05/09/10

novel gelaaaaa...... arti dari irihati

Jari-jari Anggi sibuk menari di mesin tik-nya yang terbilang cukup tua. Di sekitarnya berserakan kertas-kertas hasil ketikannya. Suara telepon berdering dari ruang tamu, Anggi bangkit dan bergegas mengangkat telepon itu. ”Halo, selamat siang. Dengan Panti Asuhan Ibu, ada yang bisa saya bantu?””Halo, bisa bicara dengan Anggi?””Iya, saya sendiri””Oh, Anggi. Ini Citra.””Ada apa, Citra?””Ehm...Rita...Rita meninggal””Apa?””Aku harap, kamu mau datang ke pemakamannya””Pasti aku datang”Anggi meletakkan gagang telepon ke tempat semula. Setelah ia meminta ijin, ia bergegas ke Jakarta. Anggi menuju stasiun kereta dengan membawa pakaian yang seadanya.Beberapa jam kemudian, Anggi sampai di Jakarta. Ketika turun dari, tampak seorang lelaki bertubuh tinggi dengan paras yang tampan mendekatinya.”Hai, Anggi. Apa kabar?” sapa lelaki itu.”Kabarku baik, Dani.” ujar AnggiDani adalah mantan kekasihnya terdahulu. Rasa sayang serta benci masih terasa di hati Anggi. Dani berjalan berdampingan dengan Anggi, matanya tak lepas dari sosok Anggi yang baru.”Dan, sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Anggi gelisahSejenak Dani terdiam, matanya menerawang ke arah lantai stasiun.”Rita kecelakaan,” jawabnya.”Dan aku harap, kamu mau memaafkannya.” sambung Dani dengan wajah sedih.Anggi tidak menjawab, terdapat konflik di pikiran dan hatinya. Mereka berjalan menyusuri lorong stasiun dan menuju ke arah mobil. Mereka masuk ke dalam mobil, lalu mobil melaju dengan kencangnya.Mobil perlahan berhenti di sebuah rumah. Anggi keluar dari mobil dan menatap rumah itu. Sama seperti dulu, pikirnya. Dani mempersilakan Anggi masuk ke dalam rumah. Di depan rumah, terdapat sebuah kayu menancap tanah dengan bendera kuning yang terikat di tubuh kayu. Anggi memasuki rumah itu, hatinya galau tak keruan. Tampak beberapa orang duduk mengelilingi tubuh Rita yang tergeletak kaku. Citra berlari menghampiri Anggi lalu memeluknya. Seorang perempuan tua menghampiri Anggi. Wajahnya pucat, air matanya tak berhenti mengalir. Perempuan tua itu menggenggam tangan Anggi, lalu duduk bersimpuh di hadapan Anggi sambil menangis. Anggi membimbing perempuan tua itu berdiri, lalu ia memeluknya. Perempuan tua itu adalah ibu dari Rita. Ia merasa bersalah atas apa yang di perbuat oleh anaknya.”Ibu mohon, maafkan Rita.” ujarnya sambil terus menangis.Anggi terdiam. Matanya menoleh ke arah tubuh Rita yang kaku. Ia berjalan mendekatinya dan menatap wajah Rita yang sangat pucat.Pemakaman telah usai, Anggi berkemas dan berniat untuk kembali. Citra mendekati Anggi yang mengepak pakaiannya.”Apa kamu ga bisa untuk beberapa hari tinggal di sini?” tanya CitraAnggi menggeleng.”Aku tahu, kamu masih benci dan marah terhadap kami,””tapi, bisakah kamu memaafkan Rita?” sambungnya.”Bisa. Tapi dengan cara aku harus pergi dari sini. Tempat ini begitu menyakitkan untukku.” ujar Anggi.Anggi duduk termenung, matanya menerawang ke langit yang mendung. Pikirannya melayang ke lima tahun yang lalu.Anggi dan Rita berteman sejak kecil, mereka sama-sama tumbuh di satu tempat asuhan. Lalu, mereka terpisah dan di asuh oleh orang tua yang sangat baik. Anggi di rawat oleh seorang janda yang derajat sosialnya terbilang cukup mampu, sedangkan Rita di rawat oleh keluarga kaya. Tak lama, mereka bertemu ketika mereka kuliah di tempat yang sama.”Rita, apa kamu masih ingat ketika kita di panti dulu?” ujar Anggi”Sudahlah, jangan diingat-ingat lagi. Aku ga mau ada yang tahu kita dari panti asuhan.” ujar Rita jengkel.”Oke. Tapi kamu masih tetap Rita yang aku kenal.” ujar Anggi.Rita hanya tersenyum kecut, ia juga tak menyangka akan bertemu dengan Anggi. Dari pertemuan merekalah, Anggi mengenal Citra. Citra adalah sahabat dekat Rita.”Ngomong-ngomong, kata Rita kamu dapat beasiswa?” tanya Citra.”Iya, seenggaknya mengurangi kesusahanku dan ibuku.” ujar Anggi merendah.Rita membisikkan sesuatu pada Citra, Citra tertawa mendengarnya.”Jadi, kamu bisa kuliah dari beasiswa itu?” tanyanya mencemoohAnggi hanya mengangguk sambil tersenyum. Terdengar ledak suara tawa dari Citra dan Rita. Sejak itulah, Anggi menjauh dari Citra dan Rita karena minder. Anggi sadar bahwa sahabatnya yang dulu kini mulai berubah.Pada saat itu, ada seorang laki-laki yang di gemari oleh kaum mahasiswi. Namanya Dani, ia adalah anak rektor dari kampus itu. Wajahnya yang tampan, tubuhnya yang tinggi dan kulitnya yang putih, membuat semua wanita ingin mendekatinya. Selain itu, Dani merupakan aktivis dari kampus itu. Secara kebetulan, Anggi juga merupakan anggota aktivis yang sama dengan Dani. Dari sinilah mereka bertemu. Anggi yang begitu cantik, pandai, dan anggun, menarik hati Dani. Dengan penuh percaya diri, Dani mendekati Anggi.”Hai, Anggi.” sapanya”Iya, ada apa?””Maukah kamu jadi pacarku?” tanya DaniAnggi menahan tawanya, ia menoleh ke arah Dani yang bersikap begitu percaya diri. Anggi tersenyum, lalu ia berkata,”Maaf, aku ga mau jadi pacar kamu””Apa? Kenapa?””Kenapa? Kita belum saling kenal””Baru kali ini ada wanita yang nolak aku” ujar Dani sombong.”Oh ya? Mungkin karena kamu ga benar-benar mencintai mereka, mereka hanya suka dari tampangmu.” jawa Anggi sambil tertawa.Dani kesal dengan Anggi, tapi itu semua tak mengurungkan niatnya untuk mendapatkan Anggi. Dani terus berusaha mendekati Anggi meskipun Anggi sering marah dan jengkel padanya. Dan akhirnya, perjuangan Dani tidak sia-sia, Anggi yang melihat keteguhan hati Dani menerima Dani sebagai kekasihnya. Melihat Dani mengejar-ngejar Anggi, rasa iri hati Rita timbul. Rita selalu memperhatikan Anggi dan Dani ketika mereka duduk di taman kamus. Citra mendekati Rita yang sedang gusar melihat kedekatan Dani dengan Anggi.”Kenapa? Iri?” tanya Citra”Nggak!” jawabnya ketus”Wajar kalau iri, banyak kok yang iri denngan mereka.””Cit, apaan sih?””Sabar..Sabar.”Rita menatap sinis ke arah Dani dan Anggi.”Dani akan putus dengan Anggi” ujarnya”Apa?” tanya Citra bingung.”Dani pasti jadi milikku. Pasti.”Citra hanya terdiam mendengar pernyataan sahabatnya itu, ia takut Rita akan melakukan sesuatu pada Anggi.Berselang dua minggu, Anggi dan Dani tak saling bicara. Anggi sedih mendengar ucapan Dani pada saat itu. Dani menuduh Anggi berkencan dan pergi ke sebuah hotel dengan laki-laki lain. Anggi kecewa atas tindakan Dani, ia tak membiarkan Anggi menjelaskan. Hubungan mereka menggantung dan tak lama Dani memutuskan Anggi. Anggi hanya bisa menangis di toilet kampus. Citra melihat Anggi masuk dan mendekatinya. Ia tak tega melihat Anggi menangis. Setelah itu, tersiarlah kabar bahwa Dani dan Rita mulai menjalin hubungan. Anggi kini mulai tegar meski rasa sakit hatinya masih membekas. Anggi melihat Citra dan Rita yang sedang duduk di taman kampus. Anggi mendekati mereka.”Rita, selamat ya.” ujarnya”Selamat atas apa?” ujar Rita ketus”Selamat, karena sekarang kamu jadian dengan Dani.””Itu karena Dani tahu, siapa yang lebih pantas dengannya.”Anggi terdiam. Ia hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Citra dan Rita. Citra menatap kepergian Anggi, hatinya terenyuh melihat kesedihan tampak di wajah Anggi.”Rita, apa kamu ga kasihan sama Anggi?” tanya Citra”Kasihan? Untuk apa? Ini belum seberapa.” jawab Rita sambil tersenyumPagi itu, Anggi begitu sibuk. Anggi berjalan melewati lorong-lorong kampus. Tiba-tiba Anggi menyadari, semua temannya menatapnya dengan benci. Anggi merasa heran dengan sikap semua teman kampusnya. Ketika kuliah di mulai, Anggi di panggil oleh ketua dekan. Betapa terkejutnya Anggi mendengar ia dikeluarkan dari kampus.”Apa? Dikeluarkan? Memangnya saya salah apa, Pak?” tanya AnggiKetua dekan melempar beberapa foto ke arah Anggi.”Ini. Lihat! Apa-apaan ini, kamu mencoreng nama kampus kita.” ujarnya marahAnggi melihat foto-foto itu, tampak wajahnya dengan lelaki lain di sebuah kamar. Air matanya terjatuh melihat foto itu, ia difitnah.”Tapi, Pak, saya...””CUKUP! KELUAR DARI RUANGAN INI!” bentaknya.Anggi keluar dari ruang itu, lalu ia pulang dengan membawa hatinya yang terluka. Citra dan Rita melihat kepergian Anggi. Rita tertawa lepas melihat Anggi pergi dari kampus itu.”Rita, kamu benar-benar keterlaluan!” ujar Citra marah.”Memangnya kenapa? Kamu mau membela dia, silakan. Dia udah pergi jauh dari kampus ini.” ujarnya puas sambil tertawa.Citra merasa kasihan terhadap Anggi, Rita memang keterlaluan sampai membuat Anggi dikeluarkan. Malam itu juga, Citra bergegas ke rumah Anggi. Sesampainya di sana, Citra melihat Anggi dan ibunya mengemas barang-barang.”Anggi, bisa kita bicara?” tanyanyaAnggi mengangguk.”Jadi, kamu mau pergi? Ke mana?””Yang pasti jauh dari sini. Ada apa kamu tiba-tiba ke sini, Cit?””Aku mau memceritakan sesuatu sama kamu, ini semua tentang Rita. Dengar...”Citra menceritakan semua kejadian yang menimpa Anggi, dari mulai ia putus dengan Dani hingga tentang ia dikeluarkan dari kampus. Citra mengatakan, bahwa Rita di balik semua ini. Ia iri pada Anggi yang berprestasi dan selalu menjadi kebanggaan kampus. Rita juga iri ketika Dani dan laki-laki lain, lebih menyukai dan mengagumi Anggi yang anak seorang janda miskin daripada ia yang cantik dan dari anak keluarga kaya. Karena iri hatinyalah, Rita berbuat seperti itu. Setelah mendengar semua itu, rasa sakit dan Marah terhadap Rita meluap. Ia tak menyangka, temannya yang dulu kini berubah menjadi musuh dalam selimut. Dengan perasaan benci, Anggi meninggalkan kota itu dan pindah ke Bogor. Di Bogor, ia bekerja di sebuah panti asuhan. Tak lama setelah kepindahan mereka, ibunya sakit keras dan meninggal akibat penyakit jantung.Kini ia mengingat semuanya, semua yang telah Rita lakukan terhadapnya. Semua kehancuran yang ia rasakan akibat rasa iri Rita terhadapnya.”Nggi, kamu ga apa-apa?” tanya Citra”Iya, aku ga apa-apa.””Jadi, kamu mau tetap pulang?””Nggak, aku akan di sini sampai besok.””Kalau gitu kita masuk, mungkin hujan turun sebentar lagi”Mereka berdua masuk ke dalam rumah dan malam itu mereka tidur di kamar Rita. Hujan turun begitu derasnya, suara petir seperti siap menyambar apa saja yang menghalanginya. Malam itu Anggi tak bisa tidur, entah apa yang masih mengganjal dalam hatinya. Anggi bangkit dari tempat tidur dengan perlahan, lalu ia berjalan menuju dapur. Tiba-tiba ia mendengar suara gemerincing dari luar rumah. Anggi berusaha mengabaikannya, tetapi suara gemerincing itu terdengar lagi, bahkan di tambah suara seseorang memanggil namanya.”Anggiii....tolong aku...”Anggi berjalan perlahan, lalu ia membuka pintu rumah. Angin dan air hujan menimpa wajahnya. Tampak dari kegelapan, terlihat seseorang berjalan mendekatinya. Cahaya petir menyinarinya, itu Rita. Tubuhnya di balu kain putih, jalannya tertatih dan berat. Tubuhnya dililit oleh beberapa rantai yang berat. Setiap ia berjalan, ia terjatuh akibat rantai yang terus mengikatnya erat. Anggi gemetar, ia tak percaya apa yang dilihatnya.”Anggiii...tolong aku....” suara Rita merintih”Rita...RITA!” panggilnya.Tiba-tiba sesosok makhluk tinggi memakai jubah yang hitam pekat muncul di belakang Rita. Makhluk itu membawa semacam cambuk dan ia terus menerus mencambuki tubuh Rita.”Dia akan selalu mengalami itu, itu semua akibat perbuatannya.” ujar seseorang yang tiba-tiba muncul di sampingnya.”Tetapi, rantai itu akan terlepas dari tubuhnya ketika kamu ikhlas memaafkannya” sambungnya.”Aku..aku ikhlas, aku ikhlas memaafkannya.”Rantai pada tubuh Rita mulai berjatuhan, kini tubuhnya tidak terlilit oleh rantai-rantai itu. Rita menatap Anggi yang berdiri jauh menatapnya, lalu ia tersenyum dan berkata,”Terima kasih, Anggi.”Rita mulai menghilang secara perlahan, makhluk yang mencambukinya dan seseorang yang berdiri di samping Anggi pun ikut menghilang. Anggi sadar bahwa semuanya bukan mimpi. Hatinya kini mulai tenang, rasa benci dan marah terhadap Rita mulai menghilang.

Tidak ada komentar: