10/07/13

partus lama atau kelahiran lama



PARTUS LAMA

            Partus lama adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum , persalinan yang abnormal sering terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi janin dan jalan lahir. Partus lama dapat terjadi akibat beberapa kelainan tertentu yang melibatkan serviks, uterus, janin, tulang panggul ibu, atau obstruksi lain dijalan lahir. Kelainan-kelainan ini secara mekanistis dibagi menjadi tiga kategori yaitu kelainan kekuatan (power), kelainan yang melibatkan janin (passenger), kelainan jalan lahir (passage).7

DEFINISI
            Partus lama merupakan persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan, kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai dibidang hodge III atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidaknya putaran paksi dalam.
            Pada partus lama dapat ditemukan pemanjangan fase laten atau fase aktif ataupun kedua-duanya dari kala pembukaan.5 Pada fase latent terjadi pembukaan yang sangat lambat dari 0 sampai 3cm dan lamanya ± 8 jam.9 Tetapi pada partus lama terjadinya fase laten lebih dari 8 jam. Menurut Friedman dan Sachtleben mendefinisakan fase latent berkepanjangan apabila lama fase ini lebih dari 20 jam pada nulipara dan 14 jam pada multipara.7 Pada fase aktif frekuensi dan lamanya kontraksi uterus meningkat , serviks membuka dari 4 ke 10 cm, terjadi penurunan bagian terbawa janin, dan fase ini tidak lebih dari 6 jam, akan tetapi pada partus yang lama terjadinya fase ini lebih dari 6 jam.
            Suatu persalinan dikatakan lama jika persalinan telah berlangsung lebih dari 14 jam atau lebih untuk primigravida dan lebih dari 8 jam untuk multigravida. Selain itu juga pada partus lama didapatkan dilatasi serviks dikanan garis waspada pada partograf.



Angka Kejadian
            Saat ini distosia adalah indikasi yang paling sering untuk seksio sesarea primer. Gifford dkk melaporkan bahwa tidak majunya persalinan merupakan alsan bagi 68% seksio sesarea non elektif pada presentasi kepala. Pada tahun 1990, 12% wanita Amerika didiagnosa mengalami hambatan dalam persalinan sehingga janin harus dikeluarkan perabdominam, dan angkaini meningkat sebesar 7%. Di Amerika diperkirakan 50-60% diantara semua seksio sesarea disebabkan oleh tidak adanya kemajuan dalam persalinan.7


Etiologi
            Penyebab dari persalinan lama dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu:
1. Persalinan lama karena kekutan – kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, seperti:
a. Kelainan His
            Merupakan penyebab terpenting dan tersering terjadinya persalinan lama. Baik tidaknya His dapat dinilai dari kemajuan persalinan, sifat-sifat his : frekuensi, kekuatan dan lamanya his, besarnya caput suksedaneum. Penilaian kekuatan his dapat dilakukan dengan pemeriksaan fisik, yakni menilai secara manual sifat-sifat his dengan palpasi atau menggunakan bantuan CTG. His dikatakan kurang baik kuat jika:
- Terlalu lemah yang dinilai dengan palpasi pada puncak his.
- Terlalu pendek yang dinilai dari lamanya kontraksi.
- Terlalu jarang yang dipantau dari waktu sela antara dua his.
Menurut WHO his dikatakan memadai bila terdapat his yang kuat sekurang-kurangnya tiga kali dalam kurun waktu 10 menit dan masing-masing lamanya lebih dari 40 detik.5
b. Kekuatan mengejan kurang kuat
            dapat berupa kelainan dari dinding perut, seperti luka parut baru pada dinding perut, diastase muskulus rektus abdominis, atau kelainan keadaan umum ibu seperti sesak nafas atau adanya kelelahan ibu.
2. Persalinan lama karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin, seperti presentasi bahu, presentasi dahi, presentasi bokomg, anak besar, hidrosefal, dan monstrum.
3. Persalinan lama karena adanya kelainan pada jalan lahir.
            Baik kelainan bagian keras (tulang) maupun bagian yang lunak dari panggul, seperti danya panggul sempit, adnya tumor-tumor baik pada genitalia interna maupun visera lain didaerah paggul yang menghalangi jalan lahir. Pengaruh panggul sempit pada persalinan yaitu persalinan lebih lama dari biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pembukaan, karena banyak waktu yang dipergunakan untuk mulase kepala anak.5
Dalam kaitannya dengan gangguan kemajuan persalinan , dalam hal ini disfungsi uterus , kemungkinan besar mendominasi sebelum pembukaan serviks lengkap, sedangkan kelainan proporsi fetopelvik kemungkinan lebih jelas setelah kala dua tercapai.
·         Disfungsi uterus
            Propulsi dan ekspulsi janin disebabkan oleh kontraksi uterus, yang pada kala dua diperkuat oleh kerja otot volunter dan involunter dinding abdomen, pada partus lama intensitas kedua faktor ini mungkin kurang sehingga persalinan melambat atau berhenti.
Disfungsi uterus yang ditandai dengan kontraksi yang jarang sehingga pada fase pembukaan serviks manapun ditandai oleh tidak adanya kemajuan, sedangkan salah satu karakteristik utama persalinan normal adalah kemajuan.
            Ada beberapa penyebab disfungsi uterus  seperti:
- Analgesia Epidural
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa analgesia epidural dapat memperlambat jalannya persalinan hal ini berkaitan dengan memanjangya kala I dan kala II persalinan serta melambatnya kecepatan penurunan janin.
- Korioamnionitis
            Karena adanya keterkaitan antara persalinan yang lama dengan infeksi intrapartum pada ibu, beberapa dokter menganjurkan bahwa infeksi itu sendiri berperan menimbulkan kelainan aktivitas uterus. Besar kemungkinanya bahwa infeksi uterus dalam situasi klinis ini adalah konsekuensi dari partus lama (disfungsi) dan bukan penyebab dari distosia.
- Posisi ibu selama persalinan
            Menurut Miller (1983), kontraksi uterus terjadi lebih sering tetapi dengan intensitas rendahbapabila ibu dengan posisi terlentang, tetapi sebaliknya frekuensi dan intensitas kontraksi dilaporkan meningkat apabila ibu duduk atau berdiri. Namun Lupe dan Gross (1986) menyimpulkan bahwa tidak terdapat bukti komklusif bahwa posisi ibu tegak maupun ambulasi dapat memperbaiki persalinan.7
·         Disproporsi Fetopelvik
Keadaan ini timbul karena berkurangnya ukuran panggul, ukuran janin yang terlalu besar, atau kombinasi keduanya.
- Kapasitas panggul
            Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia saat persalinan. Hal ini mungkin didapatkan penyempitan pintu atas panggul, pintu tengah panggul, pintu bawah panggul atau panggul yang menyempit seluruhnya akibat kombinasi dari hal-hal diatas.
- Ukuran janin terlalu besar
            Disproporsi sefalopelvik biasanya tidak berkaitan dengan ukuran janin yang terlalu besar. Hal ini berkaitan dengan pernyataan di edisi ketiga belas William obstetrics mengenai ukuran janin yang terlalu besar sebagai penyebab partus lama yaitu asalkan panggul tidak menyempit, kecil kemungkinannya bagi anak yang tumbuh normal dengan berat badan kurang dari 4500gram dapat menimbulkan partus lama semata-mata karena ukurannya.7

Proses terjadinya persalinan normal
            Untuk memiliki pemahaman yang lebih tentang apa yang dimaksud dengan persalinan yang abnormal maka terlebih dahulu kita paham tentang parsalinan yang normal.
            Secara umum persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari uterus kedunia luar. Sebab-sebab terjadinya persalinan sampai kini masih merupakan teori yang kompleks. Pengaruh prostaglandin, faktor humoral, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf  dan nutrisi disebut sebagai faktor-fakotor yang mengakibatkan partus.6,7
            Persalinan dimulai ( Inpartu ) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Dalam persalinan terdiri dari empat kala yaitu kala I atau kala pembukaan, kala II atau kala pengeluaran, kala III atau kala uri, dan kala IV atau masa 1 jam setelah plasenta lahir.

            Kala I persalinan  dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus hingga pembukaan serviks mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Kala I persalinan ini dibagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Pada fase laten dimulai sejak awal kontraksi hingga pembukaan serviks < 4cm,biasanya brlangsung < 8 jam.  Sedangkan pada fase aktif  serviks membuka dari 4 ke 10 cm, dan terjadi penurunan bagian terbawah janin, biasanya berlangsung < 6 jam.
            Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Ada beberapa tanda-tanda kala II diantaranya kekeatan ingin meneran bertambah, makin meningkatnya trkanan pada rektum dan vagina, perineum terlihat menonjol, vulva- vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah.
            Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Sedangkan kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.12

Diagnosis
            Untuk mendiagnosis persalinan lama terlebih dahulu memperhatikan faktor-faktor penyebab persalinan lama seperti: His yang tidak efisisen dan adekuat, faktor janin, dan faktor jalan lahir.
Tabel 1: Diagnosis persalinan lama

Tanda dan gejala
Diagnosis
Serviks tidak membuka
Tidak didapatkan his/his tidak teratur
Belum in partu
Pembukaan serviks tidak melewati 4 Cm sesudah 8 jam
Inpartu dengan his yang teratur
Fase latan memanjang
Pembukaan serviks melewati kanan garis waspada partograf
  • Frekwensi his kurang dari 3 his per 10 menit dan lamanya kurang dari 40 detik
  • Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju sedangkan his baik
  • Pembukaan serviks dan turunnya bagian janin yang dipresentasi tidak maju dengan kaput, terdapat maulase hebat, edema serviks, tanda rupture uteri imminens, gawat janin
  • Kelainan presentasi ( selain verteks dengan oksiput anterior )
Fase aktif memanjang

  • Inersia uteri


  • Disproporsi sefalopelvik


  • Obstruksi kepala




  • Malpresentasi atau malposisi
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan
Kala II lama

Untuk mendiagnosa faktor pada jalan lahir, seperti karena adanya kelainan panggul, dapat ditegakkan atas pemeriksaan radiologis seperti pelvimetri radiologi, CT Scan, MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan melakukan pemeriksaan radiologis, akan didapatkan kriteria diagnosis mengenai ukuran panggul.
Kriteria diagnosisnya sebagai berikut:
a. Kesempitan pintu atas panggul:
    - Panggul sempit relatif: jika konjugata vera > 8,5 – 10 cm
    - panggul sempit absolut: jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah:
     Kalau jumlah diameter  interspinarum dan diametersagitalis posterior pelvis mencapai < 13,5 cm dan diameter interspinarum <10 cm, dinding panggul konvergen, dan sakrum lurus atau konveks.3
c. Kesempitan pintu bawah panggul:
    Bila arkus pubis <900, atau sudut lancip.
            Sedangkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis faktor janin dapat menggunakan ultrasonografi.3





Komplikasi
            Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin. Diantaranya:
1. infeksi intrapartum
            Infeksi merupakan bahaya  serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan desisdua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia , sepsis dan pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi. 7
2. Ruptur uteri
            Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka yang dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan dan panggul sedemikin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi penurunan, sehingga segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur.
3. Cincin retraksi patologis
            Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, cincin ini sebagai sustu identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
4. Pembentukan fistula
            Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu lama , maka bagian jalan lahir yang terletak diantaranya akan mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi sehingga dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula.

 5. Cedera otot dasar panggul
            Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginum terutama apabila persalinannya sulit.
6. Efek pada janin berupa kaput suksedaneum dan moulase kepala janin.7

Pengelolaan
1.  Pengelolaan Umum
-          Nilai dengan segera keadaan umum ibu dan janin (termasuk tanda vital dan hidrasinya)
-          Kaji kembali partograf apakah pasien dalam keadaan persalinan, nilai frekuensi dan lamanya his.
-          Perbaiki keadaan umum dengan dukungan emosi, perubahan posisi, berikan cairan dan upayakan buang air kecil.
-          Berikan analgesia: tramadol atau petidin 25 mg IM atau morfin 10 mg IM, jika pasien merasakan nyeri yang sangat.
2. Pengelolaan khusus
a. Persalinan palsu / belum inpartu (false labor)
            Periksa apakah ada infeksi saluran kemih atau ketuban pecah. Jika didapatkan adanya infeksi obati secara adekuat.
b. Fase laten memanjang
            Jika fase laten lebih dari 8 jam dan tidak ada tanda-tanda kemajuan , lakukan penilaian ulang terhadap serviks:
-          Jika tidak ada perubahan pada pendataran atau pembukaan serviks dan tidak ada gawat janin , mungkin pasien belum inpartu.
-          Jika ada kemajuan dalam pendataran atau pembukaan serviks, lakukan amniotomi dan induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin, lakukan penilaian ulang setiap 4 jam, jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama 8 jam , lakukan seksio sesarea.
-          Jika didapatkan tanda-tanda infeksi, lakukan akselerasi persalinan dengan oksitosin, berikan antibiotika kombinasi sampai persalinan: Ampisilin 2 gr I.V setiap 6 jam ditambah gentamisisn 5 mg/kgBB I.V setiap 24 jam. Jika terjadi persalinan pervaginum stop antibiotik pasca persalinan, tetapi jika dilakukan seksio sesarea  lanjutkan antibiotik ditambah metronidazole 500 mg I.V setiap 8 jam.
c. Fase aktif memanjang
-          Jika tidak ada tanda-tanda disproporsi sefalopelvik atau obstruksi dan ketuban masih utuh, pecahkan ketuban.
-          Nilai his, jika his tidak adekuat pertimbangkan inersia uteri, jika his adekuat pertimbangkan adanya disproporsi, obstruksi, malposisi, atau malpresentasi. Lakukan penanganan umum yang akan memperbaiki his dan mempercepat kemajuan persalinan.
d. Disproporsi sefalopelvik
-          Jika diagnosis disproporsi, lakukan seksio sesarea
-          Jika bayi mati, lakukan kraniotmi atau embriotomi dan jika tidak memungkinkan lakukan seksio sesarea.
e. Obstruksi
-          Jika bayi hidup, pembukaan serviks sudah lengkap dan penurunan kepala 1/5, lakukan ekstraksi vakum.
-          Jika bayi hidup dengan pembukaan serviks belum lengkap atau kepala bayi masih terlalu tinggi untuk eksrtaksi vakum, lakukan seksio sesarea.
-          Jika bayi mati, lakukan dengan kraniotomi atau embriotomi.
f. His tidak adekuat ( inersia uteri)
-          Pecahkan ketuban dan lakukan akselerasi persalinan denga oksitosin
-          Evaluasi kemajuan prsalinan dengan pemeriksaan vaginal 2 jam setelah his adekuat, jika tidak ada kemajuan lakukan seksio sesarea, tetapi jika ada kemajuan lanjutkan infus oksitosin dan evaluasi setiap 2 jam.
g. Kala II memanjang
-          Jika malpresentasi dan tanda – tanda obstruksi bisa disingkirkan , berikan infus oksitosin.
-          Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala:
-          jika kepala tidak lebih dari 1/5 diatas simphisis pubi, atau bagian tulang kepala di stasion 0, lakukan ekstraksi vakum.
-          Jika kepala diantara 1/5 – 3/5 diatas simphisis pubis , atau bagian tulang kepala antara stasion (0 )– (-2), lakukan ektraksi vakum.
-          Jika kepala lebih dari 3/5 diatas simphisis pubis, atau bagian tulang kepala diatas stasion -2, lakukan seksiso sesarea.10
Ringkasan
            Partus lama merupakan persalinan yang sulit yang ditandai adanya hambatan kemajuan dalam persalinan, kemajuan persalinan dinilai dari kemajuan pembukaan serviks, kemajuan bagian terendah janin, dan bila janin sudah sampai dibidang hodge III atau lebih rendah dinilai dari ada atau tidaknya putaran paksi dalam.
Penyebab dari persalinan lama dapat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu: Persalinan lama karena kekutan – kekuatan yang mendorong anak tidak memadai, seperti: kelainan his, kekuatan mengejan kurang kuat, adanya kelainan letak atau fisik janin, adanya kelinan pada jalan lahir.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan atas penilaian faktor-faktor penyebab partus lama dan atas dasar pemeriksaan radiologis.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan partus lama bisa berupa infeksi intra partum, ruptur uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan fistula, cedera otot dasar panggul,kaput suksedaneum dan moulase kepala janin.
Pengelolaan partus lama terdiri dari pengelolaan umum dan khusus.



  DAFTAR  PUSTAKA

  1. Robert Resnik, Jay P lams, Maternal – fetal medicine, 5th Edition, Saunders, Philadelphia, 2004
  2. Jhon J. Sciarra, Gynecology and Obstetrics, revised edition, J-B Lippincott company Philadelphia, 1995
  3. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung
  4. Current Obstetric and Gynecologic, Diagnosis treatment, ninth Edition International, 2003
  5. sastrawinata Sulaiman, Ilmu kesehatan Reproduksi, Obstetri Patologi, Ed.2 – Jakarta: EGC, 2004
  6. Geoffrey chamberlain, prolonged pregnancy Turn Bull’s Obstetric, 3rd Edition, Churchill Livingstone.
  7. Cunningham F Gary, Obstetri Williams, ED.21- Jakarta : EGC, 2005
  8. Joy saju, MD, Diagnosis of Abnormal Labour at www.emedicine.com
  9. Obstetri Fisiologi, Bagian obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
  10. Saifuddin Abdul bari, Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Ed.1, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2004
  11. Hacker, Moore, Essential of Obstetric and Gynecology, 2nd Edition, W.B Saunders Company, 1992



Tidak ada komentar: