10/07/13

sinusitis refrat



SINUSITIS

Pendahuluan
Sinusitis merupakan penyakit yang telah dikenal luas oleh orang awam dan merupakan penyakit yang sering dikeluhkan. Keberhasilan terapi pada sinusitis tergantung dari berbagai faktor. Hal ini memerlukan manajemen penatalaksanaaan yang teliti,agar penyakit ini tidak berlanjut menimbulkan komplikasi. Anamnesis yang teliti, pemeriksaaan fisik, pemeriksaan penunjang yang memadai, pengetahuan tentang mikrobiologi sinus dan pengenalan terhadap faktor predisposisi merupakan hal yang penting.

Anatomi
Sinus paranasalis berkembang sebagai suatu rongga berisi udara di sekitar rongga hidung yang dibatasi oleh tulang wajah dan kranial. Terdapat 8 sinus paranasalis yaitu  4 disebelah kanan dan 4 disebelah kiri, yaitu sinus frontalis, sinus etmoidalis anterior dan posterior, sinus maksilaris serta sinus spheinodalis.
                          
A.Sinus Maksila
            Merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus maksila bervolume     6-8 ml, hingga mencapai maksimal 15 ml saat dewasa. Sinus maksila berbentuk segitiga. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infudibulum ethmoid.
            Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila adalah :
1.                  Dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu premolar (P1 dan P2), molar (M1 dan M2), kadang-kadang juga gigi taring dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke dalam sinus sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis.
2.                  Sinusitis maksila dapat menyebabkan komplikasi orbita.
3.                  Ostium sinus maksila  terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga drainase kurang baik, lagi pula drainase juga harus melalui infidibulum yang sempit.
Infidibulum adalah bagian dari sinus ethmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi dapat menghalangi drainase sinus maksila, selanjutnya menyebabkan sinusitis.
B. Sinus Frontal
            Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari yang lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya infeksi sinus.
            Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini.
C. Sinus Ethmoid
            Dianggap paling penting, karena dapat merupakan fokus infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Sinus ethmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat dalam massa bagian lateral os ethmoid, yang terletak diantara konka media dan dinding medial orbita. Berdasarkan letaknya, sinus ethmoid dibagi menjadi sinus ethmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus ethmoid posterior yang bermuara di meatus superior.
            Di  bagian terdepan sinus ethmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. Sel ethmoid yang terbesar disebut bula ethmoid. Di daerah ethmoid anterior ada sebuah penyempitan yang disebut infidibulum, tempat bermuaranya ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infidibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila.
D. Sinus Sphenoid
            Sinus sphenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersphenoid.           Batas-batasnya ialah, sebelah superior terdapat fossa serebri media dan kelenjar hipofisis, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis interna dan di sebelah posteriornya berbatasan dengan fossa serebri posterior di daerah pons.

Fisiologi
Sinus paranasalis merupakan rongga berisi udara yang dilapisi mukosa epithelium pseudostratified bersilia diselingi sel-sel goblet. Silia tersebut menyapu cairan mukus ke arah ostia. Penyumbatan ostia sinus akan mengakibatkan penimbunan mukus sehingga terjadi penurunan oksigenase sinus dan tekanan udara sinus. Penurunan oksigenase sinus akan menyuburkan pertumbuhan bakteri anaerob. Tekanan pada rongga sinus yang menurun akan menimbulkan rasa nyeri di daerah sinus terutama sinus frontal dan sinus maksilaris.
Fungsi sinus paranasal :
-          Menghasilkan dan membuang mukus
-          Mengatur tekanan intranasal
-          Resonansi suara
-          Memanaskan dan melembabkan udara inspirasi
-          Bertindak sebagai shock absorben kepala untuk melindungi organ-organ yang sensori.
-          Membantu pertumbuhan dan bentuk muka
-          Mempertahankan keseimbangan kepala.

Definisi
Sinusitis adalah suatu inflamasi mukosa satu atau lebih sinus paranasalis. Sesuai anatomi sinus yang terkena, dapat dibagi menjadi sinusitis maksila, sinusitis ethmoid, sinusistis frontal, dan sinusitis sphenoid. Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.Yang paling sering ditemukan adalah sinusitis maksila dan ethmoid.
Klasifikasi sinusitis dibuat berdasarkan :
1.      Gejala kliniknya ( akut, subakut, kronik )
2.      Lokasi anatomi yang terkena.
3.      Organisme yang bertanggung jawab ( virus, bakteri, jamur )
4.      Ekstra sinus yang terkena
5.      Faktor yang memperberat/penyebab spesifik, misal : atopi, imunosupresi, atau obstruksi osteomeatal.
Menurut Spector dan Benstein (1998) klasifikasi sinusitis adalah :
1.      Sinusitis Akut : Gejala berlangsung selama 3-4 minggu, gejala yang ditimbulkan meliputi infeksi saluran pernafasan atas yang menetap, adanya rhinorea yang purulen, post nasal drip, anosmia, sumbatan hidung, nyeri fasial, sakit kepala, demam dan batuk.
2.      Sinusistis Kronik : Gejala timbul lebih dari 4 minggu. Beberapa penderita tidak memberikan gejala yang khas sehingga umumnya ditemukan kelainan CT atau MRI.
3.      Sinusitis Rekuren : Bila episode sinusitis akut berulang hingga 3-4 kali dalam satu tahun dan kemungkinan disebabkan oleh infeksi yang berbeda pada setiap episodenya.

Faktor Predisposisi
A.    Lokal maupun regional
-          Kegagalan transpor mukosilier karena udara yang dingin atau kering, serta beberapa obat-obatan.
-          Infeksi gigi terutama bagian apikal, merupakan penyakit regional yang paling sering menyebabkan sinusitis yang supuratif.
-          Adanya gangguan di hidung atau trauma wajah ( mid – face )
-          Kelainan septum yang berat, akan menyebabkan obstruksi mekanik.
-          Khoanal atresia akan menyebabkan drainase hidung terganggu.
-          Edema karena infeksi traktus respiratorius bagian atas yang akan menyebabkan obstruksi ostium sinus dan menyebabkan bakteri masuk ke sinus sehingga menghasilkan sinusitis yang supuratif
-          Barotrauma atau perubahan tekanan akibat perjalanan di udara, berenang atau menyelam, dapat menyebabkan edema ostium sinus. Juga saat berenang, bakteri dapat masuk melalui air ke hidung dan sinus.
-          Polip hidung, benda asing maupun tampon hidung dapat menyebabkan gangguan ventilasi sinus.
-          Tumor hidung.
-          Sindroma imotil atau diskinesia silia.
B.     Sistemik
-          Malnutrisi, terapi steroid jangka panjang, diabetes melitus yang tidak terkontrol, diskrasia darah, kemoterapi, dan faktor lain yang menyebabkan penurunan status metabolik.
-          Infeksi nosokomial.
-          Defesiensi imun yang berat.

Patofisiologi
Sinus paranasalis yang merupakan bagian dari saluran pernapasan bagian atas, langsung berhubungan dengan nasopharynx. Sinus-sinus ini normalnya steril dari mikroba. Karena pada nasopharynx banyak terdapat flora normal, sehingga bila terjadi obstruksi dapat menyebabkan infeksi bakteri pada sinus.
Penyakit-penyakit yang mengobstruksi drainase dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sinus paranasalis untuk berfungsi normal. Ostia sinus akan tersumbat, dan menyebabkan kongesti mukosa. Sistem transport mukosiliaris menjadi rusak, sehingga terjadi stagnasi dari sekresi dan kerusakan epitel, yang diikuti dengan menurunnya tekanan oksigen dan pertumbuhan bakteri yang cepat.


Jadi, patofisiologi dari sinusitis berhubungan dengan tiga faktor yaitu patensi dari ostia sinus, fungsi silia, kualitas dari sekresi nasal. Berikut tabel yang memperlihatkan faktor-faktor  yang dapat menyebabkan patologi sinusitis :
Ostial patency
Cilliary funstion
Mucus
Edema:
Allergens
Infection (viral/bacterial)
Polyps:
Atopy
Cystic fibrosis
Chronic infection
Structural factors:
Septal deviation
Hallers cell
Concha bulosa
Nasal packs
Nasal tube
Decreased cilliary beat frequency
Cilliotoxins ( viral / bacterial )
Cold air
Loss of metachronous coordination
Scarring
Synecchia
Loss of cilliated cell
Airway irritant/pollutant
Increased intranasal airflow
Inflammatory mediators
Viral / bacterial - mediated cell death
surgical
Changes in quantity
Allergens
Airway irritant / pollutant
Goblet cell metaplasia
Changes in quality
Abnormal water -electrolyte transport
Dehydration
Cystic fibrosis


Manifestasi Klinik
1.      Sinusitis Akut   : nyeri yang berhubungan dengan lokasi sinus yang terkena, nasal obstruksi, nasal discharge dapat berupa mukopurulen berwarna kuning kehijauan, gejala sistemik seperti panas, malaise, lethargi.
2.      Sinusitis Kronik : nasal discharge yang mukopurulen, nasal obstruksi yang jelas, nyeri dan gejala sistemik jarang ada.
Sinusitis di sphenoid dan ethmoid, dapat menyebabkan gejala nyeri di verteks, occipital atau parietal, juga nyeri di nasal atau retrobulbar serta dapat menjalar ke leher dan bahu. Infeksi dapat menyebar ke sinus lain karena ostium dari semua sinus terletak dalam daerah sempit meatus media pada kompleks osteomeatal. Proses inflamasi yang melibatkan semua sinus disebut pansinusitis.
Pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan :
-          Edema mukosa dan eritema
-          Tampak mukopurulen discharge
-          Nyeri palpasi di lokasi sinus yang terkena seperti di pipi atau muka
-          Periorbital edema
-          Pada anak-anak, adakah nafas berbau
-          Nasofaring : obstruksi adenoid, tumor, khoanal atresia, post nasal discharge
-          Telinga, hidung dan tenggorokan : otitis media atau otitis media serosa
-          Gigi : karies

Pemeriksaan Penunjang
-          Transiluminasi, untuk sinus maksilaris dan frontalis. Bila pada pemeriksaan transiluminasi tampak gelap di daerah infraorbita, mungkin berarti antrum terisi oleh pus atau mukosa antrum menebal atau terdapat neoplasma di dalam antrum.
-          Nasal endoskopi dapat melihat sinus dan mencari faktor predisposisi lokal.
-          Sinoskopi dengan kultur, biposi ataupun lavage dapat dilihat melalui anterior maxila puncture.
-          Radiologi, posisi yang rutin dipakai adalah posisi Waters (untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal, dan ethmoid), P-A (untuk menilai sinus frontal), dan posisi lateral (untuk menilai sinus frontal, sfenoid, dan ethmoid). Tampak penebalan mukosa dan air fluid level

Penatalaksanaan
1.      Terapi medikamentosa:
-          Antibiotika minimal 10 hari, biasanya dapat sampai 3 minggu atau lebih.
-          Dekongestan topikal dan sistemik, untuk oksigenase dan drainase pus sinus dengan cara mengurangi edema mukosa.
-          Antihistamin, tidak dianjurkan pada pasien tanpa predisposisi alergi.
-          Analgeik
-          Humidifikasi, dapat berupa uap hangat atau dingin.
-          Mukolitik atau ekspektoran, untuk sekresi yang banyak.
-          Irigasi nasal dengan saline seperti prosedur proetz.
2.      Terapi pembedahan
Untuk drainase sinus. Irigasi sinus terutama untuk sinus maksilaris, dilakukan bila tampak mukopurulen pada pasien imunosupresi, sinusitis akut yang tidak sembuh dengan terapi antibiotika.

Diagnosis Banding
·         Headache, Cluster
·         Headache, Migrain
·         Headache, Tension
·         Otitis Media

Komplikasi
·         Komplikasi akut
Orbital :
-          Preseptal selulitis
-          Orbital selulitis tanpa abses
-          Orbital selulitis dengan sub atau ekstraperiosteal abses
-          Orbital selulitis dengan intraperiosteal abses
-           Trombosis sinus kavernosus
Intrakranial :
-          Abses ekstradural, subdural, intraserebral
-          Meningitis
-          Ensefalitis
-          Trombosis sinus kavernosus atau sinus sagitalis
Tulang :
-          Osteitis / osteomielitis (Pott’s Puffy Tumour)
·         Komplikasi Kronik

Mococele/pyocele

Prognosis

Sinusitis biasanya memberikan prognosis yang baik bila sudah diberikan pengobatan yang adekuat.


DAFTAR PUSTAKA

·         MD, Kennedy, Elicia . Email Colleague CME / CE . University of Arkansas for Medical Sciences . 2005
·         Adams, et al. 1997. Boies : Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam. Jakarta : EGC. 206-10,218-22
·         Soepardi, Efiaty Arsyad et al. 2001. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 107-9

Tidak ada komentar: