jinak dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori utama, dengan yang pertama adalah yang paling sering terjadi dan pengumpulan cairan jinak, kemudian tumor solid jinak. Pengumpulan cairan tersebut antara lain varikokel, hidrokel, dan spermatokel. Sementara tumor solid jinak meliputi tumor adenomatoid, inflamasi pseudotumor dan hernia.1
Varikokel dapat didefinisikan sebagai tortuisitas dan dilatasi vena pada pleksus pampiniformis. Varikokel idiopatik biasanya asimptomatik. Varikokel ini dapat dikenali dengan adanya asimetrisitas pada ukuran skrotum, dan adanya perasaan berat pada skrotum, atau juga kadang – kadang disertai dengan nyeri testikuler. Pada kebanyakan kasus pada remaja muda yang tidak menyadari adanya varikokel, biasanya keadaan ini dijumpai pada pemeriksaan fisik regular atau selama pemeriksaan untuk masuk militer.2
Insiden varikokel kira – kira 5 % di seluruh dunia. Varikokel berkaitan dengan gangguan pertumbuhan pada usia dewasa muda dan laki – laki dewasa. Terdapat hubungan yang jelas antara varikokel, infertilitas dan gangguan pertumbuhan testis. Proses varikokelektomi juga diketahui mampu membalik proses gangguan pertumbuhan testis pada remaja muda. Fakta – fakta ini telah meningkatkan pertanyaan bagaimana cara terbaik mengangani varikokel pada remaja. 2
 
DEFINISI
Varikokel adalah pelebaran sistem pembuluh darah balik atau vena pada testis atau kantong buah zakar akibat aliran balik yang terganggu. Pelebaran pembuluh darah ini akan menyebabkan rasa kemeng atau nyeri pada buah zakar atau testis dan lama - lama pembuluh yang berkelok - kelok tadi akan nampak atau teraba pada testis seperti kumpulan cacing. 1, 3, 4
Adanya aliran darah balik yang terganggi menyebabkan perubahan suhu pada testis, seperti diketahui pembentukan sperma yang layak pakai berada pada testis dalam suasana suhu tertentu, jika telah terjadi perubahan suhu maka pembentukan sperma akan terganggu ( oligospermia atau berkurangnya jumlah sperma yang dihasilkan atau azoospermia atau tidak adanya sperma yang dihasilkan ) sehingga proses pembuahan juga terganggu - akibatnya dapat terjadi kemandulan atau tidak mempunyai anak. 1, 3
Pada tingkat awal pasien hanya merasakan nyeri saja pada testisnya sehingga susah untuk mendeteksi sendiri jadi butuh bantuan dokter bedah urologi untuk mendeteksi, pada stadium lanjut kelokan pembuluh darah balik akan terasa dan terlihat ( seperti kumpulan cacing ) sehingga pasien bisa memeriksanya sendiri. Varikokel sering dijumpai secara tidak sengaja misalnya pada waktu general check up atau pada waktu konsultasi karena anak tidak kunjung datang setelah perkawinan yang cukup lama. 3, 4
Jika penyebabnya varikokel, dokter akan melakukan operasi kecil pada pembuluh darah yang tersumbat tadi dengan harapan akan memperbaiki suasana suhu testis kembali, sehingga sperma dapat dihasilkan dalam kualitas dan jumlah yang normal dengan demikian si pasien dapat mempunyai keturunan. Tentu saja keberhasilan operasi varikokel ditentukan oleh banyak hal, antara lain seberapa lama dan luasnya kerusakan pada pembuluh darah yang terjadi dan apakah ada penyulit lain yang ada pada si pasien berhubungan dengan fungsi spermanya. 3

EPIDEMIOLOGI
Pada populasi umum yang terdiri dari pria – pria yang sehat, keseluruhan insiden varikokel ( dari semua tingkatan ) adalah 10 % sampai 15 %. Kira – kira 30 – 50 % laki – laki dengan infertilitas primer ternyata mempunyai varikokel. Varikokel paling sering terjadi pada testis sebelah kiri. Penyakit ini sepertinya muncul pada awal pubertas , namun biasanya dapat ditemukan pada remaja laki – laki. Insiden pada remaja yang lebih tua bervariasi mulai dari 12,4 % sampai 17,8 % dengan rata – rata 14,7 %, hal ini serupa dengan insiden yang terjadi pada laki – laki dewasa. 1, 2, 5


ANATOMI
Persediaan darah pada testis disediakan oleh arteri testikuler, arteri vassal dan arteri kremaster. Pada setinggi testis ketiga arteri tersebut beranastomosis, sehingga memungkinkan suplai darah yang adekuat . 2, 5, 6
Drainase vena pada testis lebih kompleks lagi dengan banyaknya variasi individual. Diatas testis terdapat sebuah jaringan vena komunikata yang dinamakan pleksus pampiniformis, drainase dari pleksus ini melalui trunkus vena testikuler, vena pudendus dan vena kremaster. Pada kebanyakan kasus trunkus vena testikuler akan membentuk vena testikuler tunggal yang akan memasuki vena renalis pada sebelah kiri dan vena cava inferior pada sebelah kanan. Penelitian venografi menunjukkan bahwa vena testikuler kiri jarang memasuki vena cava inferior, dan terdapat hubungan antara vena testikuler dengan vena cava inferior dibawah vena renalis. Juga terdapat hubungan silang antara sistem vena testikuler kanan dan kiri. 2, 5, 6
Varikokel dapat menyebabkan keluhan testis terasa berat, dan ini terjadi akibat tekanan meninggi di dalam v. testis yang tidak berkatup dari muara di v, kava inferior atau v. renalis sampai di testis. Kadang varikokel merupakan faktor kausal gangguan fertilitas sehingga merupakan indikasi ligasi v. testis. 3, 6
Peninggian tekanan di dalam pleksus pampiniformis dapat diraba sebagai struktur yang terdiri dari varises pleksus pampiniformis yang memberikan kesan raba seperti kumpulan cacing. 3, 4, 6

ETIOLOGI
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan etiologi varikokel. Adanya katup – katup vena yang panjang dipercaya sebagai mekanisme yang akan menuntun pembentukan varikokel serta inkompetensi sistem katup vena juga bertanggung jawab terhadap pembentukan varikokel. Namun, banyak juga terdapat bukti bahwa pria yang mempunyai inkompetensi sistem katup vena ternyata tidak mempunyai varikokel, begitu pula sebaliknya. 3, 4, 6
Yang kedua, adalah karena vena testikuler sebelah kiri lebih panjang dibandingkan yang kanan, perbedaan tekanan hidrostatik dapat merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya varikokel di sebelah kiri. Walaupun vena testikuler sebelah kiri lebih panjang dibanding yang kanan, perbedaan tekanan hidrostatik sederhana bukan merupakan satu – satunya alasan utama terjadinya pembentukkan varikokel karena varikokel dapat terjadi pada semua pria. 3, 4, 6
Teori ketiga dikenal sebagai “ nutcracker effect” yang diperkirakan muncul ketika vena testikuler tertekan diantara arteri mesenterika superior dan aorta. Peningkatan tekanan hidrostatik dapat menyebabkan pembentukkan varikokel. Selanjutnya yang paling baru adalah teori tentang peningkatan aliran darah arterial menuju ke testis pada masa pubertas yang melebihi kapasitas vena yang menyebabkan dilatasi vena dan sebuah varikokel. 3, 4, 6

PATOFISIOLOGI
          Patofisiologi varikokel dapat dipelajari pada model binatang yang dilakukan ligasi parsial vena renalis kirinya. Banyak penampakan yang menyerupai pada manusia, seperti peningkatan suhu yang dapat mempengaruhi testis, peningkatan aliran darah arterial dan perubahan histopatologikal. 3, 4, 6
          Beberapa teori dibawah ini dapat menjelaskan efek varikokel pada fungsi testis : 3, 4, 6
à Hipertermia
Adanya varikokel berkaitan dengan peningkatan suhu skrotum dan testis dan dapat menurunkan proses spermatogenesis. Penelitian eksperimental menunjukkan bahwa spermatogenesis akan terjadi secara optimal pada suhu yang lebih rendah daripada suhu tubuh. Banyak enzim yang bertanggung jawab terhadap sintesis DNA yang optimal dalam testis sangat bergantung pada suhu. Posisi skrotum dan sistem pendingin yang dilakukan oleh pleksus pampiniformis yang mengelilingi arteri testikuler memungkinkan terjadinya pertukaran panas dan bertanggung jawab terhadap pengaturan suhu yang optimal untuk proses spermatogenesis. Adanya stasis aliran darah pada varikokel akan mengakibatkan peningkatan suhu sekitarnya, yang berkaitan dengan penurunan jumlah spermatogonia dan peningkatan apoptosis sel – sel epithelium.
à Hipoksia dan refluk adrenal
Adanya stasis pada pleksus pampiniformis akan dapat mempengaruhi tekanan oksigen parsial dan perubahan metabolisme aerobik dalam testis. Namun hipoksia tidak dapat ditunjukkan di dalam contoh darah vena testikuler pada manusia. Refluk aliran darah pada vena testikuler terjadi pada pasien varikokel. Oleh karena itu paparan testis terhadap metabolit ginjal atau adrenal belum pernah didokumentasikan. Adrenalektomi yang dilakukan pada tikus dengan varikokel eksperimental tidak mampu menghilangkan efek pada varikokelnya.
à Aliran darah abnormal
à Ketidakseimbangan endokrin
à Pengaruh regulasi parakrin terhadap testis

KLASIFIKASI
          Varikokel dikelompokkan ke dalam tingkatan – tingkatan berdasarkan ukuran dan keberadaannya selama posisi valsava, antara lain : 3, 4, 6
à Tingkat I à hanya teraba selama posisi valsava
à Tingkat II à teraba pada saat berdiri
à Tingkat III à terlihat saat inspeksi

DIAGNOSIS
          Varikokel pada dewasa biasanya asimptomatik dan sering ditemukan pada pemeriksaan fisik rutin. Pasien harus diperiksa dalam posisi berdiri di dalam ruangan yang hangat untuk mengrelaksasikan skrotum dan mempermudah pemeriksaan. Pertama, skrotum diinspeksi secara visual dari berbagai jarak pandang, varikokel yang dapat terlihat pada saat inspeksi dimasukkan ke dalam tingkat III. Kemudian skrotum, testis dan jaringan sekitarnya dipalpasi secara perlahan – lahan. Varikokel dapat teraba sebagai sebuah kantung cacing hangat atau sebagai tabung yang dapat diremas. Jika varikokel tidak dapat teraba, maka pasien disuruh melakukan posisi valsava yang akan meregangkan pleksus pampiniformis. 3, 4, 6
          Selain pada posisi berdiri, pasien juga diperiksa dalam posisi supin atau tengkurap. Penebalan akibat varikokel akan dapat terlihat pada posisi ini. Sementara penebalan yang terjadi akibat lipoma tidak akan menunjukkan hasil yang sama. 3, 4, 6
          Varikokel sekunder yang terutama terjadi pada sebelah kanan biasanya selalu disebabkan oleh keadaan yang serius misalnya tumor retroperitoneal, tumor ginjal atau limfadenopati. Varikokel idiopatik lebih jelas pada posisi terbalik dan akan menghilang pada posisi tengkurap. Varikokel sekunder tidak akan berubah ukurannya secara dramatis pada posisi tengkurap. 3, 4, 6
          Ukuran testis juga perlu diukur untuk menentukan apakah varikokel dapat mempengaruhi pertumbuhan testis. Volume normal testis kira – kira 1 sampai 2 mililiter pada laki – laki dalam masa prepubertal. Berkaitan dengan variasi individual yang luas dalam pertumbuhan normal, ukuran testis berkaitan dengan tahapan Tanner, velositas pertumbuhan, dan usia tulang. 3, 4, 6
          Sejumlah metode telah digunakan untuk mengukur uskuran testis. Meliputi perbandingan visual, dengan ukuran, kaliper, perbandingan ovoid ( Orkidometer Prader ), cincin elips ( Orkidometer Takahara ), dan ultrasonogram. Dari semua pemeriksaan tersebut, ultrasonografi merupakan metode yang paling akurat dan bermanfaat untuk mengukur volume testis dan mengukur variasi ukuran testis. Perbedaan volume lebih dari 2 mililiter dapat berkaiatan dengan tehnik pengukuran saja. oleh karena itu, variasi ukuran yang lebih besar dari 2 mililiter dengan menggunakan ultrasonografi merupakan indikator kerusakan testis yang paling baik dan harus segera dilakukan operasi perbaikan minimal pada varikokel pada remaja. 3, 4, 6

PENATALAKSANAAN
          Terdapat beberapa pertanyaan utama mengenai penatalaksanaan varikokel pada remaja. Namun semuanya hanya untuk penyesuaian perhatian terhadap varikokel pada anak dan perawatan untuk menangani varikokel pada dewasa yang cenderung asimptomatik. 3, 6, 7
          Terdapat cukup banyak bukti yang menunjukkan hubungan varikokel dengan gangguan pertumbuhan testis pada remaja dan varikokelektomi dapat mengejar gangguan pertumbuhan testis tersebut. Lenzi dan kawan – kawan menunjukkan bahwa perbaikan varikokel secara dini pada remaja akan menghasilkan kualitas analisa semen yang lebih baik dibandingkan dengan remaja yang tidak dirawat dan hanya dilakukan follow – up  selama 2 – 8 tahun. Berdasarkan hal ini maka disarankan untuk mencari adanya varikokel pada pemeriksaan fisik pada remaja laki – laki. Pemeriksaan genital pada masa pubertas juga dapat berguna untuk menemukan adanya abnormalitas urologik lainnya seperti kriptorkidismus, hernia, adanya lengkungan pada penis dan perbaikan kesehatan pada remaja. 3, 6, 7
          Hubungan antara varikokel dengan infertilitas telah dijelaskan sebelumnya. Baru – baru ini sebuah uji klinis dilakukan untuk menentukan indikasi perbaikan varikokel, yang antara lainnya adalah : 3, 6, 7
à Derajat atau tingkatan varikokel
à Pengukuran volume testis untuk mengetahui gangguan pertumbuhan
    testis.
à Uji stimulasi gonadotropin releasing hormone ( GnRH )
à Pengukuran diameter pleksus pampiniformis
à Pengukuran kadar serum luteinizing hormone ( LH ), follicle
    stimulating hormone ( FSH ) dan kadar inhibin.

LIGASI VARIKOKEL
          Tindakan pembedahan dianjurkan dan biasa dilakukan pada pasien laki – laki dengan varikokel yang terasa nyeri dan terdapat kerusakan pada testis, atrofi testis, atau dimana penatalaksanaan bedah diperlukan untuk mempertahankan fertilitas. Prosedur ligasi pembedahan  adalah untuk melakukan pengikatkan pada vena yang berdistensi. Prosedur ini dapat dilaksanakan dengan anestesi lokal ataupun umum. Operasi ini akan meninggalkan bekas luka yang lebih kecil. Sementara itu komplikasi potensial yang mungkin terjadi akibat prosedur ini antara lain cedera pada usus besar dan struktur abdomen lainnya. 3, 6, 7
          Pembedahan ini hanya membutuhkan waktu 45 menit, masa penyembuhan kurang lebih selama dua minggu. Namun hal ini juga bergantung pada keadaan varikokel itu sendiri. Pendukung skrotum ( scrotal supporter ) mungkin perlu digunakan samapai beberapa saat setelah operasi dilakukan. 3, 6, 7
          Kegagalan pembedahan yang dikenal sebagai varikokel persisten ataupun varikokel rekuren jarang terjadi, dan biasanya hanya muncul pada 9 % sampai 16 % remaja. Banyak penulis mengatakan bahwa rata – rata rekurensi merupakan akibat dari luputnya vena kolateral yang berjalan secara parallel terhadap vena testikuler utama. Vena kolateral tersebut dapat sulit diidentifikasi dan diligasi terpisah dari arteri testikuler utama. Rata – rata rekurensi yang pernah dilaporkan dengan menggunakan pendekatan pemisahan arteri retroperitoneal berkisar 3 % sampai 11 %. Ligasi kedua trunkus vena dan arteri testikuler telah mampu menurunkan rata – rata persistensi dan tidak berhasil baik pada atrofi testis karena testis memiliki suplai darah arterial dari arteri kremaster dan arteri deferensial. Atassi dan kawan – kawan mendapatkan rata – rata persistensi dibawah 2 % pada remaja yang dilakukan penatalaksanaan berupa ligasi tinggi retroperitoneal dengan ligasi arteri testikuler. 3, 6, 7
          Namun terdapat pula beberapa keberatan terhadap ligasi simultan arteri testikuler yang dilakukan pada laki – laki dengan operasi inguinal sebelumnya karena dapat terjadi kurangnya suplai darah dari arteri kremaster dan arteri deferensial. Interupsi arteri testikuler pada pasien tersebut juga mempunyai kemungkinan yang tinggi terjadinya atrofi testis. Vasektomi pada pasien dengan pembagian arteri testikuler juga harus dihindari karena ligasi arteri vassal dapat menyebabkan atrofi testis akibat tidak terdapatnya arteri testikuler. 3, 6, 7
          Perbaikan varikokel dengan laparoskopik dengan atau tanpa modifikasi arteri sepertinya merupakan tehnik penatalaksanaan yang khususnya dilakukan pada dewasa, ternyata telah menunjukkan rata – rata persistensi yang lebih rendah. Operasi laparoskopik pada populasi pediatrik memiliki resiko komplikasi yang bermakna misalnya perforasi usus besar, cedera vaskuler utama, pneumotorak, dan hernia insisional. 3, 6, 7


KOMPLIKASI PENATALAKSANAAN
          Komplikasi dari penatalaksanaan yang dilakukan pada varikokel meliputi infeksi, hematoma ( pembentukkan bekuan darah ), cedera terhadap jaringan atau struktur, cedera arteri yang mensupali darah ke testis. 3, 6, 7 
EMBOLISASI VARIKOKEL
          Dilakukan dibawah anestesi lokal, sebuah insisi kecil dibuat pada sisi kanan selangkangan,di dalamnya dimasukkan sebuah kawat kecil yang terus masuk sampai ke dalam vena besar pada kaki. Kawat tersebut kemudian dimasukkan terus ke dalam vena dan dikeluarkan melalui skrotum kiri. Sebuah per metal kecil diletakkan pada vena tersebut, per ini berfungsi seperti melakukan operasi ligasi. Prosedur ini biasanya memiliki keuntungan seperti resiko kerusakan arteri testikuler yang kecil sehingga atrofi testis jarang terjadi. Terdapat sedikit resiko terbentuknya hidrokel. 3, 6, 7     
          Kemunculan varikokel kembali setelah prosedur ini adalah antara 4 dan 11 %. Komplikasi prosedur ini antara lain : 3, 6, 7
à Migrasi per keluar dari vena
à Reaksi alergi terhadap pewarna kontras sinar x
à Perdarahan dari selangkangan kanan dimana kawat dimasukkan
                  
Daftar Pustaka


1.    Lakshmi N.S. .: RE : [ MLDI ] Oligozoospermae ???. Mailing List Dokter Indonesia. 20 May 2004.
2.    R. Sjamsuhidajat., Wim de Jong. : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Revisi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman. 1081.
3.    Darius A. Paduch., Steven J. Skoog. : Diagnosis, Evaluation and Treatment of Adolescent Varicocele. Division of Urology and Renal Transplantation Oregon Health Sciences University, Portland, OR.
4.    David B. Hoyt., Raul Coimbra., Robert J. Winchell. : Specialties In General Surgery. Townsend Sabiston Textbook of Surgery The Biological Basis of Mordern Surgical Practice. 16th Edition. Beauchamp Evers Mattox. Page.1688 - 1689.
5.    S.C. Basu. : Hand Book of Surgery Including Instruments, Bandaging, Surgical Problems, Specimens And Operative Surgery. Currents Books International. 1987. Page. 280, 281, 292.
6.    Davis Christopher., David C. Sabiston. : The Male Genital System. Textbook Of Surgery The Biological Basis of Modern Surgical Practice. WB Saunders Company. 1981. Page. 1783.
7.    Jerry Kennard. : Treatments For Varicocele. FREE Magazine Subscription.

HERNIA lengkap


Pendahuluan
            Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian yang lemah dari lapisan muskulo aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia.
Menurut sifatnya hernia dibagi menjadi 4, yaitu :
  1. hernia reponibel
yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
  1. hernia irreponibel / hernia akreta
yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Biasanya disebabkan oleh perlengketan isi kantong pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
  1. hernia inkarserata
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai terjadinya gangguan pasase usus. Hernia ini merupakan penyebab obstruksi nomor satu di Indonesia.
  1. hernia strangulata
yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia, isi kantong terperangkap dan terjadi gangguan pasase usus serta gangguan vaskularisasi sehingga dapat terjadi nekrosis.
Jika yang mengalami strangulasi hanya sebagian dinding usus disebut hernia Richter. Biasanya pasase usus masih ada, mungkin terganggu karena usus terlipat sehingga disertai obstruksi usus.
Apabila sebagian dinding kantong hernia terbentuk dari organ yang merupakan isi hernia seperti caecum, kolon sigmoid atau kandung kemih, disebut hernia geser. Hernia geser dapat terjadi karena isis kantong berasal dari organ yang letaknya retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantung hernia, melainkan tergeser dari retroperitoneal.
Hernia diberi nama menurut letaknya , misalnya diafragma, inguinal, umbilical, femoral. Yang sering terjadi adalah hernia inguinalis.


HERNIA INGUINALIS
            Hernia inguinalis merupakan hernia yang terjadi di kanalis inguinalis, yang dibatasi oleh :
Kraniolateral   : annulus unguinalis internus yang merupakan bagian   terbuka dari facia transversalis dan aponeurosis m.transversus abdominis.
Medial bawah :annulus inguinalis eksternus yang merupakan bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus.
Atap                : aponeurosis m. oblikus eksternus.
Dasar               : ligamentum inguinale
Pada pria kanalis inguinalis ini berisi facikulus spermatikus, vasa spermatika, nervus spermatikus, m.kremaster, prosesus vaginalis peritonei, dan ligamentum rotundum, pada wanita berisi ligamentum rotundum.

ETIOLOGI
  • kongenital
kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritoneum kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesus ini sudah mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat melalui kanal tersebut. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun lebuh dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus ( karena tidak mengalami obliterasi ), akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital.

  • Di dapat
  1. anulus inguinalis internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
  2. peninggian tekanan intraabdomen kronik yang dapat mendorong isi hernia melewati melewati annulus internus yang cukup lebar, seperti batuk kronik, pekerjaan mengangkat benda berat, hipertrofi prostad, konstipasi, dan asites. Peninggian tekanan intra abdomen juga dapat membuka kembali kanalis inguinalis.
  3. kelemahan otot dinding perut karena usia. Sehingga insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur, mungkin karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan penunjang berkurang kekuatannya.
Pada orang yang sehat ada tiga mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi, dan adanya facia transfersa yang kuat yang menutupi trigonum Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus kedalam kanalis unguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan n.iliofemoralis dan n. ilioinguinalis setelah apendektomi.

DIAGNOSIS
      Gejala dan tanda klinik hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi   
      hernia.
  • Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
  • Nyeri yang disertai mual atau  muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau ganggren
Tanda klinik pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.
Inspeksi :    saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan diregio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.
Palpasi   :         kantong hernia yang kosong dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ maka tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus, omentum ( seperti karet ), atau ovarium.
            Dengan jari telunjuk atau jari kelingking pada anak kecil, dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menonjolkan kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Apabila hernia dapat direposisi, pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau hernia menyentuh ujung jari, berarti hernia inguinalis lateralis, dan kalau samping jari menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi wanita yang teraba seperti sebuah massa yang padat biasanya terdiri dari ovarium.

 Gambaran klinik hernia
jenis
Reponibel
nyeri
obstruksi
sakit
Toksik
Reponibel/bebas
Ireponibel/akreta
Inkarserata
Strangulata
+
-
-
-
-
-
+
++
-
-
+
+
-
-
+
++
-
-
-
++

KLASIFIKASI
HERNIA INGUINALIS LATERALIS / INDIREK
            Terjadi karena keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak sebelah lateral dari pembuluh darah epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus. Apabila hernia ini berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum, ini disebut hernia skrotalis. Kantong hernia berada di dalam m.kremaster terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam tali sperma.
            Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada bayi dan anak, hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum. Hernia geser dapat terjadi sebelah kanan atau kiri. Sebelah kanan ini hernia biasanya terdiri dari caecum dan sebagian kolon asendens, sedangkan sebelah kiri terdiri dari sebagian kolon desendens.

Gambaran klinik
·                     Pada umumnya keluhan pada orang dewasa berupa benjolan di lipat paha yang timbul pada waktu mengedan , batuk atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu istirahat baring.
·                     Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi sering gelisah, banyak nangis, dan kadang-kadang perut kembung, harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulate.

Pemeriksaan fisik
            Inspeksi :    diperhatikan keadaan asimetris pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri atau berbaring. Pasien diminta mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat
            Palpasi  :       dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah benjolan dapat direpoisi. Setelah benjolan tereposisi dengan jari telunjuk  atau jari kelingking pada anak-anak, kadang cincin hernia dapat teraba berupa annulus inguinalis yang melebar.
            Hernia insipien berupa hernia membakat apabila tonjolan hanya dapat dirasakan menyentuh ujung jari di dalam kanalis inguinalis tetapi tidak keluar. Pada bayi dan anak-anak kadang tidak terlihat adanya benjolan pada waktu menangis, batuk atau mengedan. Dalam hal ini perlu dilakukan palpasi tali sperma dengan membandingkan yang kiri dan yang kanan, kadang di dapatkan yanda sarung tangan sutera.
Diagnosis banding
1.      hidrokel
hidrokel mempunyai batas atas tegas , iluminensi positif dan tidak dapat dimasukkan kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel, pemeriksaan transiluminasi atau diapanoskopi akan memberi hasil positif.
2.      limfadenopati inguinal. Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.
3.      testis ektopik, yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis.
4.      lipoma atau herniasi lemak properitoneal melalui cincin inguinal.
5.      orkitis

Komplikasi
            Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
1.      isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar atau terdiri dari omentum, organ ekstraperitonal ( hernia geser ) atau hernia akreta. Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa benjolan.
2.      isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia richter.
3.      jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan hernia. Pada permulaan terjadi gangguan vena sehingga terjadi uden organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Gambaran klinik hernia strangulata yang mengandung usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Bila telah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi keadaan toksik akibat gangren, gambaran klinik menjadi komplek dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat ditempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum. Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali, disertai nyeri tekan, dan tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia strangulate merupakan keadaan gawat darurat, karenanya perlu mendapat pertolongan segera.


HERNIA INGUINALIS MEDIALIS / DIREK

            Terjadi karena hernia menonjol langsung ke depan melalui segitiga Hasselbach, daerah yang dibatasi oleh :
            Inferior :       ligamentum inguinale,
            Lateral  :       pembuluh darah epigastrika inferior
            Medial  :       tepi otot rectus.
Dasar segitiga Hasselbach dibentuk oleh facia transversa yang diperkuat oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna sehingga daerah ini potensial untuk menjadi lemah. Hernia inguinalis medialis, karena tidak keluar melalui kanalis inguinalis dan tidak ke skrotum, umumnya tidak disertai strangulasi  karena cincin hernia longgar.
            Hernia inguinalis direk ini hampir selalu disebabkan factor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di  trigonum Hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada pria tua. Hernia ini jarang, bahkan hampir tidak pernah mengalami inkarserasi dan strangulasi. Mungkin terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih. Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi. Hernia ini banyak di derita oleh penduduk Afrika.

Pemeriksaan fisik
Inspeksi  : terlihat adanya massa tumor pada annulus inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang sekali menjadi ireponibilis.
Palpasi      : jika ditekan pada annulus inguinalis interna pada saat pasien berdiri atau mengejan, tetap akan timbul benjolan karena hernia ini langsung menuju annulus unguinalis eksterna sehingga disebut hernis direkta. Bila hernia ini dimasukkan sampai ke skrotum, maka hanya akan sampai ke bagian atas skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia. Bila jari dimasukkan dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan dinding belakang. Bila pasien di suruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah dapat meraba ligamentum Cowperi pada ramus superior tulang pubis.
Pada pasien kadang-kadang ditemukan gejala mudah kencing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.

PENATALAKSANAAN
1. pengobat konservatif, terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak – anak. Reposisi dilakukakan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Pada anak – anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur dibawah 2 tahun. Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak – anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es diatas hernia. Bila usaha repoisisi ini berhasil anak disiapkan untuk operasa berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam waktu 6 jam harus dilakukan operasi segera.
2.   Pengobatan operatif merupakan satu – satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakan. Untuk memperoleh keberhasilan maka factor – factor yang menimbulka terjadinya hernia harus dicari dan diperbaiki (batuk kronik, prostate,tumor, ascites, dll) dan defek yang ada direkonstruksi dan diaproksimasi tanpa tegangan.
      Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari.
·         Herniotomy, dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin kemudian dipotong.
·         Hernioplasty, dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplasty lebih penting artinya dalam menvegah terjdinya residif dibandingkan dengan herniatomy. Dikenal berbagai metode hernioplasty seperti memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan tertutup, menutup dan memperkuat fascia transversal, dan menjahitkan pertemuan M. transversus internus abdominis dan M. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon keligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fascia tranversa, M. tranversus abdominis, M. oblikus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada metode Mc Vay.
Metode Bassini merupakan tehnik hernioraphy yang pertama dipublikasi tahun 1887 dan sampai sekarang masih merupakan operasi baku. Namun ahli bedah harus memilih dan memodifikasi tahnik mana yang akan dipakai sesuai dengan temuan pada operasi dan patogenesis hernia menurut usia dan keadaan penderita.
            Pada bayi dan anak – anak dengan hernia congenital lateral yang factor penyebabnya adalah prosesus vaginalis yang tidak menutup sedangkan annulus ingunalis internus cukup elastis dan dinding belakang cukup kuat, hanya dilakukan herniotomy tanpa hernioplasty. Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakan kanalis inguinalis dwngan hernia ingunalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini diperlukan hernioplasty yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satupun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan adalah mencegah terjadinya tegangan pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Pada hernia inguinalis lateralis penyebab residif yang paling sering adalah menutupan annulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitonial atau kantong hernia tidak ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umunya karena tegangan yang berlebihan pada jahitan plasti atau kekurangan lain dalam teknik. Angka residif operasi hernia umumnya mendekati 10 %

Herniotomy dan herniorafi menurut Bassini :
  1. Pasien tidur dalam posisi telentang. Dilakukan a dan antisepsis pada daerah sekitar lipat paha seisi hernia.
  2. Lakukan anestesi local menurut Brown atau dengan anestesi umum.
  3. Setelah diyakini anestesi berhasil, lakukan sayatan sepanjang 10 cm terbawah diantara kedua benjolan (poin a dan poin g) memotong skutis dan subkutan.
  4. Fascia dibersihkan lalu disayat, segera tampak aponeurosis M. oblikus abdominis aksternus dengan krura medial dan lateral yang merupakan cincin luar kanalis inguinalis. Belah aponeurosis M. abdominis oblikus eksternus hingga annulus inguinalis ikut terbelah
  5. Kemudian funikulus spermatikus yang diselubungi M. kremaster dicari dan dibebaskan. Bebaskan pula ligamentum inguinale yang tebal dan mengkilat di lateral nya dan conjoint area (karena conjoint tendon hanya terdapat pada 5 % populasi) disebelah medial.
  6. Funikulus spermatikus dipreparasikan lalu ditarik dengan kasa steril yang dilingkarkan mengelilinginya kearah lateral. Kantong hernia dicari dengan bantuan dua buah pinset anatomis yang dicubitkan pada lapisan jaringan yang meliputinya, lalu digunting dengan hati – hati dan dibebaskan lapis demi lapis sampai akhirnya tampak lapisan yang berwarna biru abu -  abu dan kuat. Ini berarti kita telah mencapai processus vaginalis peritonei yang merupakan pembungkus kantong hernia.
  7. Kantong hernia kemudian dibuka 3 – 4 cm untuk melihat isinya. Kemudian kantong hernia dibebaskan secara melingkar penuh dengan arah melintang pada sumbunya dari jaringan sekitarnya, yaitu M. kremaster dan semua jaringan ikat dan vascular yang meliputinya. Tindakan ini harus dilakukan dengan hati – hati untuk menghindari pendarahan. Lalu dimasukan satu jari kedalam kantong hernia dan dipegang dengan perantaraan sebuah kasa steril, lalu dengan tangan yang lain dibebaskan lapisan jaringan yang meliputinya dengan kasa steril pula. Jari yang memegang kantong digeserkan sedikit demi sedikit mengikuti arah jari yang membebaskan kantong tersebut dari luar. Arah pembebasan harus sedemikian rupa sehingga dari medial ke kalteral dapat bertemu dalam jarak yang terpendek. Setelah berhasil, maka dinding kantong hernia dipegang dengan beberapa klem, kemudian dinding kantong tersebut dibebaskan lagi dari jaringan yang meliputinya sejauh mungkin ke proksimal sampai dapat ditemukan lapisan lemek preperitoneal. Kantong hernia dijepit pada batas ini, lalu distalnya dipotong melintang dengan gunting. Kemudian dilakukan hernioraphy menurut Bassini (Bassini plasty) sebagai berikut : Setelah fascia tranversa dibelah
·         Bassini I, jahitkan dengan benang besar dan kuat dan dengan jarum yang ujungnya seperti paku, tuberkulum pubikum ke fascia tranversa dan fascia tranversa lagi kemudian ke conjoint tendon pada tepi terdekat M. recti abdominis.
·         Bassini II, jahitkan dengan jarum biasa dan benang yang sama, ligamentum inguinale, fascia tranversa, fascia tranversa dan conjoint tendon diantara tempat jahitan Bassini I dan Bassini III.
·         Bassini III, seperti diatas letak dilateral dari Bassini II, bila masih longgar dapat dilanjutkan IV, V dst.
  1. Ikatan Bassini dipersiapkan semua dulu, baru disimpulkan dengan erat satu per satu.
  2. Pada ikatan Bassini III harus sedemikian erat tapi masih cukup longgar bagi funikulus spermatikus, yaitu bila ujung jari masih bisa dimasukan dengan mudah diantara annulus inguinalis interna dengan jahitan Bassini III. Lalu funikulus spermatikus, N. ilioinguinal, dan lain – lainnya dikembalikan ketempatnya.
  3. Perdarahan dirawat dan dindng perut kemudian ditutup lapis demi lapis.
  4. fascia dijahit dengan sutera, subkuits dengan cat gut, dan kuits dengan sutera.
  5. luka operasi dibersihkan dan ditutup dengan kasa steril.


HERNIA FEMORALIS
            Hernia femoralis adalah hernia yang terjadi pada kanalis femoralis. Kanalis femoralis ini terletak medial dari v. femoralis di dalam lacuna vasorum dorsal dari ligamentum inguinalis, tempat v. safena magna bermuara di dalam v. femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi olehpinggir keras dan tajam.
Batas kranioventral                    : ligamentum inguinalis
Batas kaudodorsal                     : pinggir os pubis yang terdiri dari ligamentum iliopektineale ( ligamentum Cooper )
Batas lateral                               : v. emoralis
Batas medial                              : ligamentum lakunare Gimbernati.
            Hernia femoralis keluar melalui lacuna vasorum kaudal dari ligamentum inguinale. Keadaan anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis.

Gambaran klinik
Umumnya dijumpai pada wanita tua. Kejadian pada perempuan kira – kira 4 kali laki – laki.Keluhan biasanya berupa benjolan dilipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan yang menaikan tekanan intraabdomen seperti mengankat barang atau batuk. Benjolan ini hilang pada waktu berbaring. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan lunak dilipat paha dibawah ligamentum inguinale di medial V. femoralis dan lateral tuberkulum pubikum.
Pintu masuk hernia femoralis adalan annulus femoralis. Selanjutnya isi hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan V. femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fossa ovalis pada lipat paha.

Patofisiologi
Secara patofisiologi peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemk preperitoneal kedalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka jalan bagi terjadinya hernia. Factor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obesitas dan degenerasi jaringa ikat karena usis lanjut. Hernia femoralis sekunder dapat terjadi sebagai komplikasi hernioraphy pada hernia inguinalis terutama yang memakai tehnik Bassini dan Shouldice yang menyebabkan fascia tranversa dan ligamentum inguinale lebih tergeser ke ventrokranial sehingga kanalis inguinalis lebih luas.
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah strangulasi dengan segala akibatnya.

Diagnosis Banding
Diagnosa banding hernia femoralis antara lain Limfadenitis yang disertai tanda radang local umum dengan sumber infeksi ditungkai bawah, perineum, anus, atau kulit tubuh kaudal dari tingkat umbilicus.Lipoma, Variks tunggal dimuara V. safena Magna dengan atau tanpa varises pada tungkai, Abses dingin, Torsio testis
Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya dengan aktivitas seperti mengedan, batuk, dan kegiatan lainnya yang disertai peningkatan tekanan intraabdomen. Sedangkan penyakit lainnya seperti limfadenitis femoralis atau torsio testis tidak berhubungan dengan aktivitas demikian.

Penatalaksanaan
Setiap hernia femoralis memerlukan tindakan operasi kecuali kalau ada kelainan local atau umum yang merupakan kontraindikasi operasi. Operasi terdiri dari herniotomy disusul dengan hernioplasty dengan tujuan menjepit annulus femoralis. Hernia femoralis dapat didekati dari krural. Inguinal, atau kombinasi keduanya. Pendekatan krural yang tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan. Pendekatan inguinal dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding posteriornya biasanya dilakukan pada pria, karena hernia femoralis pad laki – laki lebih sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia femoralis inkaserata, hernia residif atau kombinasi dengan hernia ingunalis. Pada pendekatan krural, hernioplasty dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentun inguinal ke ligamentum cooper. Teknik Bassini melalui region ingunalis, ligamentum inguinale dijahitkan ke ligamentum gimbernati.



HERNIA UMBILIKALIS
Hernia umbilikalis merupakan hernia congenital pada umbilicus yang hanya ditutup peritoneum dan kulit, berupa penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin umbilicus akibat peninggian tekanan intra abdomen, biasanya jika bayi menangis. Angka kejadian hernia ini lebih tinggi pada bayi premature.
Hernia umbilikalis pad orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas atau asites merupakan factor predisposisi.
 
Gejala klinik
Umumnya tidak menimbulkan nyeri dan sangat jarang terjadi ulserasi. Pada orang dewasa inkaserasi lebih sering terjadi.

Penatalaksanaan
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm, umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum bayi berumur 6 bulan, kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan kemudian memancangkannya dengan pita perekat (plester) untuk 2 – 3 minggu. Dapat pula digunakan uang logam yang dipancangkan di umbilicus untuk mencegah penonjolan isi rongga perut. Bila sampai usia 1,5 tahun hernia masih menonjol maka umumnya diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi spontan dan lebih sukar diperoleh penutupan dengan tindakan konservatif.

HERNIA PARAUMBILIKALIS
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah digaris tengah di tepi cranial umbilicus, jarang terjadi ditepi kaudalnya. Penutupan secara spontan jarang terjadi sehingga umumnya diperlukan operasi koreksi.

HERNIA EPIGASTRIKA
Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus dan prosesus xifoideus. Isi hernia terdari penonjolan jaringan lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum. Linea alba dibentuk oleh anyaman serabut aponeurosis lamina anterior dan posterior sarung M. rektus. Anyaman ini sering hanya satu lapis saja. Disamping itu linea alba disebelah cranial umbilicus lebih lebar dibandingkan dengan yang sebelah kaudal sehingga merupakan predisposisi terjadinya hernia epigastrika. Hernia ini muncul sebagai tonjolan lunak di linea alba yang merupakan ‘lipoma’ preperitoneal. Kalau defek linea alba melebar baru kemudian keluar kantong peritoneum yang dapat kosong atau berisi omentum. Hernia ini ditutupi oleh kulit, lemak subkutis, lemak preperitoneal dan peritoneum.
Gambaran klinik
Penderita sering mengeluh perut kurang enak dan mual, mirip keluhan pada kelainan kandung empedu, tukak peptic atau hernia hiatus esophagus. Terutama bila hernia kecil dan sukar diraba, biasanya menimbulkan  keluhan yang samar – samara ini.
Penatalaksanaan
Terapi bedah merupakan reposisi isi hernia dan menutup defek di linea alba.

HERNIA VENTRALIS
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia didinding perut bagian anterolateral seperti hernia sikatrik. Hernia sikatrik merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama.
Factor predisposisi yang berpengaruh dalam terjadinya hernia sikatrik adalah infeksi luka operasi, dehisensi luka, teknik penutupan luka operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas, peninggian tekanan intra abdomen seperti pada ascites, distensi usus pasca bedah, atau batuk – batuk karena komplikasi paru. Keadaan umum pasien yang kurang baik seperti pada mal nutrisi dan juga pemakaian obat steroid yang lama juga merupakan factor predisposisi

Penatalaksanaan
Pengelolaan konservatif menggunakan alat penyanggah atau korset elastic khusus dapat digunakan untuk sementara atau lebih lama bila ada kontraindikasi pembedahan.
Terapi operatif berupa herniotomy dan hernioplasty dengan tujuan menutup defek dilapisan muskuloaponeurosis. Bila defek besar diperlukan bahan sintetis seperti marleks. Operasi ini sering disertai penyulit pasca bedah sedangkan residif sering terjadi, terutama apabila jaringan lunak disekitar defek tidak direparasi pada waktu hernioplasty. Pada operasi hernia sikatrik diperlukan perencanaan teliti dan pengalaman banyak.

HERNIA RICTHER
Hernia yang pertama ditemukan oleh Richter ini jarang ditemukan, kebanyakan ditemukan pada hernia femoralis atau obturatoria. Biasanya sebagian dinding usus antemesenterial mengalami inkaserasi karena pintu hernia kecil dengan tepi keras dan tajam. Ileus obstruktif mungkin parsial atau total sedangkan benjolan hernia tidak ditemukan dan baru terdiagnosa pada waktu laparotomi.
Komplikasi hernia Richter adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus yang pada hernia femoralis tampak seperti abses di daerah inguinal.

HERNIA LITTRE
Hernia yang sangat jarang ditemukan ini merupakan hernia yang mengandung divertikel Meckel. Sampai dikenalnya divertikulum Meckel, hernia Littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus yang pada waktu itu belum dikenal sebagai hernia Richter

HERNIA SPIEGHEL
Hernia spieghel ialah hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui facia spieghel. Jarang dijumpai, biasanya pada usia 40-70 tahun. Diagnosis ditegakkandengan ditemukan benjolan di sebelah atas titik Mc Burney kanan atau kiri pada tepi lateral M. rectus abdominis. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan USG. Pengelolaan terdiri dari herniotomy dan hernioplasty.


HERNIA OBTURATORIA
Ialah hernia yang melalui foramen obturatorium. Hernia ini dapat berlangsung dalam 4 tahap, pertama tonjolan lemak retroperitoneal masuk kedalam kanalis obturatorius, kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal, ketiga kantong hernia ini mungkin di isi oleh lekuk khusus, ke empat yang dapat mengalami inkarserasi parsial seiring secara Richter atau total. Diagnosis dapat ditegakkan atas dasar adanya keluhan nyeri seperti ditusuk-tusuk dan parestesi didaerah panggul, lutut, dan bagian medial paha akibat penekanan pada N. obtiratorius ( tanda Howship-Romberg ) yang patognomonik.

HERNIA PERINEALIS
Merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar panggul, yang dapat terjadi secara primer pada wanita multipara, atau sekunder setelah operasi melalui perineum, seperti proatatektomy atau reseksi rectum secara abdominoperineal.
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan. Tampak dan teraba banjolan diperineum yang mudah keluar masuk dan jarang inkarserasi. Pengelolaan operatif dianjurkan dengan peningkatan transperitoneal, perineal, atau kombinasi abdomen dan perineal.

HERNIA SKROTALIS
Merupakan hernia inguinalis lateralis yang mencapai skrotum. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi atas dasar tidak ada pembatasan jelas disebelah cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui anulus eksternus. Hernia ini dibedakan dengan hidrokel atau elevantiasis skrotum.



HERNIA LABIALIS
Adalah hernia inguinalis lateralis yang mencapai labium mayus. Secara klinis tampak benjolan pada labium mayus yang jelas pada waktu berdiri, dan mengedan. Menghilang pada waktu berbaring. Diagnosa banding dipikirkan hernia femoralis dan kista di kanalis Nuck yang menonjol dikaudal ligamentum inguinalis dan bilateral tuberkulum pubikum.


HERNIA BILATERAL
Kejadian hernia bilateral pada pria dan wanita sama, walaupun frekwensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada wanita.
Terapi operatif henia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap. Mengingat kejadian hernia ini cukup tinggi pada anak, maka kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra. Pada hernia bilateral orang dewasa, dianjurkan untuk melakukan operasi dalam satu tahap, kecuali jika ada kontraindikasi. Hernia inguinalis medialis umumnya ditemukan bilateral.

HERNIA PANTALON
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan hernia inguinalis medialis pada satu sisi. Kantong hernia dipisahkan oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana. Diagnosis umunya sukar ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, biasanya baru ditemukan sewaktu operasi. Pengolaan seperti biasanya pada hernia inguinalis yaitu herniotomy dan hernioplasty.