30/01/14

cairan dan elektrolit

GANGGUAN KESEIMBANGAN

CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1.    FISIOLOGIS

Secara fisiologis dan klinis, metabolisme air dan natrium berhubungan erat. Kandungan natrium tubuh tergantung pada keseimbangan antara asupan (intake) dari makanan dan ekskresi dari ginjal. Pada keadaan sehat kehilangan natrium melalui ginjal dapat diabaikan.  Jumlah air di dalam tubuh pada wanita kira-kira 50 % dari berat badan, sedangkan pada pria 60 %. Air didistribusikan dalam dua ruangan utama yaitu 55-75 % di dalam intrasel dan 25-45 % di ekstrasel. Cairan di ekstrasel ini dibagi lagi menjadi intravaskular (plasma) dan ekstravaskular (interstitial) dengan perbandingan 1 dan 3. Konsentrasi zat terlarut (solut) atau partikel di dalam cairan yang dinamakan osmolalitas dinyatakan dalam satuan mOsmol/kg H2O. Karena sebagian besar membran sel permeabel bebas terhadap air, maka keseimbangan osmotik antara cairan intraseluler dan ekstraseluler secara ketat dipertahankan dengan perpindahan cairan yang sesuai antara ruangan-ruangan ini. Air bergerak melewati membran sel untuk mencapai suatu keseimbangan osmotic ( osmolalitas cairan ekstrasel = intrasel ). Partikel utama di ekstrasel adalah Na+, Cl- dan HCO3-, sedangkan di intrasel adalah K+ dan berbagai organic phosphat. Oleh karena Na+ sebagian besar berada di ekstrasel, maka kadarnya merefleksikan volume ekstrasel demikian pula halnya untuk K+ yang ada di intrasel. Jumlah partikel di dalam intrasel relatif konstan, oleh karenanya perubahan osmolalitas di intrasel umumnya disebabkan oleh perubahan jumlah air. Akan tetapi pada kondisi tertentu ada mekanisme yang disebut adaptasi osmotic sehingga akan mencegah perubahan air yang berlebihan , misalnya pada keadaan kronik hiponatremia dan hipernatremia.
Pergerakan air antar ruang intravaskular dan interstitial melalui dinding kapiler dan ditentukan oleh hukum Starling,  tekanan hidrostatik kapiler dan tekanan osmotic koloid. Kembalinya cairan ke dalam ruang intravaskular melalui aliran limfa.
Ekskresi Kalium diatur oleh nefron distal. Peningkatan ekskresi disebabkan oleh peningkatan penghantaran Natrium ke distal, peningkatan kecepatan aliran urine, alkalosis metabolik, peningkatan aldosteron  dan peningkatan elektronegativitas lumen.                                                                                                                             

1.1  KESEIMBANGAN AIR
Osmolalitas plasma normal adalah 275 sampai 290 mosmol/kg, dengan perubahan kepekatan (tonisitas) 1 sampai 2 persen. Untuk menjaga homeostasis  perlu keseimbangan antara asupan (intake) air dengan keluaran (output) air. Keseimbangan ini tergantung pada (a) pemasukan air dan mekanisme haus yang sempurna, (b) kehilangan air melalui ekstrarenal, (c) ekskresi yang sesuai dari larutan dan air melalui ginjal, dan (d) biosintesis, respon dan pengeluaran ADH. Gangguan pada keseimbangan cairan akan menyebabkan hipo atau hipernatremia. Pengeluaran air yang normal melalui urine, feses dan evaporasi melalui kulit serta paru-paru.

 

Asupan (Intake) Air

Rasa haus merupakan stimulus primer terjadinya asupan air melalui peningkatan osmolalitas atau penurunan volume cairan ekstrasel atau penurunan tekanan darah. Batas ambang rata-rata untuk timbulnya rasa haus adalah 295 mosmol/kg.

Keluaran (Output) Air

Faktor yang menentukan ekskresi air di ginjal adalah arginine vasopresin (AVP; bentuk antidiuretik hormon), yang menyebabkan resorbsi air secara pasif oleh karena gradien osmotic dari lumen ductus collecting ke interstitium medulla ginjal yang hipertonik. Stimulus mayor sekresi AVP adalah hipertonisitas yang ditentukan oleh konsentrasi natrium plasma.
Faktor non osmotic yang mempengaruhi sekresi AVP adalah volume sirkulasi efektif (arterial) melalui baroresptor di sinus karotis. Tetapi pada kenyataannya penurunan tekanan darah mempunyai efek yang lebih besar dalam merangsang baroresptor.
Untuk menjaga keseimbangan cairan dan konsentrasi Natrium plasma, jumlah solute yang masuk harus seimbang dengan yang keluar. Ada 3 langkah yang diperlukan ginjal untuk mengeluarkan cairan, yaitu : (1) filtrasi, (2) resorbsi aktif Natrium dan Chlorida tanpa air di loop of Henle bagian ascending dan bagian distal nefron dan (3) impermaebilitas terhadap air di ductus collectivus.

1.2   KESIMBANGAN  NATRIUM

Natrium secara aktif dipompa keluar oleh Na+K+ATPase pump. Sangat penting untuk membedakan antara gangguan osmoregulasi dengan gangguan regulasi volume karena keseimbangan air dan natrium melalui mekanisme yang berbeda. Perubahan konsentrasi natrium merefleksikan adanya perubahan keseimbangan air dan volume ekstrasel.

2.    HIPOVOLEMIA
2.1  Etiologi
Hipovolemia pada umumnya mencerminkan keadaan hilangnya air dan garam melebihi intake yang masuk yang mengakibatkan kurangnya volume ekstrasel. Kehilangan natrium dapat terjadi oleh karena factor renal atau ekstrarenal.

2.1.1 Volume ekstrasel berkurang
      A. Kehilangan Natrium ekstrarenal
1. Gastrointestinal ( muntah, diare, NGT, drain )
2. Kulit/resptrasi ( insensible, keringat, luka bakar)
3. Perdarahan
      B. Kehilangan Natrium dan air renal
1. Diuretik
2. Diuresis Osmotik
3. Hipoaldosteronisme
4. Nefropati
      C. Kehilangan air renal
1. Diabetes Insipidus (central atau nephrogenik)
2.1.2  Volume ekstrasel normal atau meningkat
2.1.2.1   Jenis
      A. Cardiac Output menurun
1. Miokardium, Katup, Perikard
      B. Redistribusi
1. Hipoalbuminemia
2. Kebocoran kapiler
      C. Peningkatan kapasitas vena
1. Sepsis
2.1.2.2  Patofisiologi
Manifestasi dari pengurangan volume ekstrasel berupa penurunan volume plasma dan hipotensi. Hal ini akan merangsang baroresptor sehingga mengaktivasi system saraf simpatik dan system renin-angiotensin yang akan meningkatkan tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure), perfusi serebral dan koroner.
Sedangkan respon pada ginjal berupa penurunan GFR sehingga filtrasi Natrium berkurang dan peningkatan resorbsi Natrium. Respon ini disebabkan oleh peningkatan aldosteron dan sekresi AVP serta penekanan sekresi atrial natriuretic peptide.

2.1.2.3  Gambaran Klinis

Anamnesa yang teliti akan membantu menentukan etiologi (muntah, diare, poliuri, keringat). Sebagian besar merupakan gambaran gangguan keseimbangan elektrolit dan hipoperfusi jaringan seperti fatigue, lemah, kramp otot, haus, pusing. hipovolemi yang berat akan memberi gambaran iskemia organ berupa oliguria, sianosis, nyeri abdomen dan nyeri dada serta gangguan kesadaran. Turgor kulit dan membran mukosa mulut bukan pertanda yang baik adanya penurunan cairan interstitial. Tanda penurunan volume intravaskular meliputi penurunan JVP, hipotensi postural dan takikardia postural sering ditemukan. Kehilangan cairan yang berat akan menyebabkan shock hipovolemia dengan tanda berupa hipotensi, takikardi, vasokonstriksi perifer dan hipoperfusi (sianosis, ekstremitas dingin dan lembab, oliguria) serta perubahan status mental.

2.1.2.4  Diagnosis

Anamnesa dan pemeriksaan fisik pada umumnya cukup untuk menentukan etiologi hipovolemia. Data laboratorium digunakan untuk menunjang diagnosa klinis. Kadar blood urea nitrogen (BUN) dan kreatinin cendrung meningkat, menandakan turunnya GFR. Ratio BUN dengan  kreatinin umumnya lebih dari 20 : 1. Hal ini terjadi juga pada keadaan hiperalimentasi (tinggi protein), therapi glukokortikoid dan perdarahan gastrointestinal.
Kadar natrium bisa berkurang, normal atau berlebih tergantung tonisitas dari cairan yang hilang, adanya rasa haus dan akses atau tersedianya air. Hipokalemia sering terjadi oleh karena hilangnya kalium dari ginjal atau gastrointestinal.
Hiperkalemia timbul pada gagal ginjal, insufisiensi adrenal dan metabolic asidosis. Metabolik alkalosis terjadi pada penggunaan diuretic dan pada muntah-muntah atau suction nasogastrik. Hematokrit dan albumin plasma akan meningkat.
Respon akan adanya hipovolemia berupa peningkatan resorbsi natrium dan air yang akan merubah komposisi urine. Konsentrasi natrium umumnya kurang dari 20 mmol/L kecuali pada kasus akut tubular nekrosis (ATN). Hal ini terjadi pula apabila ada muntah yang berlebih dimana kadar Cl- akan rendah (<20 mmol/L). Osmolalitas urine dan berat jenis umumnya lebih dari 450 mosmol/kg dan 1.015 menandakan adanya peningkatan sekresi AVP. Namun pada diabetes insipidus osmolalitas dan berat jenis urine tidak meningkat.

2.1.2.5  Pengobatan

Tujuan terapi adalah memberikan cairan yang sama dengan cairan yang hilang dan menggantikan cairan  yang hilang melalui kehilangan yang sedang berlangsung. Gejala dan tanda termasuk berat badan dapat digunakan untuk memperkirakan beratnya hipovolemia. Hipovolemia yang ringan dapat dikoreksi melalui jalur oral, sedangkan yang berat memerlukan jalur intravena. Cairan isotonik atau nomal saline digunakan pada keadaan normonatremia atau hiponatremia ringan. Hipertonik saline digunakan pada hiponatremia berat. Hipernatremia memerlukan cairan setengah saline atau dextrose 5 %. Transfusi darah atau cairan koloid diperlukan pada kasus perdarahan. Kalium perlu ditambahkan karena biasanya disertai hipokalemia.


3.   HIPONATREMIA

Hiponatremia terjadi jika asupan air melebihi ekskresinya. Hiponatremia didefinisikan apabila konsentrasi natrium < 135 mmol/L. Gejala meliputi konfusion, letargi dan disorientasi, jika berat (< 120 mmol/L) dan tiba-tiba, kejang atau koma akan timbul. Hiponatremia sering terjadi secara iatrogenik dan selalu akibat dari kerja ADH yang abnormal. Kadar natrium itu sendiri tidak mencerminkan kadar total natrium di dalam tubuh, untuk itu pasien dengan hiponatremia dibagi menjadi 3 grup menurut status volumenya (hipovolemia, euvolemia/normovolemia dan hipervolemia hiponatremia ).

Reset osmostat
 
Kehilangan yang berasal dari ginjal
 
Gagal Ginjal
 
U Na > 20
 
Organization Chart

Kehilangan ekstra renal
 
SIADH
 
U Na < 10
 
U Osm < 100 10
 
CHF,
Sirosis,
Nefrotik



 
Polidipsia psikogenik
 
 



 

 

 

 



3.1  Hipovolemia Hiponatremi

Hiponatremia derajat ringan sampai sedang (125-135 mmol/L) dapat terjadi pada kehilangan cairan melalui gastrointestinal atau perdarahan oleh karena 2 alasan. Pertama, karena adanya aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron axis, system saraf simpatik dan ADH yang akan meningkatkan resorbsi air dan zat terlarut di ginjal. Kedua, cairan yang biasanya digunakan di rumah biasanya bersifat hipotonik. Pengobatan yang tepat adalah mengganti cairan dengan cairan koloid atau kristaloid.


3.2  Hipervolemia Hiponatremia

Keadaan edema (Gagal jantung konngestif, sirosis hepatis dan nefrotic sindrom) sering menyebabkan hiponatremia ringan sampai sedang. Patofisiologinya sama seperti yang terjadi pada hipovolemia hanya saja penurunan perfusi di sini dikarenakan (1) penurunan cardiac output (2) arteriovenous shunt dan (3) hipoproteinemia berat. Pengobatannya berupa penanganan penyakit dasarnya, restriksi natrium, diuretic dan restriksi air.

3.3  Euvolemia Hiponatremia

Biasanya terjadi pada SIADH yang sering timbul pada penyakit di paru-paru (pneumonia, TBC, pleural effusion), penyakit di otak (tumor, perdarahan subaraknoid, meningitis), keganasan (small cell carcinoma paru) dan obat-obatan (chlorpropanide, carbamazepine, analgetik narkotik, siklophosphamid). Pengobatannya adalah restriksi air sampai < 1 L/hari tergantung dari beratnya keadaan.

3.4  Pengobatan

Koreksi natrium tidak boleh terlalu cepat (0,5 mmol/L per jam). Koreksi yang terlalu cepat akan menyebabkan myelinolisis pons cereberi terutama apabila hiponatremia telah berlangsung lama. Koreksi yang cepat hanya diberikan pada hiponatremia yang berat dan disertai adanya gejala neurologik (Na+ < 105 mmol/L dengan status epileptikus).

4.   HIPERNATREMIA

Kondisi ini jarang terjadi bersamaan dengan hipervolemia dan  biasanya akibat iatrogenik misalnya pemberian cairan natrium bikarbonat. Agaknya keadan ini disebabkan kehilangan air yang melebihi kehilangan natrium. Penyebab utamanya adalah diuresis osmotic akibat hiperglikemia, azotemia atau obat (radio kontrast, manitol, dll) atau diabetes insipidus sentral atau nefrogenik.
Koreksi cairan diberikan perlahan-lahan agar tidak terjadi gejala neurologik. Penderita sentral diabetes insipidus dapat diberikan desmopresin atau chlorpropamide. Penderita nefrogenik diabetes insipidus akibat lithium dapat diberikan amiloride atau hidroklorothiazide,  NSAIDs  dapat pula digunakan namun karena efek nefrotoksiknya jarang digunakan.

Koreksi Hipernatremia

Water Defisit
1. Total body water (TBW) : 50-60% BB (kg)
2.  Free water deficit             : ( Na – 140/140 ) x TBW
3.  Berikan dalam 48-72 jam

Ongoing Water Losses
4.Hitung free water klirens dari urinary flow rate(V) dan urine (U) Na dan K
    konsentrasi  V- Vx(Una+Uk)/140
Insensible Losses
5.~ 10ml/kg/hari
IKHTISAR GANGGUAN METABOLISME NATRIUM DAN AIR

I.  KEHILANGAN NATRIUM DAN AIR (Kehilangan volume)                    
            A.  Kehilangan Ekstrarenal 
                        1. Gastrointestinal (Muntah, diare, fistula)
                        2.  Sekuestrasi abdominal
                        3.  Kulit  (Keringat, Luka bakar)
            B.  Kehilangan Renal           
                        1.  Penyakit ginjal ( Fase diuresis ARF, Diuresis pasca obstruksi, CKD)
                        2.  Overdosis diuretika
                        3.  Diuresis osmotik
                        4.  Defisiensi mineralokortikoid (Penyakit Addison,
                             Hipoaldosteronisme)

II.  HIPONATREMIA                   
            A.  Dengan kehilangan volume ekstraseluler        
            B.   Dengan kelebihan volume ekstraseluler dan edema              
            C.  Dengan volume ekstraseluler normal atau meningkat sedang                      
                        1. ARF dan CKD     
                        2. Gangguan diuresis sementara (emosi, nyeri)   
                        3. SIADH      
                        4. Endokrin (Defisiensi glukokortikoid, hipotiroidisme)           
                        5. Polidipsia berat    
                        6. Esensial (sindroma sel sabit)       
            D.  Tanpa Hipoosmolalitas plasma                       
                        1. Osmotik  (hiperglikemia, manitol)        
                        2. Artefak  (hiperlipidemia, hiperproteinemia)    

III.  HIPERNATREMIA                           
            A. Terutama karaena kehilangan air                     
                        1. Ekstrarenal           
                                    a.  Kulit
                                    b.  Paru
                        2. Renal         
                                    Diabetes insipidus
                        3. Gangguan fungsi hipotalamus   
            B.  Akibat kehilangan air yang disertai kehilangan natrium                   
                        1. Ekstrarenal           
                                    Keringat
                        2. Renal         
                                    Diuresis osmotik (Glikosuria, urea)
            C.  Akibat memperoleh natrium                
                        1.  Pemberian natrium berlebihan  
                        2.  Hiperfungsi adrenal (hiperaldosteronisme, sindroma Cushing)       



5.   HIPOKALEMIA


Atrial dan ventricular aritmia sering timbul terutama apabila disertai dengan hipomagnesium dan penggunaan digoxin. Manifestasi klinis lainnya berupa kelemahan otot, ileus dan poliuria. Riwayat penyakit dan konsentrasi Kalium di dalam urine dapat membantu menentukan penyebab hipokalemia.
Penanganan hipokalemia berupa koreksi penyakit dasarnya, hentikan obat yang menyebabkan hipokalemia dan suplementasi kalium. Kalium dapat diberikan oral maupun intravena dengan kecepatan tidak melebihi 20 mmol/jam.


6.   HIPERKALEMIA

Pada kebanyakan kasus hiperkalemia diakibatkan oleh ekskresi kalium yang menurun. Apabila diagnosis belum pasti, hitung gradien Kalium transtubular (TTKG) dapat membantu. TTKG = UkPosm/PkUosm. TTKG < 10 menandakan ekskresi Kalium menurun oleh karena (1) hipoaldosteronism dan (2) resistensi renal terhadap efek mineralokortikoid.
Konsekuensi penting adalah terjadinya gangguan konduksi jantung yang dapat menyebabkan cardiac arrest. Hipocalcemia dan asidosis akan memperberat keadaan ini.





Pustaka

1.       Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Edition, page 252 – 263.
2.       Harrison’s Manual of Medicine 16th Edition, page 5 – 8
3.       Buku Saku Klinis, Editor Marc S Sabatine, Halaman 120 -126








1/24/2006 11:31:38 PM

KONTRASEPSI LENGKAP

KONTRASEPSI

PENDAHULUAN
Perlu diketahui bahwa kehamilan tahun pertama terjadi pada sekitar 80-90% wanita usia produktif yang tidak menggunakan kontrasepsi, bahkan kehamilan masih dapat terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi. Keefektifan sebuah metode kontrasepsi ditentukan oleh usia klien, seberapa sering klien berhubungan seksual, dan kepatuhan klien mengikuti instruksi penggunaan kontrasepsi(2). Namun resiko kesehatan wanita yang menggunakan kontrasepsi lebih baik dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi(1).
Kontrasepsi pada wanita digunakan sampai mencapai usia menopause, yaitu dihentikan 2 tahun postmenopause pada wanita yang berusia 50 tahun dan 1 tahun postmenopause pada wanita yang berusia dibawah 50 tahun(2).

METODE-METODE KONTRASEPSI
I. Metode Amenorea Laktasi (MAL)(3)
            Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah menunda ovulasi dan menghambat pembentukan estrogen melalui perangsangan pengeluaran prolaktin saat menyusui. Yang dapat menggunakan MAL sebagai kontrasepsi adalah ibu yang menyusui secara penuh (full breast feeding), belum haid setelah melahirkan, usia bayi kurang dari 6 bulan, dan ibu tidak terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam.
Keuntungan kontrasepsi :
1.      Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan)
2.      Segera efektif
3.      Tidak mengganggu senggama
4.      Tidak ada efek samping sistemik
5.      Tidak perlu pengawasan medik
6.      Tidak perlu obat dan alat
7.      Tanpa biaya
Keterbatasan kontrasepsi :
1.      Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
2.      Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6 bulan sehingga ibu memerlukan alat KB lainnya
3.      Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
4.      Dapat menyebabkan mastitis (2)
Klien dianjurkan untuk terus memberikan ASI dan memerlukan metode kontrasepsi lainnya pada keadaan-keadaan sebagai berikut(3) :
1.      Bayi tidak sering menghisap susu
2.      Bayi berusia 6 bulan atau lebih
3.      Bayi mulai diberikan makanan pendamping
4.      Mulai haid kembali

II. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
            KBA adalah metode kontrasepsi dengan cara menghindari sanggama pada masa subur ibu. Metode ini baru efektif bila dilakukan secara tertib dan ibu mengetahui kapan masa suburnya berlangsung. Masa subur ibu diketahui dengan cara mengukur suhu tubuh, memantau sekresi lender serviks, dan menghitung lama siklus menstruasi. Oleh karena itu, KBA sebaiknya tidak digunakan pada wanita yang(3) :
1.      Wanita dengan umur, paritas, atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi kondisi resiko tinggi
2.      Wanita dengan siklus haid tidak teratur (bisa juga ditemukan pada wanita yang baru saja berhenti menggunakan kontrasepsi hormonal, setelah melahirkan, selama menyusui, setelah mengalami aborsi, atau ketika perimenopause)
3.      Wanita yang pasangannya tidak dapat diajak bekerja sama
4.      Wanita yang merasa tidak nyaman menyentuh alat genitalnya
Keuntungan kontrasepsi(2,3) :
1.      Tidak ada efek samping fisik maupun sistemik karena tidak digunakan produk kimia maupun fisik
2.      Tanpa biaya
Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1.      Untuk belajar memahami masa subur secara efektif perlu waktu sekitar 3-6 siklus menstruasi
2.      Perlu pencatatan setiap hari
3.      Keefektifan tergantung dari disiplin pasangan (perlu pantang selama masa subur untuk menghindari kehamilan)
4.      Diperlukan pelatih KBA untuk membantu ibu mengenali masa suburnya
5.      Keefektifan sedang (9-20 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama pemakaian metode kontrasepsi)
6.      Adanya kegiatan atau penyakit terkadang menyulitkan pendeteksian masa subur
7.      Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan AIDS/HIV
Klien yang menyusui dan mengalami pengeluaran cairan vagina menetap akan lebih sulit memprediksi kesuburan dengan menggunakan lendir serviks, maka dianjurkan metode kontrasepsi lainnya jika dikehendaki.

III. Senggama Terputus(3)
            Senggama terputus dalah metode tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina dan kehamilan dapat dicegah. Metode ini tidak dapat digunakan pada suami dengan pengalaman ejakulasi dini, yang memiliki kelainan fisik atau psikologis, dan pasangan yang kurang dapat bekerja sama.
Keuntungan kontrasepsi :
1.      Tidak mengganggu produksi ASI
2.      Tidak ada efek samping
3.      Dapat digunakan setiap waktu
4.      Tidak ada biaya
                        Keterbatasan kontrasepsi :
1.      Efektivitas tergantung pada kesediaan pasangan melakukan sanggama terputus (angka kegagalan 4-18 kehamilam per 100 wanita per tahun)
2.      Efektivitas menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis
3.      Memutuskan kenikmatan dalam hubungan seksual

IV. Metode Barrier
A.    Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang terbuat dari bahan alami (produksi hewani) atau sintetik berupa karet (lateks) atau plastik (vinil) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom bekerja menghalangi pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet sehingga sperma tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi wanita(3).
Keuntungan kontrasepsi(2,3) :
1.      Tidak mengganggu produksi ASI
2.      Tidak mengganggu kesehatan klien karena tidak mempunyai pengaruh sistemik
3.      Murah, beragam pilihan sesuai selera, dan dapat dibeli secara umum
4.      Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS, khususnya kondom yang terbuat dari lateks dan vinil
            Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1.      Efektivitas sedang (2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2.      Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi
3.      Pada beberapa klien menyulitkan untuk mempertahankan ereksi
4.      Pada beberapa klien malu untuk membeli kondom di tempat umum
5.      Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
6.      Pembuangan kondom bekas dapat menimbulkan masalah limbah
7.      Menimbulkan alergi terhadap bahan dasar kondom pada beberapa klien (terutama bahan lateks).
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(3) :
Efek samping
Penanganan
Kondom rusak atau bocor (sebelum berhubungan)
Gunakan kondom baru, dapat ditambahkan spermisida
Kondom bocor atau diperkirakan ada curahan di vagina saat berhubungan
Pertimbangkan pemberian morning after pill
Alergi terhadap bahan dasar kondom dan spermisida
Gunakan kondom alami (produk hewani : lamb skin atau gut), ganti dengan spermisida lain



B. Diafragma
            Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung (terbuat dari lateks atau karet) yang menutup serviks dan diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual. Diafragma akan menahan sperma agar tidak mendapatkan akses ke saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai wadah spermisida. Jenis yang terbuat dari lateks yaitu : flat spring (flat metal band), coil spring (coiled wire), dan arching spring (2,3), ,sedangkan yang terbuat dari silikon, yaitu coil spring (coiled wire) dan arching spring . Diafragma tidak dianjurkan bagi wanita yang (2):
1.      Merasa tidak nyaman menyentuh alat genitalnya
2.      Otot vaginanya tidak dapat menahan diafragma
3.      Memiliki kelainan bentuk dan posisi serviks
4.      Sensitif terhadap bahan lateks
5.      Mengalami infeksi saluran kemih berulang
6.      Mengalami infeksi vagina
7.      Bisa terjadi toxic shock syndrom
Keuntungan kontrasepsi (2,3) :
1.      Tidak mengganggu ASI
2.      Tidak mengganggu hubungan seksual karena dipasang sebelum berhubungan
3.      Beragam pilihan sesuai selera
4.      Tidak mempunyai efek sistemik
5.      Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
            Keterbatasan kontrasepsi(2,3)  :
1.      Efektivitas sedang dan tergantung cara pemakaian (6-18 kehamilan per 100 perempuan per tahun bila digunakan bersama spermisida)
2.      Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih diperlukan untuk memastikan ketepatan pemasangan
3.      Pada beberapa klien menjadi penyebab infeksi saluran uretra
4.      Enam jam pasca hubungan seksual alat masih harus berada di dalam
5.      Motivasi berkesinambungan diperlukan (menggunakanya setiap berhubungan seksual)
6.      Pada beberapa klien terdapat reaksi alergi terhadap bahan dasar diafragma, terutama bahan lateks.
7.      Dapat terjadi toxic shock syndrom
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(3) :
Efek samping
Penanganan
Infeksi saluran kemih
Segera kosongkan kandung kemih setelah berhubungan, berikan antibiotika yang sesuai, ganti dengan ukuran diafragma lebih kecil, coiled spring, cervical cap, atau sarankan metode lain
Timbul cairan vagina dan berbau bila dibiarkan >24 jam
Periksa kemungkinan IMS atau benda asing. Lepaskan diafragma setelah berhubungan seksual tetapi jangan <6 jam pasca hubungan
Alergi terhadap diafragma atau spermisida
Jika vagina teriritasi dan tidak mengidap IMS, gunakan diafragma bahan hewani, spermisida lain atau anjurkan metode lain
Nyeri tekan kandung kemih atau rektum
Pastikan ketepatan ukuran diafragma, apabila terlalu besar gunakan ukuran kecil
Toxic shock syndrom
beri rehidrasi oral, analgesik non-narkotik seperti antalgin, dan aspirin bila panas >38 0C.

C. Spermisida (3)
            Spermisida adalah bahan kimia (non oksinol-9 atau disebut pula Nonoxynol) yang digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma dengan cara memecahkan membran sel sperma dan memperlambat gerak sel sperma, serta menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. Spermisida dikemas dalam bentuk(3) :
1.      aerosol atau busa
2.      krim yang digunakan bersama diafragma
3.      tablet vaginal atau suppositoria atau dissolvable film yang dimasukkan 10-15 menit sebelum hubungan seksual
            Keuntungan kontrasepsi(2,3):
1.      Efek seketika (busa atau krim)
2.      Tidak mengganggu produksi ASI
3.      Tidak memiliki pengaruh sistemik
4.      Mudah digunakan
5.      Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual
6.      Dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
            Keterbatasan kontrasepsi(2,3) :
1.      Efektivitas sedang (3-21 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2.      Memerlukan motivasi berkelanjutan memakai setiap melakukan hubungan seksual
3.      Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual (tablet busa vagina, suppositoria, dan film)
4.      Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(3) :
Efek samping
Penanganan
Iritasi vagina, iritasi penis, rasa tidak nyaman, atau tablet gagal larut
Periksa kemungkinan vaginitis atau IMS. Jika akibat spermisida, gunakan spermisida dengan komposisi kimia lain atau anjurkan metode lainnya.
Rasa panas di vagina
Periksa kemungkinan reaksi alergi, yakinkan rasa hangat adalah normal. Jika tidak ada perubahan, gunakan spermisida dengan komposisi kimia lain atau anjurkan metode lainnya.


V. Kontrasepsi Kombinasi
A. Pil kombinasi
Pil kombinasi bekerja dengan menekan ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilewati oleh sperma, dan mengganggu transportasi dengan mengganggu pergerakan tuba. Pil kombinasi bersifat reversibel, harus diminum setiap hari, dan dapat dimulai diminum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil(3).
            Pil kombinasi ini aman digunakan pada wanita(3):
1.      Pasca 6 bulan melahirkan tidak memberikan ASI ekslusif  atau pasca 3 bulan melahirkan tidak menyusui
2.      Pasca keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari)
3.      Anemia karena haid berlebihan, dismenore hebat, atau siklus haid tidak teratur
4.      Riwayat kehamilan ektopik, kelainan payudara jinak, kencing manis tanpa komplikasi, penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor jinak ovarium
            Pil kombinasi tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang (2,3,4,5):
1.      Hamil atau dicurigai hamil
2.      Sedang menyusui ekslusif
3.      Berusia lebih dari 35 tahun dan perokok
4.      Menggunakan obat-obatan yang mengurangi efektivitas pil, seperti: rifampisin, fenitoin, barbiturat, griseofulvin, antidepresan trisiklik, ampisilin, dan penisilin.
5.      Menderita trombosis vena, arteri, atau gangguan faktor pembekuan
6.      Menderita kelainan jantung atau penyakit sirkulasi, termasuk tekanan darah tinggi (lebih dari 180/110 mmHg) dan stroke
7.      Menderita migren berat, migren yang disertai aura, atau gejala neurologik fokal (riwayat epilepsi)
8.      Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
9.      Menderita penyakit aktif hepar atau kandung empedu
10.  Menderita diabetes lebih dari 20 tahun dengan komplikasinya
11.  Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
Pil kombinasi terdiri dari 3 jenis(2,3,4,5) :
•    Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen/progestin (E/P) dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
•    Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen/progestin (E/P) dengan 2 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
•    Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif estrogen/progestin (E/P) dengan 3 dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.
            Keuntungan kontrasepsi(2,3,4,5,6) :
1.      Efektivitas tinggi (1 kehamilan per 1000 wanita dalam tahun pertama penggunaan)
2.      Tidak mengganggu hubungan seksual
3.      Siklus haid menjadi teratur, tidak terjadi nyeri haid, dan banyaknya darah haid berkurang (mencegah anemia)
4.      Dapat digunakan jangka panjang dan dapat digunakan sejak usia remaja sampai menopause
5.      Mudah dihentikan setiap saat
6.      Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil dihentikan
7.      Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat
8.      Dapat membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker endometrium, kanker ovarium, kista ovarium, penyakit radang panggul, tumor jinak payudara, dismenore, atau akne
            Keterbatasan kontrasepsi(2,3,4,5,6) :
1.      Mahal dan membosankan karena harus diminum setiap hari
2.      Dalam 1-3 bulan pertama dapat disertai mual, pusing, nyeri payudara, dan perdarahan bercak. Keluhan ini akan hilang sendiri seiring dengan semakin lama pengunaan.
3.      Dapat disertai breakthrough bleeding (perdarahan yang tidak diharapkan karena mengkonsumsi pil setiap hari)
4.      Berat badan sedikit naik
5.      Mengurangi produksi ASI
6.      Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk behubungan seks berkurang
7.      Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan sehingga perempuan berusia di atas 35 tahun dan merokok perlu mewaspadai resiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam
8.      Tidak dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Pil kombinasi dapat dimulai digunakan setiap saat selagi haid untuk meyakinkan perempuan tersebut tidak hamil; sangat dianjurkan penggunaanya pada hari pertama haid. Penggunaan pada hari ke-8 perlu menggunakan metode kontrasepsi lainnya (kondom) sampai hari ke-14 atau tidak boleh berhubungan seksual sampai paket pil tersebut habis. Bila paket 28 pil habis, sebaiknya klien mulai minum pil dari paket yang baru. Sedangkan bila paket 21 pil habis, sebaiknya klien menunggu 1 minggu baru kemudian mulai minum pil dari paket yang baru. Bila lupa minum 1 pil (hari 1-21) sebaiknya minum pil tersebut segera setelah ingat. Bila lupa minum 2 pil atau lebih (hari 1-21) sebaiknya minum 2 pil setiap hari sampai sesuai jadwal. Bila terjadi muntah dalam 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah pil yang lain. Apabila terjadi muntah atau diare lebih dari 24 jam, cara penggunaan sesuai dengan penggunaan pil lupa(2,3).

Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(3) :
Efek samping
Penanganan
Amenore atau spotting
Periksa dalam dan tes kehamilan. Bila negatif, berikan pil estrogen 50μg atau kurangi dosis progestin (dosis estrogen tetap). Bila positif, hentikan pil.
Mual, pusing, muntah (akibat reaksi anafilaktik)
Tes kehamilan atau pemeriksaan ginekologi. Bila tidak hamil, sarankan minum saat akan tidur atau saat makan malam.
Perdarahan pervaginam
Bila tetap terjadi >3 bulan, berikan pil estrogen lebih tinggi (50μg) lalu kembali ke dosis awal atau ganti dengan metode lain.
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan pil kombinasi adalah nyeri dada hebat atau nafas pendek (kemungkinan bekuan darah di paru atau serangan jantung), sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan (kemungkinan stroke, hipertensi, atau migraine), nyeri tungkai hebat (kemungkinan sumbatan darah pada tungkai), nyeri abdomen hebat (kemungkinan penyakit kandung empedu, bekuan darah, atau pankreatitis), mata kuning atau jaundice (kemungkinan hepatitis atau kolestitis), dan tidak terjadinya perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan sebelumnya (kemungkinan terjadi kehamilan) (2,3).

B.     Suntikan Kombinasi(3)
Jenis suntikan kombinasi adalah:
1.      25mg depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan seara intramuskular sebulan sekali (Cyclofem)
2.      50mg noretindron anantat dan 5mg setradiol valerat yang diberikan secara intramuskular sebulan sekali
Suntikan kombinasi bekerja dengan menekan ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga penetrasi sperma terganggu, mempengaruhi endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
            Keuntungan kontrasepsi :
1.      Efektifitas tinggi (0,1-0,4 kehamilan per 1000 perempuan selama tahun pertama penggunaan)
2.      Tidak mempengaruhi hubungan seksual
3.      Mengurangi jumlah perdarahan dan nyeri haid
4.      Mencegah terjadinya kanker ovarium dan endometrium, serta kehamilan ektopik
5.      Mengurangi kejadian penyakit payudara jinak, kista ovarium, dan penyakit radang panggul
6.      Dapat diberikan kepada perempuan perimenopause
            Keterbatasan kontrasepsi :
1.      Terjadi perubahan pola haid menjadi tidak teratur, spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari
2.      Disertai keluhan mual, sakit kepala, dan nyeri payudara ringan (keluhan ini hilang setelah penyuntikan kedua atau ketiga)
3.      Timbul ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan (klien harus kembali dalam waktu 30 hari)
4.      Efektivitasnya berkurang apabila digunakan bersama-sama obat epilepsi (fenitoin dan barbiturate) atau obat tuberculosis (rifampisin)  
5.      Terjadi penambahan berat badan
6.      Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian
7.      Tidak dapat melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
8.      Dapat terjadi efek samping serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan kemungkinan tumor hati
            Suntikan kombinasi tidak dapat digunakan pada perempuan yang :
1.      Hamil atau dicurigai hamil
2.      Menyusui di bawah 6 minggu pasca persalinan
3.      Mengalami peradarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
4.      Menderita penyakit hepatitis
5.      Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
6.      Perokok berusia lebih dari 35 tahun
7.      Memiliki riwayat penyakit jantung, stroke, tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg
8.      Menderita gangguan faktor pembekuan darah dan anemia bulan sabit
9.      Menderita kencing manis lebih dari 20 tahun
10.  Menderita migraine atau gejala neurologik fokal (riwayat epilepsi).  
Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada suntikan kombinasi adalah nyeri dada hebat atau nafas pendek (kemungkinan bekuan darah di paru atau serangan jantung), sakit kepala hebat atau gangguan penglihatan (kemungkinan stroke, hipertensi, atau migraine), nyeri tungkai hebat (kemungkinan sumbatan darah pada tungkai), dan tidak terjadinya perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan sebelumnya (kemungkinan terjadi kehamilan) (2,3).
Suntikan pertama yang diberikan dalam 7 hari siklus haid tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. Bila diberikan setelah hari ke-7, klien tidak boleh berhubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari. Bila klien tidak haid, suntikan dapat diberikan kapan saja asal dipastikan tidak hamil.
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya (3):
Efek samping
Penanganan
Amenore (tidak ada perdarahan atau spotting)
Periksa tes kehamilan. Bila negatif, tidak perlu diberi pengobatan khusus. Jelaskan darah tidak berkumpul dalam rahim. Bila positif, rujuk.
Mual, pusing, muntah (akibat reaksi anafilaktik)
Periksa tes kehamilan. Bila negatif, jelaskan bahwa ini hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat. Bila positif, rujuk.
Perdarahan pervaginam atau spotting
Periksa tes kehamilan. Bila positif, rujuk. Bila negatif, cari penyebab perdarahan dan jelaskan ini hal biasa, namun jika berlanjut dan mengkhawatirkan klien anjurkan metode lain.   

VI. Kontrasepsi Progestin
A. Kontrasepsi Suntikan Progestin (3,5)
            Kontrasepsi suntikan progestin bekerja mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
Kontrasepsi tersebut dapat dipakai oleh perempuan yang(3,5) :
1.      Nulipara dan yang telah memiliki anak
2.      Menyusui
3.      Pasca abortus atau keguguran
4.      Perokok dengan tekanan darah <180/110 mmHg
5.      Penderita gangguan pembekuan darah, anemia defisiensi besi, atau anemia sicle cell
6.      Pengguna obat rifampisin,  fenitoin, atau barbiturate
7.      Yang tidak dapat memakai kontarsepsi yang mengandung estrogen
8.      Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi
9.      Usia perimenopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi
Namun kontrasepsi tersebut tidak boleh digunakan pada wanita(3,5):
1.      Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
2.      Yang mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
3.      Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (amenore)
4.      Penderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara, dan diabetes mellitus yang disertai komplikasi.
            Tersedia 2 macam kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin , yaitu(3,5) :
1.      Depo medroksiprogesteron asetat (DMPA atau Depo Provera) mengandung 150mg DMPA, diberikan setiap 3 bulan secara intramuskular
2.      Depo noretisteron etanat (Depo noristerat) mengandung 200mg noretindron enantat, diberikan setiap 2 bulan secara intramuskular
            Keuntungan kontrasepsi(3,5) :
1.      Sangat efektif (0,3 kehamilan per 100 perempuan per tahun)
2.      Pencegahan kehamilan jangka panjang
3.      Tidak berpengaruh pada hubungan seksual
4.      Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
5.      Tidak mempengaruhi ASI
6.      Dapat digunakan oleh perempuan usia di atas 35 tahun sampai perimenopause
7.      Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
8.      Menurunkan kejadian tumor jinak payudara
9.      Mencegah penyebab penyakit radang panggul
            Keterbatasan kontrasepsi(3,5) :
1.      Sering ditemukan gangguan haid, seperti lamanya siklus haid, jumlah perdarahan, perdarahan bercak, atau amenore. Gangguan haid ini bersifat sementara dan tidak mengganggu kesehatan.
2.      Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk mendapatkan suntikan)
3.      Tidak dapat dihentikan sebelum jadwal suntikan berikutnya
4.      Terdapat kenaikan berat badan, sakit kepala, dan nyeri payudara
5.      Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
6.      Kembalinya kesuburan lebih lambat (rata-rata 4 bulan) yang terjadi karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari tempat suntikan. Bila haid tidak kembali dalam 6 bulan, klien harus memeriksakan diri ke dokter.
7.      Terjadi perubahan lipid serum atau densitas tulang pada penggunaan jangka panjang
8.      Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, dan jerawat.
Suntikan dapat dimulai diberikan setiap saat selama siklus haid, asal klien tidak hamil. Selama 7 hari pasca suntikan tidak boleh berhubungan seksual. Suntikan pertama yang diberikan dalam 7 hari siklus haid tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. Bila diberikan setelah hari ke-7, klien tidak boleh berhubungan seksual selama 7 hari. Bila ingin berganti ke metode kontarsepsi suntikan lain, maka harus dimulai pada jadwal suntikan berikutnya. Bila sebelumnya menggunakan metode kontrasepsi non hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan.
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya (3):
Efek samping
Penanganan
Amenore
Bila tidak hamil, tidak perlu tindakan khusus. Jelaskan darah tidak terkumpul dalam rahim. Bila hamil, rujuk dan hentikan suntikan. Jika terjadi kehamilan ektopik, rujuk segera. Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan, tunggu 3-6 bulan, jika tidak terjadi perdarahan rujuk klien.
Perdarahan pervaginam atau spotting
Jelaskan bahwa perdarahan ringan sering ditemui dan tidak memerlukan pengobatan. Bila klien tidak dapat menerima keadaan dan tetap ingin melanjutkan suntikan, diberikan 2 pilihan pengobatan : 1 siklus pil kombinasi (30-35 μg etinilestradiol), ibuprofen (sampai 3x800mg/hari untuk 5 hari) atau 2 tablet pil kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil hormonal atau 50μg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.   
Peningkatan/penurunan berat badan
Bila perubahan sebesar 1-2kg umum terjadi. Bila perubahan berlebihan, hentikan suntikan dan anjurkan metode kontrasepsi lain.

B. Kontrasepsi Pil Progestin (minipil)
            Minipil bekerja dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis seks di ovarium, menghentikan ovulasi, menyebabkan transformasi endometrium lebih awal sehingga implantasi menjadi lebih sulit, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, dan mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu(2,3).
Terdapat 2 jenis kemasan minipil, yaitu kemasan dengan isi 35 pil berisi 300μg levonorgestrel atau 350μg noretindron dan kemasan isi 28 pil berisi 75μg norgestrel(3).
            Kontrasepsi ini tidak dianjurkan pada wanita yang(2,3,4,5):
1.      Hamil atau dicurigai hamil
2.      Tidak dapat menerima perubahan pola haid
3.      Penderita penyakit jantung atau stroke
4.      Penderita penyakit aktif pada hepar atau kandung empedu
5.      Penderita kanker payudara
6.      Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
7.      Riwayat kista ovarium
8.      Riwayat kehamilan ektopik
            Keuntungan kontrasepsi(2,3,4,5) :
1.      Sangat efektif (keberhasilan 98,5%)
2.      Sangat efektif digunakan pada masa laktasi dan tidak mempengaruhi produksi ASI karena tidak mengandung estrogen
3.      Tidak mengganggu hubungan seksual, nyaman, dan mudah digunakan
4.      Dapat dihentikan setiap saat dan kesuburan cepat kembali
5.      Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid
6.      Mengurangi kemungkinan penyakit radang panggul
7.      Dapat diberikan kepada penderita endometriosis dan perokok berusia >35 tahun
8.      Mencegah terjadinya penyakit kanker endometrium
9.      Sedikit mempengaruhi metabolisme karbohidrat sehingga relatif aman diberikan pada penderita diabetes yang belum mengalami komplikasi
            Keterbatasan kontrasepsi(2,3,4,5):
1.      Hampir 30-60% mengalami gangguan haid (perdarahan sela, spotting, amenore) terutama pada bulan ke 2-3. Perubahan pola haid bersifat sementara dan tidak mengganggu kesehatan
2.      Menyebabkan keluhan spotty skin, nyeri pada payudara, peningkatan berat badan, dan nyeri kepala. Keluhan akan menghilang dalam beberapa bulan.
3.      Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama, bila lupa selama 3 jam saja akan memperbesar kemungkinan hamil
4.      Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis, atau jerawat
5.      Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan)
6.      Efektifitas berkurang apabila digunakan bersama-sama obat tuberkulosis atau epilepsi
7.      Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS
8.      Hirsutisme (sangat jarang terjadi)
Minipil diberikan mulai hari pertama sampai 5 hari siklus haid dan tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. Bila diberikan setelah hari ke-5, klien tidak boleh berhubungan seksual selama 2 hari atau menggunakan kontrasepsi lain selama 2 hari. Minipil dapat diberikan kapan saja asal bila klien tidak haid dan dipastikan tidak hamil, juga pada perempuan pasca 6 bulan melahirkan yang tidak memberikan ASI ekslusif atau pasca 3 bulan melahirkan tidak menyusui. Bila klien sebelumnya menggunakan metode kontrasepsi nonhormonal, minipil dapat diberikan pada hari 1-5 siklus haid. Bila lupa minum kurang dari 3 jam sebaiknya minum pil tersebut segera setelah ingat. Bila lupa minum lebih dari 3 jam, minum 2 pil pada jam biasa. Bila terjadi muntah dalam 2 jam setelah menggunakan pil, minumlah pil yang lain atau gunakan metode kontrasepsi lain bila hendak berhubungan seksual dalam 48 jam berikutnya(3). Minipil dapat pula diberikan setelah 21 pasca melahirkan tetapi diperlukan metode kontrasepsi lain selama 2 hari (2).
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(2,3):
Efek samping
Penanganan
Amenore
Periksa tes kehamilan. Bila negatif, tidak perlu diberi pengobatan khusus. Bila terus berlanjut dan membuat klien khawatir, rujuk ke klinik. Bila diduga kehamilan ektopik jangan diberikan obat-obatan hormonal dan rujuk.
Perdarahan tidak teratur atau spotting
Periksa tes kehamilan. Bila negatif dan tidak menimbulkan masalah kesehatan, tidak perlu tindakan khusus. Namun jika berlanjut dan mengkhawatirkan klien anjurkan metode kontrasepsi lain.   

 C. Kontrasepsi Implan
            Kontrasepsi implan bekerja dengan mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, dan menekan ovulasi(2,3,4,). Implan diinsersikan di di bawah kulit lengan atas bagian dalam(4).          
Terdapat 3 jenis kontrasepsi implan, yaitu(3) :
1.      Norplant
Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 cm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan  lama kerjanya 5 tahun.
2.      Implanon
Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3.      Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
            Kontrasepsi tersebut tidak dapat digunakan pada wanita yang(2,3) :
1.      Hamil atau dicurigai hamil
2.      Tidak dapat menerima perubahan siklus haid
3.      Menggunakan obat-obatan tertentu yang mengurangi efektivitas implan, seperti: rifampisin, fenitoin, barbiturat, griseofulvin, antidepresan trisiklik, ampisilin, dan penisilin.
4.      Menderita trombosis pada vena atau arteri manapun atau terdapat riwayat gangguan faktor pembekuan darah
5.      Menderita migren berat, migren yang disertai aura atau gejala neurologik fokal (riwayat epilepsi)
6.      Menderita kanker payudara atau dicurigai kanker payudara
7.      Menderita penyakit aktif hepar atau kandung empedu
8.      Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya
9.      Menderita penyakit jantung atau stroke
            Keuntungan kontrasepsi(2,3) :
1.      Efektifitas tinggi (0,2-1 kehamilan per 100 perempuan) dan perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
2.      Dapat dicabut setiap saat sesuai keinginan dan tingkat pengembalian kesuburan cepat setelah pencabutan
3.      Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
4.      Aman digunakan pada masa laktasi karena bebas dari pengaruh estrogen sehingga tidak mengganggu ASI
5.      Tidak mengganggu hubungan seksual
6.      Mengurangi nyeri haid, jumlah darah haid, anemia, dan kemungkinan penyebab sakit radang panggul
7.      Melindungi terjadinya kanker endometrium dan menurunkan angka kelainan jinak payudara
8.      Dapat digunakan oleh klien yang tidak dapat menggunakan kontrasepsi hormonal estrogen
Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1.      Menyebabkan perubahan pola haid berupa spotting, hipermenore, serta amenore, terutama pada 6-12 bulan pertama
2.      Timbul keluhan nyeri kepala, penurunan/peningkatan berat badan, nyeri payudara, mual, pusing, perubahan perasaan (mood) dan kegelisahan. Hal tersebut akan hilang dengan sendirinya.
3.      Membutuhkan pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan sehingga klien tidak dapat menghentikan penggunaan sesuai keinginan
4.      Tidak memproteksi kemungkinan IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
5.      Efektifitas menurun apabila digunakan bersama obat-obat epilepsi atau tuberkulosis
6.      Kemungkinan terjadi kehamilan ektopik lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun)
Implan dapat diinsersikan pada hari ke 2-7 siklus haid dan tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. Bila diberikan setelah hari ke-7, klien tidak boleh berhubungan seksual selama 7 hari atau harus menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari. Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan kapan saja asal dipastikan tidak hamil. Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR maka Norplan akan diinsersikan pada haid  hari ke-7 dan klien tidak boleh berhubungan seksual selama 7 hari atau harus menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari(3). Implan dapat diinsersikan 3 minggu pasca melahirkan atau segera setelah abortus jika usia kehamilannya kurang dari 24 minggu(2).
Daerah insersi harus kering dan bersih selama 48 jam pertama dan kurangi gesekan atau penekanan pad adaerah tersebut. Balutan penekan jangan dibuka selama 48 jam, sedangkan plester dipertahankan sampai luka sembuh (5 hari). Rasa perih, pembengkakan, atau lebam pada derah insersi wajar terjadi, namun apabila menetap disertai demam klien harus dirujuk(3).   
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(2,3):
Efek samping
Penanganan
Amenore
Periksa tes kehamilan. Bila negatif, tidak perlu diberi pengobatan khusus. Bila terus berlanjut dan membuat klien khawatir, angkat implan dan anjurkan metode lainnya. Bila diduga kehamilan ektopik jangan diberikan obat-obatan hormonal dan rujuk.
Perdarahan bercak atau spotting
Jelaskan spotting ringan biasa terjadi, terutama tahun pertama. Bila klien tetap mengeluh dan ingin meneruskan implan, beri pil kombinasi 1 siklus atau ibuprofen 3x800mg selama 5 hari. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet kombinasi untuk 3-7 hari danlanjutkan dengan 1 siklus pil kombinasi atau dapat juga diberikan 50μg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.    
 
Ekspulsi
Cabut kapsul yang ekspulsi, periksa apakah kapsul lainnya masih di tempat, dan apakah ada infeksi daerah insersi. Jika tidak ada infeksi dan kapsul lain masih pada tempatnya, pasang 1 kapsul baru di tempat insersi baru. Bila terdapat infeksi, cabut kapsul dan pasang kapsul baru pada lengan yang lain atau anjurkan metode lainnya.
Infeksi di daerah insersi
Bila terdapat nanah bersihkan dengan sabun, air, atau antiseptik. Beri antibiotik untuk 7 hari. Implan jangan dilepas dan minta klien kontrol seminggu kemudian. Apabila tidak membaik, cabut seluruh kapsul dan pasang kapsul baru di lengan lain atau anjurkan metode lainnya.
Berat badan naik /turun
Jelaskan perubahan 1-2 kg adalah normal. Kaji ulang diet klien apabila perubahan berat badan ≥ 2 kg.

D. AKDR dengan Progestin
            AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang mengandung progesteron dan Mirena yang mengandung levonorgestrel. Kontrasepsi bekerja dengan cara menyebabkan endometrium mengalami transformasi ireguler (epitel atrofi) sehingga mengganggu implantasi, mencegah konsepsi dengan memblok bersatunya ovum dengan sperma, mengurangi jumlah sperma yang memasuki tuba falopii, dan menginaktifkan sperma(3).
AKDR dapat dipasang setiap waktu selama siklus haid jika telah dipastikan tidak hamil, 48 jam atau 6-8 minggu pasca melahirkan, segera setelah induksi haid atau pasca keguguran jika terbukti tidak terdapat infeksi. Klien harus kembali kotrol rutin sesudah menstruasi pertama 4-6 minggu pasca pemasangan dan jangan melebihi 3 bulan (3).
            AKDR dengan progestin tidak dianjurkan pada wanita yang (2,3):
1.      Hamil atau diduga hamil
2.      Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
3.      Menderita vaginitis, salfingitis, atau endometritis
4.      Menderita sakit radang panggul atau pasca abortus febrilis
5.      Mengalami kelainan congenital rahim
6.      Menderita miom submukosum
7.      Memiliki rahim yang sulit digerakkan
8.      Memiliki riwayat kehamilan ektopik, trofoblas ganas, atau tbc panggul
9.      Menderita kanker genitalia atau payudara
10.  Sering berganti pasangan
11.  Mengalami gangguan toleransi glukosa
            Keuntungan kontrasepsi(2,3) :
1.      Efektifitas tinggi (0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan) dan penggunaannya jangka panjang (selama 5 tahun)
2.      Tidak mengganggu hubungan seksual
3.      Tidak berpengaruh terhadap ASI
4.      Kesuburan segera kembali setelah AKDR diangkat
5.      Mengurangi nyeri haid dan jumlah darah haid
6.      Dapat digunakan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen untuk mencegah hyperplasia endometrium
7.      Merupakan pengobatan alternatif pengganti operasi pada perdarahan uterus disfungsional dan adenomiosis
8.      Karena AKDR dengan progestin hanya bekerja lokal pada endometrium, maka tidak mempengaruhi kerja obat tuberkulosis atau obat epilepsi
            Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1.      Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR
2.      Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan AKDR
3.      Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenore
4.      Dapat terjadi perforasi uterus saat insersi (jarang terjadi)
5.      Kejadian kehamilan ektopik lebih sering terjadi
6.      Resiko menderita penyakit radang panggul bertambah sehingga menyebabkan infertilitas
7.      Biaya mahal
8.      Progestin sedikit meningkatkan resiko trombosis sehingga perlu perhatian khusus pada wanita usia perimenopause
9.      Terjadi perdarahan, terutama 3 bulan pertama penggunaan
10.  Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-hati pada perempuan dengan penyakit kardiovaskuler
11.  Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara
12.  Terdapat keluhan nyeri kepala, spotty skin, dan nyeri payudara yang akan menghilang setelah beberapa bulan.
13.  Progestin dapat memicu pertumbuhan miom uterus
14.  Pada beberapa wanita mengalami kista ovarium pada beberapa bulan pertama. Hal ini tidak berbahaya dan tidak perlu tindakan khusus karena kista akan menghilang sendiri.
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(2,3):
Efek samping
Penanganan
Amenore
Periksa tes kehamilan. Jika negatif, AKDR jangan dicabut. Jika positif <13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut AKDR. JIka kehamilan >13 minggu dan benang AKDR tidak terlihat, AKDR jangan dicabut. Jika klien ingin meneruskan kehamilan, jelaskan mengenai meningkatnya resiko keguguran, kehamilan preterm, infeksi, dan pengawasan ketat kehamilan.
Kram
Pikirkan kemungkinan infeksi. Jika tidak parah, beri analgetik. Bila parah dan tidak ditemukan penyebabnya, cabut AKDR, ganti dengan yang baru atau anjurkan metode lainnya.
Perdarahan banyak dan tidak teratur
Sering ditemukan pada 3-6 bulan pertama. Singkirkan infeksi panggul atau KE. Jika tidak ditemui keadaan patologik, beri ibuprofen 3x800 mg untuk 1 minggu atau pil kombinasi 1 siklus. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet kombinasi untuk 3-7 hari danlanjutkan dengan 1 siklus pil kombinasi atau dapat juga diberikan 50μg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari atau anjurkan metode lainnya.    
Benang hilang
Periksa tes kehamilan. Bila klien tidak hamil dan tidak yakin AKDR masih di tempat, rujuk untuk diUSG, pasang AKDR baru bila tidak ditemukan sewaktu haid. Bila klien hamil dan benang tidak terlihat, lihat penanganan amenore. 
Cairan vagina /dugaan penyakit radang panggul
Bila penyebabnya gonokokus atau kalmidia, cabut AKDR dan beri pengobatan yang sesuai. Penyebab yang lain tidak perlu mencabut AKDR. Jika klien tidak mau meneruskan AKDR dan mengalami radang panggul, AKDR baru dicabut setelah beri antibiotik selama 2 hari.

VII. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
      AKDR bekerja dengan menghambat kemampuan sperma masuk tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri, dan mencegah implantasi telur dalam uterus. AKDR yang sering digunakan di Indonesia sekarang adalah CuT-380A berbentuk huruf T diselubungi kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu). Selain itu terdapat pula Nova T (Schering) (3).
AKDR dapat dipasang setiap waktu selama siklus haid jika telah dipastikan tidak hamil, 48 jam atau 6-8 minggu pasca melahirkan, 6 bulan pasca kontrasepsi LAM, segera setelah induksi haid atau pasca keguguran jika terbukti tidak terdapat infeksi. Klien harus kontrol 4-6 minggu pasca, periksa benang rutin pada bulan pertama pasca pemasangan, atau apabila terdapat keluhan kram perut bagian bawah, spotting diantara haid atau sesudah senggama, nyeri setelah senggama atau pasangan merasa tidak nyaman selama berhubungan seksual(3).  
            AKDR tidak dianjurkan diberikan kepada wanita yang (2,3) :
1.      Hamil atau diduga hamil
2.      Mengalami perdarahan pervaginam yang tidak diketahui sebabnya
3.      Menderita vaginitis, salfingitis, atau endometritis
4.      Menderita sakit radang panggul atau pasca abortus febrilis dalam 3 bula terakhir
5.      Mengalami kelainan kongenital rahim atau tumor jinak rahim
6.      Memiliki rahim yang sulit digerakkan
7.      Memiliki riwayat kehamilan ektopik, trofoblas ganas, atau tbc panggul
8.      Menderita kanker genitalia
9.      Memiliki ukuran rongga rahim <5 cm
            Keuntungan kontrasepsi (2,3) :
1.      Efektivitasnya tinggi (0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama) dan efektif segera setelah pemasangan
2.      Metode jangka panjang (10 tahun proteksi CuT-380A)
3.      Tidak ada efek samping hormonal sehingga tidak mempengaruhi produksi ASI
4.      Dapat dipasang langsung setelah abortus atau melahirkan apabila tidak terdapat infeksi
5.      Dapat digunakan sampai menopause (≥ 1 tahun setelah haid terakhir)
6.      Tidak berinteraksi dengan obat-obatan
            Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1.      Terjadi efek samping perubahan siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama), haid menjadi lebih lama dan banyak, atau terjadi spotting antar menstruasi, dan dismenore lebih hebat
2.      Dapat terjadi komplikasi sakit dan kejang (3-5 hari setelah pemasangan), perforasi dinding usus, atau perdarahan berat saat haid atau diantara periode haid
3.      Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
4.      Penyakit radang panggul sering timbul setelah pemasangan dan memicu infertilitas.
5.      Prosedur medik (pemeriksaan pelvis) diperlukan pada pemasangan AKDR sehingga klien tidak dapat melepasnnya sesuai keinginan
6.      AKDR dapat keluar dari uterus tanpa diketahui (terutama bila dipasang setelah melahirkan)
7.      Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik
8.      Posisi benang harus diperiksa dari waktu ke waktu dengan memasukkan jari ke vagina (banyak klien tidak mau melakukan ini)
            Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(2,3):
Efek samping
Penanganan
Amenore
Periksa tes kehamilan. Jika negatif, AKDR jangan dicabut. Jika positif <13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut AKDR. JIka kehamilan >13 minggu dan benang AKDR tidak terlihat, AKDR jangan dicabut. Jika klien ingin meneruskan kehamilan, jelaskan mengenai meningkatnya resiko keguguran, kehamilan preterm, infeksi, dan pengawasan ketat kehamilan.
Kram
Pikirkan kemungkinan infeksi. Jika tidak parah, beri analgetik. Bila parah dan tidak ditemukan penyebabnya, cabut AKDR, ganti dengan yang baru atau anjurkan metode lainnya.
Perdarahan banyak dan tidak teratur
Sering ditemukan pada 3-6 bulan pertama. Singkirkan infeksi panggul atau KE. Jika tidak ditemui keadaan patologik, beri ibuprofen 3x800 mg untuk 1 minggu atau pil kombinasi 1 siklus. Bila terjadi perdarahan lebih banyak dari biasa, berikan 2 tablet kombinasi untuk 3-7 hari danlanjutkan dengan 1 siklus pil kombinasi atau dapat juga diberikan 50μg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari atau anjurkan metode lainnya.    
Benang hilang
Periksa tes kehamilan. Bila klien tidak hamil dan tidak yakin AKDR masih di tempat, rujuk untuk diUSG, pasang AKDR baru bila tidak ditemukan sewaktu haid. Bila klien hamil dan benang tidak terlihat, lihat penanganan amenore. 
Cairan vagina /dugaan penyakit radang panggul
Bila penyebabnya gonokokus atau kalmidia, cabut AKDR dan beri pengobatan yang sesuai. Penyebab yang lain tidak perlu mencabut AKDR. Jika klien tidak mau meneruskan AKDR dan mengalami radang panggul, AKDR baru dicabut setelah beri antibiotik selama 2 hari.

VIII. Kontrasepsi Mantap
A. Tubektomi          
            Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas seorang wanita secara permanen. Terdapat 2 cara melakukan tubektomi, yaitu dengan minilaparotomi dan laparoskopi. Mekanisme kerja kontrasepsi ini adalah dengan mengoklusi tuba (mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak bertemu dengan ovum(3).
            Tubektomi dapat dilakukan setiap waktu selama siklus haid dan diyakini klien tidak hamil atau pada hari ke-6 sampai ke-13 siklus menstruasi (fase proliferasi). Yang dapat menjalani tubektomi adalah wanita berusia >26 tahun, paritas >2, yakin telah memiliki besar keluarga yang sesuai kehendaknya, pada kehamilannya akan menimbulkan resiko kesehatan serius, pasca persalinan, pasca keguguran, pham dan sukarela setuju dengan prosedur ini(3).
            Keuntungan kontrasepsi (2,3):
1.      Sangat efektif (0,2-4 kehamilan per 100 wanita selama setahun pertama pemakaian)
2.      Tidak mempengaruhi proses menyusui
3.      Tidak menganggu senggama
4.      Merupakan kontarsepsi pilihan bagi pasien yang apabila hamil akan menjadi resiko kesehatan yang serius
5.      Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual atau produksi hormon
6.      Mengurangi resiko kanker ovarium
            Keterbatasan kontrasepsi (2,3) :
1.      Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini dan memerlukan informed consent
2.      Rasa tidak nyaman setelah tindakan
3.      Pembedahan sederhana memerlukan anastesi lokal lakukan oleh dokter yang terlatih (diperlukan dokter spesialis ginekologi atau spesialis bedah untuk laparoskopi)
4.      Tidak melindungi diri terhadap IMS, termasuk HBV dan HIV/AIDS
5.      Tuba dapat bergabung dan menjadi fertil kembali (jarang terjadi)
Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(2,3):
Efek samping
Penanganan
Infeksi luka
Obati dengan antibiotik. Jika terdapat abses, lakukan drainase dan obati sesuai indikasi
Demam pasca operasi (>380C)
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
Hematoma (subkutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut, tetapi bila ekstensif memerlukan drainase
Emboli gas akibat laparoskopi
Mulai resusitasi intensif termasuk IVFD, RJP, dan tindakan penunjang kehidupan lainnya
Rasa sakit pada luka operasi
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati sesuai indikasi
Perdarahan superfisial (tepi kulit/subkutan)
Kontrol perdarahan dan obati sesuai indikasi
            Jelaskan kepada klien untuk menjaga luka operasi tetap kering sampai pembalut dilepaskan dan mulai aktivitas normal secara bertahap dalam 7 hari. Hindari bekerja mengangkat berat selama 7 hari. Jadwalkan pemeriksaan rutin 7-14 hari pasaca operasi (3).

B. Vasektomi
            Vasektomi adalah prosedur klinik untuk mengehentikan kapasitas reproduksi pria dengan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi dilakukan bila fungsi reproduksi menjadi ancaman atau gangguan kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (3).
            Keuntungan kontrasepsi (2,3):
1.      Sangat efektif dan permanent
2.      Tidak ada efek samping jangka panjang
3.      Tindakan bedah  aman dan sederhana
            Keterbatasan kontrasepsi (2,3):
1.      Harus dipertimbangkan sifat permanen kontrasepsi ini dan memerlukan informed consent
2.      Terdapat kondisi-kondisi yang memerlukan perhatian khusus untuk vasektomi, diantaranya : infeksi kulit daerah operasi, infeksi sitemik, hidrokel atau varikokel besar, hernia inguinalis, filariasis, undesensus testikularis, massa intarskrotalis, anemia berat, gangguan pembekuan berat atau sedang menggunakan antikoagulansia
3.      Baru efektif setelah 2 bulan pasca operasi atau 15-20 kali ejakulasi (setelah tes semen dinyatakan negatif)
Kondisi yang memerlukan perhatian khusus adalah : infeksi kulit daerah operasi, infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi klien, hidrokel atau varikokel besar, hernia inguinalis, filariasis, undesensus testikularis, massa intraskrotalis, anemia berat, gangguan pembekuan darah, dan sedang menggunaan antikoagulan(3).
Sebaiknya dijelaskan kepada klien untuk :
1.      Mempertahankan band aid selama 3 hari
2.      Jangan menarik atau menggaruk luka
3.      Luka tidak boleh basah dalam 24 jam, setelah 3 hari luka boleh dicuci sabun dan air
4.      Pakailah penunjang skrotum
5.      Jika terdapat nyeri berikan 1-2 tablet parasetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam
6.      Hindari mengangkat barang berat selama 3 hari
7.      Boleh bersanggama setelah hari ke-3, namun untuk mencegah kehamilan pakailah kondom atau kontarsepsi lain selama 3 bulan
8.      Periksa semen 3 bulan pasca vasektomi atau setelah 15-20 kali ejakulasi
  Efek samping kontrasepsi dan penanganannya(2,3):
Efek samping
Penanganan
Infeksi luka
Obati dengam antibiotik. Jika terdapat abses, lakukan drainase dan obati sesuai indikasi
Demam pasca operasi (>380C)
Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan
Hematoma (subkutan)
Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut, tetapi bila ekstensif memerlukan drainase
Emboli gas akibat laparoskopi
Mulai resusitasi intensif termasuk IVFD, RJP, dan tindakan penunjang kehidupan lainnya

Rasa sakit pada luka operasi
Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati sesuai indikasi
Perdarahan superfisial (tepi kulit/subkutan)
Kontrol perdarahan dan obati sesuai indikasi

IX. Metode Transdermal (Patch)
Metode transdermal atau Ortho Evra adalah plastik tempel berisi hormon (melepaskan 20μg estrogen dan 150μg progestin setiap 24 jam) yang mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks, dan menipiskan dinding uterus. Keefektifan metode ini tinggi (99%), namun berkurang 2-3% pada wanita dengan berat badan lebih dari 99kg. Patch ditempelkan ke kulit yang bersih dan kering, dipasang dalam 24 jam periode menstruasi selama 7 hari. Patch diganti setiap minggu dalam 2 minggu selanjutnya namun tidak dipasang pada minggu keempat sehingga perdarahan dimulai pada hari ke-5. Pasang kembali patch yang baru seminggu setelah patch ketiga (1,4,5).
            Keuntungan dari kontrasepsi ini adalah(1,4,5) :
1.      Efektifitas tinggi
2.      Mandi, berenang, atau aktivitas yang berhubungan dengan air tidak mengganggu
3.      Siklus menstruasi menjadi teratur
            Keterbatasan kontrasepsi adalah : 
1.      Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
2.      Tidak dapat digunakan pada penderita yang tidak dapat menggunakan kontarsepsi estrogen (tekanan darah tinggi, gangguan faktor koagulan, stroke, dan perokok berusia >35 tahun)
3.      Tidak melindungi terhadap IMS atau HIV/AIDS
4.      Efektifitas berkurang bila berinteraksi dengan obat-obatan antituberkulosis dan epilepsi.
            Efek samping dari metode ini adalah(4,5) :
1.      Iritasi kulit pada daerah penempelan
2.      Perdarahan tidak teratur terutama pada beberapa bulan pertama penggunaan
3.      Nyeri kepala, mual, muntah, nyeri payudara, kram perut, kerontokan rambut
4.      Depresi
5.      Infeksi vagina
6.      Tekanan darah tinggi dan trombosis (seranganjantung atau stroke)
7.      Retensi cairan menyebabkan asma dan oedem
8.      Diskolorasi coklat pada wajah

X. Cincin Vagina
Cincin vagina atau Nuva ring adalah cincin plastik fleksibel yang dipasang dalam vagina, berdiameter 2,5cm, melepaskan 20μg estrogen dan 150μg progestin setiap 24 jam yang diserap melalui dinding vagina. Cincin vagina dipasang dalam waktu 5 hari setelah haid, melahirkan, atau mengalami keguguran; berada dalam vagina selama 3 minggu. Mekanisme kerja dari kontrasepsi ini adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat pergerakan sperma, juga menipiskan dinding uterus. Jika dipasang lebih dari hari kelima dari waktu haid, diperlukan pil kombinasi selama 7 hari. Cincin yang baru dipasang seminggu setelah cincin lama dilepas.
Keuntungan kontrasepsi adalah(4,5) :
1.      Efektifitas tinggi
2.      Tidak dipengaruhi antibiotik yang diminum
3.      Siklus menstruasi menjadi teratur
            Keterbatasan kontrasepsi adalah(4,5)  : 
1.   Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
2.   Tidak dapat digunakan pada penderita yang tidak dapat menggunakan kontarsepsi estrogen
3.   Tidak melindungi terhadap IMS atau HIV/AIDS
4.   Efektifitas berkurang bila berinteraksi dengan obat-obatan antituberkulosis dan epilepsi
            Efek samping dari metode ini adalah(4,5) :
1.      Iritasi kulit pada daerah penempelan
2.   Perdarahan tidak teratur terutama pada beberapa bulan pertama penggunaan
3.   Mual, muntah, nyeri payudara, kram perut, kerontokan rambut
4.      Depresi
5.      Infeksi vagina
6.      Tekanan darah tinggi, nyeri kepala, trombosis(serangan jantung atau stroke)
7.      Retensi cairan menyebabkan asma dan oedem
8.      Diskolorasi coklat pada wajah

XI. Kontrasepsi Emergensi(1,4,5)
            Kontrasepsi emergensi digunakan mencegah kehamilan pada
situasi-situasi tertentu, misalnya :
1.      Kondom yang tergelincir atau diafragma berpindah posisi
2.      Klien lupa memakai metode kontrasepsi biasa dan melakukan hubungan seksual atau klien dipaksa berhubungan seksual
3.      Klien salah melakukan perhitungan waktu subur
            Terdapat 2 mekanisme kontrasepsi emergensi, yaitu :
1.      Emergency Contraceptive Pill (ECP) atau morning after pill menggunakan pil kombinasi dosis tinggi dan digunakan dalam 72 jam pasca hubungan seksual yang tidak terproteksi.
2.      The Intrauterine Device (IUD), dipasang dalam waktu 7 hari setelah hubungan seksual yang tidak terproteksi.


DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham,et al. 2005. Williams Obstetrics 22nd Ed. USA : McGraw-Hill Comp,Inc.p.725-746.
2. www.fpa.org.uk (diakses 4 Maret 2006)
3. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. 2004. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.p.MK1-MK85.
4. www.contraception.net (diakses 4 Maret 2006)
5. www.emmagoldman.com (diakses 4 Maret 2006)
6. Bader, Thomas J. 2003. Ob/Gyn Secrets 3rd Ed. USA : Elsevier Mosby. p.114-120
7. www.health.allrefer.com (diakses 4 Maret 2006)